NovelToon NovelToon
Kultivator Koplak

Kultivator Koplak

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Sistem / Tokyo Revengers / One Piece / BLEACH / Jujutsu Kaisen
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: yellow street elite

seorang pemuda yang di paksa masuk ke dalam dunia lain. Di paksa untuk bertahan hidup berkultivasi dengan cara yang aneh.
cerita ini akan di isi dengan kekonyolan dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellow street elite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Beberapa hari telah berlalu sejak langit Kota Yurein pecah dan Inti Void hancur menjadi ratusan pecahan kecil.

Sejak saat itu, dunia kultivasi gempar.

Di seluruh wilayah kekaisaran, sekte-sekte besar maupun kecil dilanda kegaduhan. Para tetua, guru besar, dan bahkan pemimpin sekte turun langsung menyelidiki siapa saja yang berhasil mendapatkan pecahan dari kristal langit tersebut.

Dan hasilnya… menggemparkan.

---

Di Timur,

seorang murid dari Sekte Langit Merah, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai pemuda periang biasa, kini berhasil membangkitkan Api Phoenix Abadi. Tubuhnya diselimuti api berwarna merah muda keemasan yang tak bisa padam bahkan di tengah hujan deras.

Api itu menyembuhkan luka, menghancurkan racun, bahkan mampu membakar roh jahat hanya dengan tatapan.

"Dia berubah hanya dalam semalam!"

"Tak mungkin, mustahil… itu warisan langit!"

---

Di Utara,

murid dari Klan Pedang Dingin secara tiba-tiba berhasil memanggil Api Biru Langit—api yang tak bisa disentuh dan membakar tanpa asap. Api ini dikenal karena menyerang langsung ke jiwa lawan, dan hanya muncul setiap ratusan tahun.

Dalam ujian pertarungan antar murid, lawannya pingsan hanya setelah satu percikan menyentuh tubuhnya.

"Itu bukan sihir… itu kekuatan tingkat surgawi!"

---

Di Selatan,

putra kedua dari Sekte Kaisar Api, yang sebelumnya selalu tertinggal dari saudaranya, kini tiba-tiba berhasil memadatkan Api Kaisar Emas—api yang berputar di sekeliling tubuhnya seperti baju zirah hidup.

Api itu membungkus pukulannya, dan dalam satu gerakan, ia berhasil menghancurkan batu pelindung arena yang selama ini tidak pernah retak.

"Bakat tertinggi telah bangkit… dunia ini akan berubah."

---

Lebih dari itu, belasan murid dari berbagai sekte berhasil menaikkan tingkat kultivasi mereka dalam waktu singkat—sebagian bahkan berhasil menerobos dari tingkat Master ke Grand Master, atau dari Advance ke Hunter, tanpa hambatan batin, seolah tubuh mereka dipaksa melewati proses penyucian jiwa.

"Ini bukan sekadar berkah. Ini kekacauan.

Kekacauan yang membawa anugerah… dan kutukan."

---

Namun…

Di antara semua nama yang muncul dalam diskusi para tetua, dalam ramalan para peramal roh, dan dalam catatan sekte-sekte besar—

tidak ada satu pun yang menyebutkan nama pria asing yang duduk di bawah hujan pada malam itu.

Tidak satu pun tahu bahwa pecahan Inti Void yang menyatu paling sempurna,

bukan jatuh ke tangan pewaris sekte,

bukan jatuh ke tangan bangsawan terlatih,

melainkan ke dalam tubuh seorang asing tanpa nama…

yang menelannya tanpa sadar, dan tak diakui oleh siapa pun.

Hari itu, langit Kota Yurein mulai cerah setelah beberapa hari diselimuti mendung dan hujan berturut-turut. Rynz duduk di sudut pasar yang mulai kembali ramai, menyamar di antara para pengemis lain, dengan tudung jubahnya menutupi wajah. Tubuhnya masih kurus dan lemah, namun kini di matanya ada cahaya tenang, seperti bara yang menyala perlahan di dalam arang gelap.

Ia tidak meminta uang hari itu.

Ia hanya mendengarkan.

Percakapan demi percakapan lewat di telinganya. Pedagang, penjaga, prajurit, bahkan murid sekte yang mondar-mandir membeli ramuan atau persenjataan ringan. Dari mulut mereka mengalir informasi penting: rumor, gosip, pengumuman, bahkan kabar tentang perekrutan.

Dan salah satu percakapan membuat Rynz menegakkan tubuhnya sedikit.

"Kau dengar? Sekte Lembah Angin buka penerimaan murid lagi."

"Yang di selatan lembah itu? Kupikir tempat itu sudah nyaris tutup."

"Justru karena mereka kekurangan murid, sekarang mereka terima siapa saja. Bahkan yang tak punya latar belakang pun bisa dicoba."

"Dengar-dengar, guru besar mereka terluka parah tahun lalu, tapi sekarang sudah pulih. Katanya, ia bisa membaca potensi sejati seseorang hanya dengan menatap mata."

Rynz menunduk pelan, matanya menyipit.

Sekte kecil...

Tanpa syarat ketat...

Dan dua hari dari sini.

Itu mungkin satu-satunya tempat yang tidak akan melihat cacatnya sebagai alasan penolakan.

Ia tahu perjalanan tidak akan mudah.

Tapi tubuhnya perlahan mulai pulih.

Malam demi malam, ia bisa merasakan energi aneh dari dalam tubuhnya… bergerak, menyesuaikan diri, membentuk sesuatu.

Ia belum tahu apa. Tapi ia tahu satu hal: waktu diam sudah selesai.

Ia berdiri perlahan, menyelipkan sisa roti yang ia dapat dari sumbangan pagi tadi ke dalam kantong. Tatapannya menembus kerumunan, mengarah ke gerbang selatan.

"Lembah Angin…

Kalau kalian benar-benar melihat potensi tersembunyi,

Maka kali ini… aku akan mengetuk pintu itu."

Perjalanan menuju Lembah Angin dimulai sejak pagi hari berikutnya. Rynz meninggalkan Kota Yurein dengan langkah tenang, menyusuri jalanan berbatu yang perlahan berubah menjadi jalan tanah, lalu semakin sempit saat memasuki kawasan hutan.

Hutan itu tidak terlalu lebat, tapi cukup sepi dan liar. Cabang-cabang pohon tua menggantung rendah, dan semak belukar menjalar liar hingga menutupi sebagian jalur. Suara burung asing dan hewan malam yang belum sepenuhnya tidur masih terdengar samar.

Namun di tengah perjalanan itu—tepat saat matahari mulai condong ke barat—angin tiba-tiba berhenti.

Hening.

Tak ada suara burung.

Tak ada gemerisik.

Rynz langsung berhenti melangkah.

"Ada sesuatu..." bisiknya pelan, nalurinya bergetar.

Dan benar saja.

Dari balik semak-semak, terdengar suara berat seperti napas makhluk besar. Kemudian tanah bergetar pelan... lalu muncul sosok tinggi besar yang berjalan dengan langkah berat.

Seekor monster berbentuk babi.

Namun ini bukan babi biasa. Tingginya hampir dua meter, tubuhnya berotot dan dilapisi kulit abu-abu kasar dengan bekas luka di mana-mana. Sepasang taring panjang mencuat dari mulutnya. Di tangannya, ia membawa sebuah kapak besar, karatan dan penuh noda darah lama.

Matanya merah—penuh amarah, atau mungkin kelaparan.

Makhluk ini berdiri dengan dua kaki, seperti manusia, tapi seluruh posturnya lebih mirip prajurit liar yang haus darah.

“Babi... pakai senjata? Serius?”

Rynz mundur satu langkah, mencoba menjaga jarak.

Makhluk itu mengangkat kapaknya dan menghentakkan ke tanah, menimbulkan retakan kecil dan semprotan tanah basah.

"GUOOOOOH!!!" raungnya menggema, seolah menandai wilayahnya—dan menyatakan bahwa manusia di depannya adalah mangsa.

Rynz mencabut sebilah pisau kecil dari pinggangnya—pisau usang yang ia temukan di pinggiran pasar. Bukan senjata bagus, tapi cukup tajam untuk menusuk sesuatu... atau mati sambil mencoba.

Napasnya mulai teratur. Detak jantungnya cepat, namun matanya fokus.

"Baiklah... kita lihat,

apa yang berubah sejak malam itu."

Monster babi itu tak memberi jeda. Setelah mengaum keras, ia langsung mengayunkan kapaknya ke arah Rynz dengan kekuatan brutal.

"WHRUAAAGHH!!"

Udara bergetar oleh hantaman senjata itu, dan meskipun Rynz sempat mengangkat pisaunya untuk menangkis—benturan itu terlalu kuat.

"Ghh!"

Pisau di tangannya terpental, dan seluruh tubuhnya terdorong oleh kekuatan serangan itu. Dalam sekejap, ia terlempar ke belakang, tubuhnya menghantam batang pohon besar dengan keras. Suara kayu retak dan tubuh yang terbanting membahana di hutan.

"Kugh…!"

Rynz terbatuk keras, darah keluar sedikit dari mulutnya. Tubuhnya terasa remuk. Bahunya terkilir, dan dadanya nyaris tidak bisa bernapas.

Namun…

Ia masih hidup.

Dan itu membuatnya terdiam sejenak.

Dulu... aku akan mati karena ini. Tapi sekarang...?

Tatapannya terangkat perlahan, menatap si monster yang kembali mengangkat kapaknya, siap menebas dari atas.

Udara di sekitar mereka mulai terasa panas. Sangat panas.

Seolah ada bara yang menyala...

Bukan dari luar, tapi dari dalam tubuh Rynz sendiri.

Tatapan matanya berubah.

Nafasnya mulai teratur kembali.

Dan tangan kirinya—yang seharusnya mati—mulai menghangat. Tattoo hitam di punggung tangan itu menyala perlahan.

Namun Rynz belum menyadari sepenuhnya.

Ia hanya bisa merasakan satu hal:

“Tubuhku... merespon.

Tapi... dengan apa...?”

Sementara itu, si monster babi sudah siap menerkam lagi.

Kapak besar itu meluncur turun, membelah udara, mengarah langsung ke kepala Rynz yang masih terhuyung di tanah, bersandar pada batang pohon yang retak. Wajahnya pucat, napasnya berat, dan kedua tangannya terangkat menutupi wajah—bukan untuk bertahan, tapi untuk menerima kematian.

“Maaf, Mayla…

Sepertinya aku tidak bisa sampai ke Lembah Angin…”

Dalam detik terakhir itu, dunia seolah melambat.

Suara hutan meredam.

Waktu seakan berhenti.

Dan ketika kapak itu nyaris menyentuh keningnya—

"GRRAKKK!!"

Tangan kirinya… bergerak sendiri.

Bukan karena kehendaknya. Bukan karena refleks.

Tapi seolah sesuatu bangun di dalam darahnya, menggerakkan otot-otot itu tanpa perintah.

Tangannya terangkat… dan langsung menangkap batang kapak.

Ledakan kecil terdengar saat kapak berhenti di udara—tidak menyentuh kulitnya sama sekali.

Monster itu terkejut. Matanya membelalak, mencoba menarik kapaknya, namun… gagal.

Dari tangan kiri Rynz, tepat dari tattoo berbentuk api hitam, tiba-tiba menyembur nyala api legam—tidak bersinar, namun menghanguskan udara di sekelilingnya. Api itu tidak membakar terang… justru menyerap cahaya sekitarnya, seperti kegelapan yang hidup.

Dan kapak itu… mulai meleleh.

Logamnya memanas hanya dalam hitungan detik, lalu mendesis, mencair seperti lilin yang dilempar ke dalam bara neraka.

Rynz membuka matanya perlahan. Tubuhnya masih lemas, namun ia melihat…

senjata monster itu lenyap di genggaman tangannya.

Tangannya terbakar, tapi tidak terbakar.

Api itu menjilat punggung tangan, lengan, lalu memutar pelan ke udara… namun tidak menyakitinya.

Monster itu meraung panik, mundur dua langkah. Ia tak paham apa yang terjadi, tapi insting binatang buasnya tahu satu hal:

Bahaya.

Rynz, dengan napas berat, perlahan berdiri. Tatapan matanya belum yakin… namun api di tangannya tetap menyala, meskipun tubuhnya masih dipenuhi luka dan rasa sakit.

"Apa ini... kekuatan dari... kristal itu?"

Tattoo di tangannya berdetak sekali.

Seolah menjawab.

1
yayat
tambah kuat lg
yayat
mulai pembantaian ni kayanya
yayat
ok ni latihn dari nol belajar mengenl kekuatan diri dulu lanjut thor
yayat
sejauh ini alurnya ok tp mc nya lambat pertumbuhnnya tp ok lah
‌🇳‌‌🇴‌‌🇻‌‌
sebelum kalian baca novel ini , biar gw kasih tau , ngk ada yang spesial dari cerita ini , tidak ada over power , intinya novel ini cuman gitu gitu aja plus MC bodoh dan naif bukan koplak atau lucu. kek QI MC minus 500 maka dari itu jangan berharap pada novel ini .
Aryanti endah
Luar biasa
Aisyah Suyuti
menarik
Chaidir Palmer1608
ngapa nga dibunuh musih2nya tanggung amat, dah punya api hitam sakti kok masih takut aja nga pantes jadi mc jagoan dah jadi tukang tempa aja nga usah ikut tempur bikin malu
Penyair Kegelapan: kwkwkw,bang kalo jadi MC Over Power dia gak koplak.
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
jangan menyalahkan orang lain diri lo sendiri yg main main nga punya pikiran serius anjing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!