Nayla dan Dante berjanji untuk selalu bersama, namun janji itu pudar ketika Nayla mendapatkan pekerjaan impiannya. Sikap Nayla berubah dingin dan akhirnya Dante menemukan Nayla berpegangan tangan dengan pria lain. Hatinya hancur, tetapi sebuah kecelakaan kecil membawanya bertemu dengan Gema, kecerdasan buatan yang menjanjikan Dante kekayaan dan kekuasaan. Dengan bantuan Gema, Dante, yang sebelumnya sering ditolak kerja, kini memiliki kemampuan luar biasa. Ia lalu melamar ke perusahaan tempat Nayla bekerja untuk membuktikan dirinya. Dante melangkah penuh percaya diri, siap menghadapi wawancara dengan segala informasi yang diberikan Gema.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan yang terlalu cepat
Freya menatap Dante dengan air mata yang mengalir di wajahnya. Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang selama ini ia pendam sendirian.
Dante, yang kini tidak lagi dikendalikan oleh emosi, merasakan gelombang simpati yang aneh. Bukan karena Gema menyuruhnya, tetapi karena ia melihat pantulan dirinya sendiri dalam diri Freya; seseorang yang pernah terluka parah.
[Saatnya kau berbicara, Dante. Gunakan cerita ini untuk membangun ikatan emosional yang lebih dalam. Ingat, empati adalah kunci untuk memenangkan hatinya. Tunjukkan padanya bahwa kau bisa menjadi pria yang bisa ia percayai], bisik Gema.
Dante menghela napas panjang, ia mengangkat tangannya dan menyentuh pundak Freya dengan lembut. "Aku mengerti, Freya. Aku tahu bagaimana rasanya terluka oleh orang yang kita percayai. Aku tahu rasa sakit itu, tapi setidaknya, kau sudah terlepas dari pria itu. Dan yang terpenting, kehormatanmu masih terjaga," ujarnya, suaranya terdengar lembut dan tulus.
Freya menoleh, menatap Dante dengan mata yang penuh dengan air mata. Ia melihat ketulusan di mata Dante dan merasa sangat tersentuh. "Terima kasih, Dante. Kata-katamu sangat berarti bagiku," katanya, suaranya terdengar serak.
Mereka terdiam sejenak. Keheningan di antara mereka terasa nyaman, tidak ada lagi kecanggungan. Freya kemudian menyeka air matanya dan tertawa kecil. "Aku merasa sedikit lebih baik sekarang," katanya.
Freya yang merasa rambutnya sedikit lengket akibat udara malam, segera menyentuh rambutnya. "Rambutku gerah sekali, aku ingin ke salon."
"Aku tahu tempat yang bagus. Mau kuantar?" tawar Dante.
Freya mengangguk.
Mereka akhirnya tiba di salon. Freya duduk di kursi yang berhadapan dengan cermin, Dante mengambil tempat di kursi tunggu.
Dante memperhatikan dari awal, Freya yang melepas jepit rambutnya yang terlihat indah, membiarkan rambutnya tergerai panjang, lalu sang penata rambut mulai bekerja.
Dante memperhatikan setiap gerakan telaten sang penata rambut, dan ia tidak bisa menahan rasa kagumnya. Gema pun berbisik padanya, [Lihat, Dante. Freya terlihat lebih santai sekarang. Ini adalah kesempatan emas untuk membiarkan dia merasa nyaman bersamamu. Jangan ganggu dia, biarkan dia menikmati momennya].
Dante menatap Freya yang sedang memejamkan matanya, menikmati setiap gerakan lembut penata rambut. Bayangan wajah Bram yang mengejeknya dan Nayla yang menghinanya melintas di benaknya, tetapi ia menepisnya dengan cepat.
Ia kini hanya fokus pada Freya. Tanpa sadar, Dante bergumam pelan, "Cantik sekali," suaranya nyaris tak terdengar.
[Aku tahu itu, Dante. Tapi jangan sampai dia mendengarmu. Kau harus tetap menjaga sikapmu], bisik Gema.
Beberapa saat kemudian, Dante bertanya pada Gema dalam benaknya. "Gema, apakah aku dan Freya memiliki peluang untuk menjadi sepasang kekasih?"
[Dante, Freya adalah wanita yang sempurna dan dia pantas mendapatkan pria yang sempurna juga. Jika dilihat dari profilnya, dia memiliki segalanya dan hampir tidak ada kekurangan. Kamu beruntung bisa dekat dengannya karena dia adalah orang yang baik. Tapi aku melihat peluangmu masih sangat kecil untuk bisa mendapatkan hatinya, karena kamu masih belum sempurna untuknya. Tapi, aku akan membantumu. Aku berjanji akan membantumu jika kamu memang jatuh cinta pada Freya], jawab Gema.
"Aku tidak tahu, Gema. Aku tidak tahu apa yang kurasakan padanya. Yang terpenting sekarang adalah Gemagroup. Aku akan mengembangkan Gemagroup terlebih dahulu, setelah Gemagroup sukses, barulah aku akan memikirkan hal lain," jawab Dante.
[Itu adalah hal yang tepat, Dante. Karena jika kamu mencintai Freya sekarang, bahkan jika Freya memiliki perasaan yang sama padamu, perbedaan status yang terlalu jauh akan terlihat jomplang dan itu akan memengaruhi mental Freya. Kamu harus berhasil menyamai statusnya, barulah dia bisa melihatmu sebagai pria yang pantas untuknya], tambah Gema.
Kurang lebih satu jam kemudian, penata rambut selesai dengan pekerjaannya. Rambut Freya yang tadinya panjang kini menjadi sebahu, terlihat rapi dan elegan.
Dante menatap Freya dari kejauhan, ia tak bisa berkedip sama sekali. Freya, yang menyadari tatapan Dante, berjalan menghampirinya. "Sudah selesai, Dante," katanya, sambil tersenyum manis.
Dante tidak menjawab, ia hanya menatap Freya dengan ekspresi kagum. "Apa aku terlihat aneh?" tanya Freya sambil memiringkan kepalanya.
Dante tersenyum dan menjawab, "Freya, kamu terlihat cantik sekali. Rambut barumu sangat cocok denganmu."
Freya tersenyum malu. Freya menyadari, dari awal hingga akhir, Dante selalu menatapnya. "Aku tahu, Dante. Aku tahu kamu dari tadi menatapku," goda Freya, sambil tertawa kecil.
Dante tertawa malu. "Aku tidak bisa menyembunyikannya, Freya. Kamu terlihat luar biasa," jawabnya. "Tapi kurasa, aku sudah membuatmu tidak nyaman, ya?"
"Tidak, Dante. Aku tidak merasa tidak nyaman, kok." Freya menatap Dante dengan tatapan yang dalam. "Justru, aku merasa senang. Aku tidak pernah merasa sebahagia ini, Dante."
Setelah membayar, mereka berjalan menuju mobil. Freya melajukan mobilnya dengan tenang, mengantar Dante pulang. Di tengah perjalanan, Freya bertanya, "Dante, aku penasaran, kenapa terkadang laki-laki tidak menyukai wanita yang status dan hartanya lebih tinggi dari mereka?"
Dante yang terdiam sejenak, menatap jalanan yang lenggang. "Bukan tidak suka, Freya, tapi sadar diri. Pria yang tulus mencintai tidak akan pernah peduli dengan status atau kekayaan wanita, tapi dia sadar kalau ada beberapa hal yang tidak bisa dia berikan, yang mana hal itu bisa diberikan oleh pria lain yang lebih kaya dan berstatus tinggi."
Freya menghela napas panjang dan menatap Dante, ia menanggapi Dante dengan mengatakan, "Karena itulah, kebanyakan wanita karier tidak bahagia, Dante. Mereka terlalu sibuk mengejar kesuksesan, sampai mereka tidak menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah harta atau status, melainkan orang yang mencintai mereka dengan tulus, dan bisa mereka cintai dengan tulus. Aku melakukan ini bukan untuk memiliki pasangan yang statusnya di atas aku, Dante. Yang aku inginkan hanyalah hidup dengan orang yang aku cintai dan mencintaiku. Masalah uang aku bisa cari sendiri, tapi menemukan orang yang tulus mencintaiku tidak akan semudah aku dalam mencari uang."
Dante mengejeknya. "Kali ini kamu bilang begitu, Freya. Tapi suatu saat, kamu akan mengerti. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, bukan hanya soal dia diterima olehmu, tapi juga oleh keluargamu. Apa kamu yakin, keluargamu akan menerima pria yang statusnya jauh di bawahmu?"
Freya langsung memotong ucapan Dante. Ia menatap Dante dengan tatapan serius. "Dante, aku tidak peduli dengan itu. Aku akan membuat mereka mengerti bahwa bagiku, perbedaan status itu tidak penting. Yang penting adalah, dia mencintaiku dengan tulus, dan aku juga mencintainya."
Dante kembali bertanya. "Bagaimana jika pria itu mencintaimu dengan tulus, tapi dia pemalas dan hanya menikmati hasil kerja kerasmu? Apa kamu masih bisa mengatakan dia mencintaimu dengan tulus, Freya?"
Freya menggelengkan kepalanya. "Itu bukan cinta yang tulus, Dante. Cinta yang tulus itu berjuang bersama. Bukan salah satu menikmati hasil dari pihak lainnya. Pria itu harus memiliki rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri dan pada pasangannya."
Percakapan di dalam mobil itu terus berlanjut, Dante dan Freya saling berargumen. Dante menyajikan berbagai skenario hipotetis, mencoba menguji idealisme Freya. Ia berpendapat bahwa cinta dan status adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, terutama di dunia nyata.
Di lain sisi, Freya dengan tegas mempertahankan pendiriannya bahwa cinta sejati lebih penting dari segalanya. Ia kesal karena Dante tak mau mengalah, Freya akhirnya menghentikan mobilnya. Ia menoleh ke arah Dante, menatapnya dengan intens. Tanpa berkata-kata, Freya mencium bibir Dante.
Dante terkejut, ia tidak menyangka Freya akan melakukan hal itu. Setelah beberapa saat, Freya melepaskan ciumannya. "Apakah kamu mencintaiku, Dante?" tanya Freya. Dante menatapnya, ada perasaan yang campur aduk di dalam dirinya. Ia menghela napas, "Freya, aku belum pantas untukmu. Kamu harus menunggu, jika kamu ingin bersamaku."
Freya mengangguk. "Aku akan menunggumu," katanya. Ada senyum tulus yang muncul di wajah Freya, yang membuat Dante seolah terbius. "Maafkan aku, Dante. Aku tahu aku terlalu cepat mengatakannya, tapi aku tidak bisa lagi menahan perasaanku. Jujur saja, aku sudah jatuh hati padamu sejak kamu memperbaiki mobilku yang mogok."