NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketukan yang mengejutkan

Alsid langsung membeku. Kedua matanya membelalak, tubuhnya menegang, dan keringat dingin mulai menetes dari pelipis. Ia menoleh ke arah Demian dengan tatapan panik.

"Tok... tok... tok..."

Suara itu datang lagi.

"Dem... jangan bilang... itu... dia lagi?" bisik Alsid dengan suara bergetar.

Demian yang duduk bersandar di dinding, perlahan bangkit berdiri. Ia tidak langsung menjawab, hanya menatap ke arah pintu dengan ekspresi datar.

"Kayaknya enggak deh, Sid. Ternyata yang semalam ngedor jendela kita itu ibunya Nehara, bukan hantu."

Alsid mengerutkan dahi tak percaya. "LAH! Mana ada ibu kos mata duitan ngetuk jendela. Diakan biasanya gedor pintu depan sampai hampir roboh."

Demian mengendikan bahu, cuek. "Emang bukan hantu kayaknya. Itu beneran ibunya Nehara. Mungkin semalam kita terlalu berisik, jadinya dia dateng buat negor. Biar lebih kedengeran, dia gedornya jendela kamar, kalau pintu depan kan jauh, kita kurang kedengeran nanti."

Alsid menyipitkan matanya, sinis. "Positif thinking banget si anj*ng!" keluhnya.

"Ya harus positif thinking lah. Nehara juga bilang itu ibunya. Dia ngira kamu kesurupan, karena dirumah sendirian tapi teriak-teriak."

"Lah? Kan ada elu, ada temen teriaknya."

Demian menghela napas. "Ibunya gak tau kalau ada aku. Kalau tau, nanti malah diminta uang bayaran tambahan!"

"Iya juga ya."

Tok tok tok..

Suara ketukan terdengar lagi.

"Mungkin yang ini juga orang... bukan makhluk halus," ucap Demian sambil mengusap pelipisnya. Ia tampak lebih tenang, meski tubuhnya sedikit waspada.

"Tapi kenapa harus ketukan? Kenapa nggak ngucap salam aja kayak manusia normal?!" balas Alsid dengan suara lebih tinggi, panik dan parno bercampur jadi satu.

"Mungkin dia non-muslim dan menjaga kesopanan dengan lebih milih ngetuk pintu rumah. Lagian setan mana ada yang sopan, Sid. Setan itu biasanya langsung nempel di punggung kita, atau nongol di cermin kamar mandi. Ini cuma ketukan. Santai aja."

"Santai apaan?! Gue bisa mati berdiri kalau itu bukan manusia!"

Sambil setengah merangkak, Alsid pelan-pelan menghampiri jendela, berniat mengintip siapa yang ada di depan. Tapi saat ia baru menyentuh gorden jendela—

"Klek!"

Pintu kosan mereka mendadak terbuka sendiri.

Demian dan Alsid serentak melonjak.

"WOY! ITU PINTU! KENAPA KEBUKA SENDIRI?!" jerit Alsid sambil melompat mundur, hampir menabrak meja makan kecil di belakangnya.

Demian reflek menariknya agar tidak jatuh. Tapi fokus keduanya langsung kembali tertuju ke arah pintu yang kini perlahan terbuka lebar. Cahaya matahari dari luar menyinari ambang pintu...

Lalu... muncullah sosok pria tinggi berbadan kekar dengan setelan jas hitam rapi dan kacamata mahal. Wajahnya tajam, tegas, dan terlihat tak asing bagi Alsid.

"Papa?!"

Alsid membelalak. Tubuhnya langsung kaku. Demian menatap pria itu dengan bingung, kemudian beralih ke Alsid.

"Itu... papamu?" tanya Demian pelan. Sebenarnya tak terlalu terkejut karena wajah mereka seperti salinan fotocopy, benar-benar mirip dari segala aspek dan penjuru. Yang membedakan hanyalah adanya garis kerut di wajah papanya, dan Alsid tidak.

"YA! DIA!! GIMANA DIA MASUK SINI?!"

"Kunci. Duit. Koneksi. Logika sederhana." jawab Demian sambil mengangkat alis. Dengan cepat menalar dan menganalisis apa yang telah terjadi.

Pria itu melangkah masuk seperti pemilik rumah. Tanpa basa-basi, ia langsung mengamati kosan kecil itu dengan tatapan jijik yang tak ia sembunyikan. Ia bahkan mengendus dan mengusal hidungnya sekelabat, bukti kalau ia mencium bau tidak sedap dari dalam, atau bau tidak familiar karena terbiasa mencium aroma wangi dan segar dari rumah mewahnya.

"Jadi ini tempat kamu tinggal sekarang, Alsid? Menyedihkan sekaligus menjijikan."

"Ini kosan elit! Gak usah sok moral tinggi! Ini hidup Alsid! Papa nggak berhak ngatur Alsid lagi!" balas Alsid cepat, emosinya langsung membuncah.

"Kamu pikir bisa hidup tanpa aku? Mobilmu, uangmu, bahkan sepatumu—semuanya masih dari aku! Kamu hanya berpura-pura jadi mandiri! Mandiri itu tidak hanya sekedar tinggal sendiri dan hidup sendiri, tapi juga harus memiliki penghasilan sendiri!"

"YA! Tapi setidaknya di sini Alsid bisa jadi diri sendiri! Gak harus jadi robot penerus perusahaan papa yang ngebosenin itu!" Wajah papanya tak berubah, seolah sudah hafal dengan kalimat yang ia lontarkan.

"Alsid capek, pa! Alsid gak mau!"

"Apa yang papa berikan, adalah yang terbaik bagi kamu! Kamu hanya belum memahami!!"

"Terbaik bagi Alsid apa bagi kelangsungan bisnis papa? Alsid MUAK, pa!! Muak banget!! Kenapa untuk jadi diri sendiri aja sesusah itu?! Papa itu egois, jadi gak usah pura-pura perduli!!"

"Lagian buat apa juga papa kesini? Cuma mau ngetawain Alsid?"

Papanya tak bereskpresi. "Pulang kamu sekarang!!"

"GAK!"

Debat makin panas. Uap emosi memenuhi ruangan. Demian berdiri di tengah-tengah, merasa seperti tamu tak diundang dalam film keluarga yang kacau.

Sementara keduanya terus bertengkar, mata Demian tiba-tiba menangkap sesuatu di luar pintu. Seorang perempuan.

Ia berdiri agak jauh di belakang pria itu. Wanita muda, tinggi semampai, mengenakan pakaian rapi. Rambutnya tergerai bergelombang elegan, wajahnya cantik namun terkesan kaku.

Meski tidak mirip dengan Alsid, ada aura yang membuat Demian yakin—dia pasti keluarga. Mungkin... kakaknya?

Alsid akhirnya menyerah. Ia menggerutu, melangkah cepat masuk ke kamar, dan membanting pintu dengan keras.

"BRAK!!"

Suasana mendadak sunyi. Hanya ada Demian yang berdiri kikuk, sendirian bersama pria kaya tadi.

Demian menggaruk tengkuknya. Ia menghela napas lalu berkata sopan, "Assalamu'alaikum, Pak. Saya Demian. Temannya Alsid."

Pria itu hanya menoleh sekilas, kemudian melangkah pergi tanpa membalas salam.

"Anak jalanan... sok sopan," gumamnya pelan tapi cukup jelas terdengar.

Demian hanya diam. Hatinya panas, tapi ia menahan. Ia sadar siapa dirinya. Dan ia tahu, bukan saatnya adu mulut dengan orang seperti itu.

Namun sebelum pria itu benar-benar pergi, wanita muda di belakangnya menoleh.

Mata mereka—Demian dan wanita itu—bertemu.

Perempuan itu tersenyum. Tapi bukan senyum ramah biasa. Ada sesuatu yang membuat Demian merinding. Senyum yang samar, misterius, dan entah kenapa... mengisyaratkan sesuatu yang terasa licik.

Senyum itu mengingatkan Demian pada sesuatu. Tapi ia tak tahu apa.

Pintu pun tertutup.

Demian berdiri sendiri di tengah kosan. Ia menarik napas dalam-dalam. Mencoba mencerna semuanya. Ketukan tadi, kehadiran orang asing, pertengkaran, dan... senyum aneh itu. Ia cukup penasaran dengan siapa perempuan tadi.

Senyuman itu.. tak asing karena ia seperti sudah hafal dengan wajah-wajah manipulatif. Senyuman yang mengisyaratkan adanya maksud tertentu, seperti.. ingin memanfaatkan Demian, atau merasa ada potensi dalam dirinya.

Bersambung...

1
Nurindah
/Heart/
Nana Colen
aduuuuh alsid kho usil banget siiiih... itu kaya nyakeluarganya alsid deeeh
Rizka Yuli
bagus ceritanyaa,bikin penasaran
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
Nurindah
penasaran sebenarnya isi dalam boneka itu tuh jahat ngk sih..
Ayanii Ahyana
ghahaa sial banget alsid
Enigma
/Facepalm/
Rizka Yuli
seruuu banget
bikin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!