"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.
"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.
"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.
>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daryl Obsessed Vanya?!
Kael dengan lembut menggendong Vanya, langkahnya teratur menapaki marmer mewah yang menghiasi lantai mansion megah miliknya di Jakarta.
Cahaya bulan memantul lembut di jendela besar, memberikan siluet yang romantis pada kedua sosok yang tampaknya tidak bisa lepas satu sama lain.
Angin malam yang sejuk berhembus lembut, menambah suasana tenang namun penuh cinta.
Di ruang tamu yang luas, Daryl, sahabat Kael yang juga pilot helikopter yang membawa mereka ke Jakarta, sudah bersiap untuk pulang.
"Gue balik, Kael." katanya dengan nada lembut, tidak ingin mengganggu momen intim antara Kael dan Vanya.
Kael hanya mengangguk sambil tersenyum miring, matanya tak lepas dari wajah Vanya yang tampak lelah namun bahagia. Dia tahu, malam ini adalah malam yang spesial bagi mereka berdua, sebuah awal baru di kota yang penuh kenangan.
Mereka melanjutkan perjalanan ke kamar tidur utama, di mana segala sesuatu telah disiapkan dengan sempurna.
Setelah membuka pintu kamar, Kael meletakkan Vanya dengan hati-hati di atas ranjang besar yang sudah dihiasi dengan kelopak bunga mawar merah.
Vanya menarik lengan Kael, mengajaknya untuk berbaring di sampingnya.
"Tidur," bisik Kael dengan suara serak, penuh kelembutan.
Matanya menatap dalam ke dalam mata Vanya, mencari kesetiaan dan cinta yang selama ini menjadi fondasi hubungan mereka. Vanya mengangguk, senyum manisnya muncul kembali, menghilangkan segala kekhawatiran yang sempat muncul.
Kael dan Vanya berbaring berdampingan, tangan Kael melingkar protektif di sekitar Vanya, menenangkan dan memberikan kehangatan.
Di luar sana, kota Jakarta masih terjaga, tapi di dalam kamar itu, waktu seakan berhenti, memberikan sepasang kekasih itu ruang untuk bernapas, untuk hidup dalam balutan cinta yang mereka rajut bersama.
Malam semakin larut, dan kelelahan hari yang panjang mulai terasa. Namun, di antara detak jantung dan helaan napas yang teratur, Kael dan Vanya menemukan ketenangan.
Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan, karena di antara mereka, segalanya sudah jelas.
Malam itu, di atap mansion yang menyimpan ribuan cerita, Kael dan Vanya menuliskan awal cerita baru mereka, dengan mimpi dan harapan yang baru.
"Tidur yang nyenyak," bisik Kael dengan suara lembutnya.
Kael langsung masuk kamar mandi, ia langsung mandi, badannya gerah sekali seharian jalan langsung pulang ke Jakarta.
Sedangkan Daryl sebenarnya tak pulang. Ia duduk di depan mansion Kael, tentu saja anak buah Kael yang bernama Frans mendekat.
"Tuan Daryl kenapa? ada masalah?" tanya Frans dengan sopan.
Ya mereka semua sudah akrab dari dulu makanya apapun itu mereka sering berbagi cerita keluh kesah.
"Salah gak gue cinta sama seseorang, Frans?" tanya Daryl tiba-tiba.
Frans terkekeh pelan, "bukannya pacar anda banyak?" tanyanya sekali lagi.
"No. Kali ini gue beneran gak bercanda." celetuk Daryl sambil melirik sinis Frans.
"Hmm, ya kalau menurut saya sih gak papa, gak ada salahnya juga. Tapi jangan mempermainkan hati wanita. Wanita sekali disakiti mungkin tak akan mau memperbaiki hubungan lagi." jelas Frans sambil memberikan rokok pada Daryl.
Daryl mengambilnya, ia pun langsung mengambil pematik untuk menghidupkan rokok di tangannya itu.
Daryl menghisap rokok itu dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Kepulan asap rokok itu membumbung tinggi.
"Gue sepertinya suka sama...."
"Suka sama siapa tuan?" potong Frans yang tak sabaran.
"Sama calon istri bos lo." jawab Daryl enteng.
Kedua mata Frans terbuka lebar. Ia sedikit menjauh dari Daryl, "jangan gila tuan, anda bisa aja kehilangan nyawa kalau sampai Tuan Kael mendengarnya." ujar Frans ketar-ketir.
Ia langsung menoleh ke arah kanan dan kiri, sungguh demi apapun ia sangat takut. Ia tak mau ikut-ikutan kalau soalnya kaya gini, ia masih sayang nyawa.
"Kenapa takut lo sama Kael?" tanya Daryl sambil melirik sinis Frans.
"Ya...ya takut Tuan, urusannya nyawa kalau sama Tuan Kael." sahut Frans dengan suara lirihnya.
Daryl terkekeh pelan, "Tapi Vanya cantik bukan?" pancing Daryl.
Mau tak mau Frans menganggukkan kepalanya, "Ya cantik. Makanya saya gak berani natap Bu Bos lama-lama takut kepincut, berabe nanti urusannya. Kalau boleh saya saranin nih ya Tuan. Mending anda cari wanita lain aja. Jangan sampai karena perempuan, persahabatan yang kalian jalin lama jadi musuhan. Anda tau maksud saya bukan?" ujar Frans panjang lebar.
Dengan cepat Daryl tersenyum manis, sungguh mau gimana pun mau tak mau ia harus tetap mau, "Gue tau dan gue gak perlu saran, dah lah mending gue pulang aja. Pusing kepala gue," ujar Daryl sambil memijat pelipisnya yang berdenyut itu.
"Hati-hati Tuan Daryl." ujar Frans.
"Semoga kalian tak musuhan nantinya." ujar Frans di dalam hatinya.
Sedangkan Kael, ia menatap Daryl dari balkon kamarnya, dengan cepat ia menembakkan peluru revolvernya tepat di depan Daryl.
DOR!
"SIALAN BRENGSEK....!!" teriak Daryl dengan suara kerasnya. "Jangan macam-macam atau otakmu yang kotor itu akan ku ambil dari tempatnya." ujar Kael sambil tersenyum miring.
Ia menutup pintu balkon namun sebelum itu ia mengacungkan jari tengahnya pada Daryl sahabatnya.
Tentu Daryl yang kesal langsung memaki-maki Kael. "SIALAN KALAU BUKAN SAHABAT UDAH GUE BUNUH LO...!!" teriak Daryl dari bawah sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Sial, salah dikit aja nyawa gue tadi yang jadi taruhannya. Emang gak ada otak tuh orang." ujarnya dengan kesal.
Sumpah serapah apa pun itu keluar semua dari bibirnya. "Kael sialan!" lanjutnya sambil mengusap dadanya yang masih berdetak kencang itu.
Tentu saja anak buah Kael yang berjaga di depan termasuk Frans tadi sempat menahan nafas, sungguh persahabatan yang epic bukan.
Mereka terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya, tentu saja jantung mereka juga hampir keluar dari tempatnya. Kadang Kael tak main-main namun tetap saja Daryl ini sahabatnya, tak mungkin kalau sampai mencelakai sahabatnya sendiri kecuali mereka saling berkhianat.
Senyum miring tercetak jelas pada bibir merah Kael, Kael langsung tiduran di samping kekasihnya.
"Kamu cantik sekali, aku mencintaimu lebih dari apapun sayang. Tak akan ku biarkan Daryl merebutmu dariku. Berjanjilah kalau yang kamu mau cuma aku, gak ada laki-laki lain ataupun Daryl. Kamu milik Kaelion Garamosador bukan..." tanya Kael sambil terkekeh pelan.
Dengan cepat Kael langsung mendekap tubuh mungil itu, sedangkan Daryl ia tak langsung pulang. Dengan cepat ia masuk ke club malam.
"Sialan gara-gara waktu itu gue jadi segila ini sama Vanya. Sadar Ryl, Vanya bukan milik lo, sialan...!" makinya pada dirinya sendiri.
"Wisky 2 botol." ujar Daryl pada bartender di depannya itu.
"Vanya... Vanya minggir dari pikiran dan hatiku, Van....!"
KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥