Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Noda Darah
Pagi hari Ira sudah tiba di sekolah bersamaan dengan Ruli masuk ke dalam kelas yang berbeda . Ira sangat senang melihat Ruli meskipun tidak berbalas ia hanya diam saja tanpa memberi tahu .
Ira sangat tertutup kalau soal perasaan ia tidak berani mengungkapkan . Biarlah semua berjalan apa adanya jika suatu saat nanti berjodoh atau tidak hanya Allah yang tahu .
Waktu terus berjalan dan hari ini ia sedang mengikuti ujian semester akhir dengan perasaan antara senang dan sedih ketika menjalankan ujian kelulusan . Senang karena akan segera selesai masa sekolah dasar dan sedih berpisah dengan teman dan guru .
Saat sedang istirahat Ira merasakan sesuatu di area sensitifnya segera pergi ke toilet , ketika ia melihat tanda merah ia sangat terkejut rasanya ingin pingsan . Ira bingung harus bagaimana dan apa yang harus dilakukannya .
Seorang teman melihat Ira kebingungan berdiri di depan pintu toilet mendekatinya . "Kamu kenapa ,Ra ?' tanya Heni penasaran .
Ira menoleh bingung harus menjawab bagaimana ." Eh anu ,itu em , aku keluar darah ," bisik Ira merasa malu sambil menoleh ke kanan dan ke kiri takut ada yang mendengar .
Heni merasa aneh dengan jawaban Ira , ia berpikir sejenak mencerna jawaban tadi sontak membuatnya terkejut lalu menarik Ira ke dalam toilet .
"Kamu haid ya ," tebak Heni merasa yakin kalau Ira haid . Sedangkan Ira tidak paham apa itu Haid . "Maksudmu apa tadi ... Haid , apa itu ?" tanya Ira penasaran .
"Haid itu darah yang keluar dari area anu itu ," jawab Heni menyebut area sensitif perempuan dengan anu karena menurutnya terlalu vulgar . Ira terkejut sambil menutup mulutnya .
"Terus aku harus pakai apa ini takutnya merembes ke kaki kan malu kalau ketahuan orang ?" tanya Ira yang polos belum tahu soal Haid .
"Tunggu di sini ," kata Heni kemudian meninggalkan Ira di toilet .
Heni kembali masuk ke dalam toilet ternyata Ira masih di dalam dengan wajah pucat . "Kamu butuh ini cepat pakai mumpung masih sedikit ," perintah Heni memberikan pembalut kepada Ira .
Ira mengernyitkan dahi melihat barang bergambar perempuan lalu membukanya dengan cara bolak balik karena tidak tahu cara memakainya , hal itu membuat Heni jengah melihat tingkah Ira yang benar-benar polos .
"Malah dilihatin doang , begini cara memakainya ," Heni menunjukkan cara memakainya kemudian Ira mempraktekan dan memakainya . Ira tertawa lucu karena merasa aneh di area sensitifnya sambil menggoyangkan tubuhnya geli .
“Kenapa senyum-senyum?" tanya Heni menggelengkan kepala .
"Geli ,Hen . Baru kali ini aku memakai barang seperti ini , aneh sekali rasanya ," Ira tertawa geli merasakan kulitnya , tiba-tiba sesuatu keluar dari area sensitifnya yang terasa hangat membuatnya terdiam seketika upss .
Heni sudah keluar dari toilet berjalan agak jauh dari Ira , ia menoleh ke belakang ternyata Ira tertinggal jauh dan melihat Ira sedang berdiri diam saja seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan .
"Apa lagi ?" tanya Heni membuat Ira berjalan pelan-pelan karena takut jatuh itunya . Heni tertawa terpingkal-pingkal melihat cara Ira berjalan sangat aneh . Ira kesal ditertawakan Heni mencubit lengan Heni agak keras . Heni menjerit kesakitan karena cubitan Ira .
“Aduh sakit ,Ra . Kamu kalau nyubit sakit sekali ," Heni menghentikan tawanya sambil mengusap lengannya yang sakit akibat ulah Ira .
“Salah sendiri orang sedang sakit malah diketawain ,“ umpat Ira berjalan masuk kelas dan duduk dengan tidak nyaman karena merasa mengganjal .
Waktu jam terakhir ia tidak konsentrasi saat mengisi lembar jawaban karena kepikiran dengan tanda merah itu . Kepalanya terasa pusing dan perutnya sakit melilit .
Bel berbunyi tanda waktu selesai ujian hari ini semua siswa keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Ira pulang bersama Heni dengan berjalan kaki . " Bagaimana soal ujian tadi bisa jawab gak ?" tanya Heni .
"Bisa tapi entah jawabannya benar atau tidak ," keduanya tertawa mendengar jawaban Ira .
"Dasar sableng ," umpat Heni setelah reda tawanya . "Begitu kan kalau menjawab soal ujian yang penting di jawab daripada tidak sama sekali ," sahut Ira , keduanya kembali tertawa .
"Benar kamu memang benar kita lihat saja nanti hasil akhir nilai ujiannya seperti apa ," kata Heni kembali tertawa mendengar jawaban Ira yang lucu .
Mereka berpisah di pertigaan , rumah Ira menuju gang utama sedangkan Heni agak maju sedikit rumahnya ada di gang ke dua sebelah kanan .
Sampai di rumah Ira langsung masuk ke dalam kamar sesaat ia bingung dengan kondisinya saat ini , beruntung ibunya belum berangkat bekerja sedang mempersiapkan tas kerjanya , berjalan keluar dari kamar melihat Ira berjalan sangat aneh ,
Haryati merasa curiga dengan anak bungsunya mengikuti sampai ke dalam kamar . “Ira ,“ panggil Ibunya . Ira yang akan masuk ke kamar mandi menoleh ke arah pintu .
"Ada apa ,Bu ?" tanya Ira . “Kamu kenapa jalannya begitu apanya yang sakit ?" tanya Haryati penasaran .
Ira merasa malu dengan pertanyaan ibunya ia pun tidak bisa menyembunyikannya lagi karena ini urusan perempuan jadi ibunya pasti tahu dan paham .“Aku haid ," jawab Ira dengan berbisik takut ketahuan .
Haryati terkejut mendengar putri bungsunya haid terdiam sesaat lalu tersenyum penuh arti . "Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan tubuhmu dan sering mencuci bagian sensitif mu dengan bersih jangan sampai darah keluar dan mengotori tempat dan pakaian lainnya karena najis ," Haryati memberi nasehat kepada Ira .
Sekarang Ira baru paham apa itu Haid . "Ibu aku butuh pembalut biat itu ," kata Ira bingung mau menyebut barang untuk tempat darah haid .
"Kamu mandi dulu ,biar ibu belikan pembalut ," Haryati pergi ke warung membeli pembalut sementara Ira mandi .
Setelah selesai mandi ia segera memakai pakaian dan memasang pembalut pada celana dalam . Ia merasa lebih baik dan nyaman tidak seperti pertama kali memakai .
Ira keluar dari kamar melihat kakak laki-lakinya sedang duduk di depan televisi sambil merokok dan ngopi . Yaman melihat Ira merasa ada yang aneh , sampai tidak berkedip .
"Aku perhatikan ternyata aku punya adik yang sangat cantik ," gumam Yaman melirik sekilas lalu kembali menonton televisi . Ira berjalan ke ruang makan , ia mengambil nasi dan sayur di piring lalu memakannya dengan lahap .
"Kamu makan sama apa ,Ra ?" tanya Mulyadi kakak lelakinya yang baru pulang dari bekerja .
"Ini sama sayur daun singkong ," jawab Ira kemudian memasukkan makannya ke dalam mulut .
Mulyadi duduk di depan Ira mengambil nasi dan lauk di piring lalu memakannya . Haryati ikut bergabung dengan mereka hanya Yaman yang tidak ikut makan .
"Man , sini makan bersama kami ," Haryati memanggil Yaman yang sedang menonton televisi . "Nanti ,Bu makannya soalnya masih kenyang ," jawab Yaman dengan suara agak keras . Mulyadi melirik memperhatikan Ira .