Safa, gadis dari kalangan atas terpaksa menawarkan diri untuk menjadi istri dari Lingga, seorang CEO terkemuka demi menyelamatkan Perusahaan orang tua angkatnya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku"
"Kau yakin mau menikah dengan ku?"
"Aku yakin!"
Safa menjawabnya dengan tegas. Tanpa memikirkan suatu saat nanti hatinya bisa goyah dan mencintai Lingga.
Tapi sayangnya hati Lingga telah mati, dia hanya mencintai Asyifa tunangannya yang telah meninggal dunia. Lingga menikah hanya karena paksaan orang tua serta untuk melahirkan penerus keluarganya.
"Dia sangat mencintai anaknya, tapi tidak dengan wanita yang melahirkan anaknya" ~ Safa ~
Bagaimana nasib Safa saat Lingga pulang membawa wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Asyifa? Apa yang akan Safa lakukan disaat dia sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati?
Akankan Safa bertahan atau merelakan suaminya bahagia dengan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan tamu
"Bener Non, lama-lama Den Lingga pasti jatuh cinta sama Non Safa" Bi Sri benar-benar bahagia kalau hal itu sampai terjadi. Dia memang selalu berdoa agar Lingga membuka hatinya untuk Safa.
"Itu tidak akan pernah terjadi!" Sahut seseorang yang tiba-tiba saja sudah berdiri di pintu.
Safa dan yang lainnya terkejut melihat kedatangan tamu yang tak terduga. Mami Syifa telah berdiri di sana dengan wajahnya angkuhnya. Kelopak matanya yang keriput dilapisi eyeliner agak tebal itu membuat mata kecilnya menjadi terlihat menyeramkan.
"Nyonya?" Bi Sri bergumam menatap wanita paruh baya yang tadi malam memaki Safa dengan begitu sadis.
"Silahkan masuk Tante" Safa tak menghiraukan tatapan tajam dari Mami Syifa, dia justru menyambutnya dengan senyum dibibir.
"Sombong sekali kamu, mentang-mentang sekarang kamu jadi Nyonya di rumah ini" Mami Syifa berjalan masuk dengan angkuh, tas mahal ia gantungkan di lengan tangan, serta kedua telapak tangannya saling menyatu di depan perut.
Safa hanya bisa menghela nafasnya dengan pelan karena harus begitu bersabar menghadapi wanita seperti Maminya Syifa. Di tidak mau pedasnya mulut wanita paruh baya itu di balas dengan hal yang sama. Menurut Safa, nanti justru akan memperburuk keadaan.
"Duduk dulu Tante, biar Bi Sri buatkan minum dulu"
"Iya Nyonya, silahkan duduk. Biar saya ambilkan minum"
Maminya Syifa justru menatap Bi Sri dengan tajam.
"Oh sekarang kamu sudah menjadi pesuruh wanita ini ya?" Mami Syifa tampak melirik Safa dengan sinis.
"Saya dari dulu memang pesuruh Nyonya, dan saya tau itu, di sini saya juga melakukan apa yang majikan saya perintahkan. Jadi Nyonya tidak perlu menghina saya seperti itu meski yang Nyonya katakan itu benar!" Balas Bi Sri dengan berani.
"Sudah Bi, lebih baik Bi Sri buatkan minum saja" Tegur Safa agar Bi Sri menghindari omongan Nyonya besar yang menyakitkan itu.
"Baik Non" Bi Sri lekas pergi dengan wajahnya yang muram. Tapi sebelum menjauh, dia sempat berbisik pada Suster.
"Kamu di sini saja, jagain Non Safa jangan sampai nenek sihir itu berulah!"
"Siap Bi!" Jawab Suster tak kalah berbisik.
"Silahkan duduk Tante. Biar lebih enak ngobrolnya" Pinta Safa pada wanita angkuh itu. Safa juga langsung memberikan Kendra pada Suster agar dia bisa lebih tenang saat menghadapi mantan calon mertua dari suaminya itu.
Safa masih menghadapi wanita yang kini duduk di hadapannya itu dengan tenang meski perasannya juga tak tenang. Dia tak tau apa maksud Maminya Syifa datang ke rumah Lingga.
"Sebelumnya maaf Tante, kalau Tante mau ketemu sama Mas Lingga, Mas Lingganya sedang ke kan..."
"Saya mau ketemu sama kamu!" Potong Mami Syifa dengan cepat dan tajam.
Safa yang terkejut langsung terdiam. Sekarang dia tau tujuan Nyonya besar itu datang ke sana, pasti akan melanjutkan masalah yang tadi malam.
"Kalau begitu, apa yang membuat Tante sampai repot-repot menemui saya seperti ini?" Safa terus mengumbar senyumnya yang membuat Mami Syifa kesal.
"Kenapa kamu mau menikah dengan Lingga? Pasti karena uang, iya kan?"
Safa tak menyangka jika tuduhan seperti itu langsung Safa dapatkan di pertanyaan pertama.
"Benar Tante, itu alasan saya menikah sama Mas Lingga!" Jawab Safa tanpa ragu sampai membuat Suster yang sedang menggendong Kendra syok. Dia memang sudah tau tentang rumah tangga majikannya itu secara keseluruhan dari Bi Sri.
Tapi yang membuatnya syok adalah, kenapa Safa harus sejujur itu dihadapan Maminya Syifa.
"Cih, sudah saya duga" Tatapan meremehkan terlihat jelas di wajahmu tua itu.
"Jadi benar kan apa yang saya bilang kalau selamanya Lingga tidak akan pernah mencintai kamu karena cintanya hanya untuk anak saya. Dari awal kalian menikah saja sudah bukan karena cinta, jadi kenapa kamu masih bertahan di sini? Masih kurang uang yang Lingga berikan sama kamu?"
Ucapan Maminya Syifa memang menyakitkan, namun entah mengapa hati Safa lebih kuat saat ini. Dia tak akan mengeluarkan air matanya di depan Maminya Syifa.
"Saya bertahan karena Mas Lingga tidak ingin melepaskan. Terlebih sudah ada anak diantara kami. Kalau pun Mas Lingga tidak bisa mencintai saya dan hanya mencintai anak Tante, itu tidak masalah bagi saya Tante, karena nyatanya saat ini Mas Lingga sudah menjadi suami saya, milik saya, bukan lagi milik putri Tante yang sudah meninggal!" Safa mengucapkan kata demi kata dengan sangat tenang. Bahkan sesekali senyum tersungging di bibirnya.
"Kurang ajar kamu!" Wanita menyeramkan itu langsing berdiri dan menuding Safa seperti tadi malam.
"Kamu jangan percaya diri hanya karena Lingga belum menceraikan kamu sampai detik ini! Saya yakin sebentar lagi kamu pasti ditendang dari rumah ini tanpa mendapatkan apapun dari Lingga!"
"Tante, sebenarnya Tante ini kenapa?" Safa menatap Maminya Syifa dengan Iba.
"Kalau Tante masih merasa kehilangan putri Tante, sebaiknya Tante berdoa. Memohon pada Tuhan agar Tante diberikan keikhlasan demi kebahagiaan putri Tante di atas sana. Terus, kenapa Tante tidak rela kalau Mas Lingga menikah? Mau dengan saya atau perempuan lain, harusnya Tante itu mendukung, bukan menekan pasangan Mas Lingga dengan menunjukkan berapa besarnya cinta Mas Lingga untuk putri Tante" Safa masih bisa menghadapi Maminya Syifa dengan tenang.
"Sudah enam tahun Tante, putri Tante juga sudah bahagia diatas sana. Apa Tante akan terus menuntut Mas Lingga untuk mencintai putri Tante? Apa Tante tidak rela melihat Mas Lingga bahagia dan memintanya untuk tetap mencintai putri Tante yang sudah meninggal? Apa Tante sedang melampiaskan kesedihan dan rasa kehilangan Tante itu pada Mas Lingga? Tante ingin Mas Lingga merasakan rasa kehilangan itu seumur hidupnya?"
Mami Syifa langsung terdiam seketika. Dia seolah kehilangan kata-kata hanya karena ucapan Safa.
"Silahkan diminum Nyonya" Bi Sri baru datang membawa minuman.
"Terima kasih, tapi saya sudah tidak berniat untuk berada di sini lebih lama. Permisi!" Maminya Syifa langsung beranjak pergi dengan keangkuhannya. Entah apa yang Safa katakan tadi masuk ke otaknya atau tidak.
"Lingga?" Maminya Syifa terlihat terkejut
"Mas Lingga?" Wajah Safa langsung terlihat pucat begitu melihat Lingga telah berdiri di pintu.
Dia takut kalau Lingga marah karena Safa telah berani menjawab dan melawan Ibu dari wanita yang Lingga cintai setengah mati.
tpi gk seru,kalau dia nggak ngerasain di acuhkan safa...
aduh safa kapan sih kmu capeknya makan hati terus,apa nggak stresss?
tambah penasaran ma alur ceritanya kk
ayoo up lagi kak, makin seru nih 💪🏻💪🏻🤭🤭
semoga happy ending...
next...
aq berharap,dan mengharap banget titik dimana lingga menyesali semuanya,tpi disaat safa sudah mati rasa,dn capek smaa lingga...
sampai kapan harus seperti ini?
kuat safa,semoga berakhir dg kebahagiaan...
lanjut....