NovelToon NovelToon
Bopo Kembar Desa Banyu Alas

Bopo Kembar Desa Banyu Alas

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cintamanis / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:22.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Arshaka Sadewa dan Aksara Sagara adalah Bopo Kembar Desa Banyu Alas. Putra dari Bopo sebelumnya, yaitu Abimanyu.
Keberadaan Bopo Kembar, tentu menghadirkan warna tersendiri untuk Desa Banyu Alas. Dua pria yang mewarisi sifat Romo dan Ibunnya, membuat warga desa sangat menyayangi dan menghormati keduanya.
Bagaimanakah kehidupan Bopo Kembar ini?
Apakah mereka benar - benar bisa di andalkan untuk menjaga Desa Banyu Alas?

Jangan lupa untuk membaca Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades terlebih dahulu, agar bisa memahami jalan ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Pria Misterius

Dini hari itu dengan mengendarai mobil, Abi, Pak Karto, Arsha dan Aksa pergi ke Grojogan Wungu. Lokasi Grojogan memang tidak terlalu jauh, namun medan yang harus mereka lewati cukuplah sulit.

"Le, pelan - pelan saja bawa mobilnya." Kata Abi yang duduk di sebelah Aksa.

"Iya, Mo. Ini udah pelan kok." Jawab Aksa.

"Ngene alon, nak ngebut piye jal? (Gini pelan, kalau kebut gimana coba?)" Komentar Pak Karto.

"Tenang aja, Kung, aku udah pro kok. Gak ada jalanan Desa Banyu Alas yang belum aku lewatin." Kata Aksa.

"Ada! Jalan ke Danau Gondo Mayit." Sahut Arsha.

"Hiih! Metamet jabang bayik! Aku blas ra pingin merono. (Amit - amit jabang bayik! Aku sama sekali gak ingin kesana.)" Sahut Aksa cepat.

"Jangan sampai lah, Nak. Cukup Romo dan Ibun saja yang merasakan. Kalian dan keturunan selanjutnya jangan sampai merasakan hal yang sama." Sahut Abi.

Hatinya terasa nyeri saat mengingat kejadian belasan tahun silam. Rindu pada mendiang putra angkatnya pun masih ia kemas dengan rapih di sudut hatinya.

Tak berselang lama, mereka akhirnya sampai di pelataran menuju ke Grojogan Wungu. Keempatnya segera turun dari mobil dengan membawa dua buah senter dan sebuah lampu emergency untuk penerangan.

"Akung di tengah saja. Biar aku yang di belakang." Kata Aksa.

"Mengko kowe di gondol memedi, Le, nak melaku neng mburi. (Nanti kamu di culik hantu, Le, kalau jalan di belakang.)" Ledek Pak Karto sambil tertawa untuk mencairkan ketegangan.

"Aku khawatir Akung kepleset terus gak ketahuan kalau jalan di belakang." Sahut Aksa.

"Nak tibo lak muni kedebug, ngono. Kan krungu, to. (Kalau jatuh pasti bunyi kedebug, gitu. Kan kedengeran, to.)" Kata Pak Karto.

"Habis itu, aku yang kena semprot mantumu, Pak." Sergah Abi yang berjalan di depan.

"Lagian, gak ada memedi yang mau nyulik Aksa, Kung. Dagingnya pahit, bau prengus lagi." Sahut Arsha yang membuat mereka terkekeh kecuali Aksa yang hanya bisa mencebik.

Mereka terus berjalan menaiki undakan batu kemudian melewati jalan setapak yang tanahnya berlumut.

"Awas licin banget ini jalannya, lumut tok! Saking gak pernah di datangi." Kata Abi yang memperingatkan.

"Harus gugur gunung di sini ini. Dahan sama semaknya hampir nutup jalan." Imbuh Abi kemudian.

Gugur gunung adalah salah satu tradisi kegiatan gotong royong untuk bersih - bersih atau berbenah suatu lingkungan atau fasilitas desa.

"Ya di agendakan saja, Nang. Kalau kamu sibuk kan ada Bapak sama anak - anak." Kata Pak Karto.

"Iya, Mo. Sebelum Aku sama Aksa mulai Kuliah." Imbuh Arsha menyetujui.

"Iya, nanti biar Romo agendakan secepatnya." Jawab Abi.

"Akung pegangan Arsha, Kung. Biar gak jatuh." Ujar Arsha sambil mengulurkan tangan ke belakang. Pak Karto pun menyambut uluran tangan cucunya.

"Ealah, kok malah dadi momong Akunge to iki. (Ealah, kok malah jadi mengasuh Akungnya to ini.)" Cicit Pak Karto.

"Kalo Akung jatuh kan lebih susah, kita harus gotong Akung. Gak mungkin, mau di gelundungin sampe bawah." Sahut Aksa yang membuat mereka kembali terkekeh.

"Belum lagi nanti kena Omel Ibun sama Bunda. Triple kill jadinya." Imbuh Arsha.

"Triplek kill iku opo to? (Triplek kill itu apa to?)" Tanya Pak Karto yang membuat putra dan cucunya tertawa lirih.

"Triplek itu saudaranya papan, Pak. Tapi lebih tipis." Sahut Abi di sela tawanya.

"Triple loh, Kung. Bukan Triplek. Itu maksudnya kena tiga kali gitu. Kayak sudah jatuh ketimpah tanggane (tetangganya)" Arsha menjelaskan sambil bergurau hingga kembali membuat mereka terkekeh.

"Kalau yang nimpah Lek Parlan, yo remuuk, rek!" Sahut Aksa.

"Hus! Kamu kok malah body shamming lho, Sa." Kata Arsha sambil terkekeh.

"Bau dupa deh, Mo. Mak sreeng gitu." Kata Aksa tiba - tiba.

"Iyo iki, ayo gek ndang. (Iya ini, ayo cepetan.)" Titah Pak Karto hingga membuat mereka semua mempercepat langkah.

"Romo sama Mas duluan aja. Biar aku yang ngimbangin jalannya Akung." Usul Aksa.

"Yasudah, Romo sama Masmu duluan kalo gitu. Hati - hati jalan sama Akungnya ya, Le." Kata Abi. "Ayo, Nang." Ujar Abi yang mengajak Arsha untuk lebih cepat.

"Tenang, Mo. Aman." Sahut Aksa.

Mereka berdua dengan setengah berlari menyusuri jalanan tanah berlumut yang terus menanjak. Dahan, dedaunan dan semak yang hampir menutup jalan pun mereka terabas begitu saja.

Semakin dekat, aroma dupa semakin tercium kuat. Suara air terjun yang riuh pun menyambut kedatangan mereka. Dari kejauhan, Abi dan Arsha bisa melihat setitik cahaya yang berasal dari sebuah obor.

Disana, ada seorang pria yang sedang bertelanjang dada. Pria itu duduk di atas sebuah batu besar yang ada di dekat air terjun dengan berbagai sesaji di depannya.

"Astaghfirullah, Ya Allah!" Seru Abi yang nampak geram.

"Heh! Siapa kamu! Ngapain kamu di situ?" Teriak Abi yang berusaha menyaingi suara derasnya air terjun.

Pria yang di teriaki itu, nampak bergeming. Seolah tak mendengar suara Abi yang cukup menggelegar. Abi dengan langkah lebarnya berjalan mendekati pria asing itu.

Praaang!!

Abi menendang semua sesaji yang ada di hadapan si Pria. Beberapa cawan yang terbuat dari logam dan berisikan sesaji itu pun berhamburan lalu hanyut terbawa air sungai.

Abi berdiri dengan wajah penuh amarah di hadapan pria yang baru membuka matanya setelah Abi memporak - porandakan sesajinya.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan ritual untuk hal yang buruk di sini?" Tanya Abi dengan raut wajah yang menyeramkan.

Arsha yang melihat kejadian itu pun bergidik ngeri. Bukan karena takut dengan ritual yang sedang berlangsung, namun ia takut melihat raut wajah menyeramkan Romonya. Selama hidup, baru kali ini lah ia melihat sang Romo murka sejadi - jadinya.

"Bereng*sek! Siapa kamu? Kenapa kamu mengganggu ritual yang sedang saya jalani?" Pria paruh baya yang nampak lebih tua dari Abi itu, menatapnya tak kalah berang.

"Saya adalah orang yang di amanahi untuk menjaga Desa Banyu Alas. Sepertinya kamu orang jauh hingga tak tau tentang Bopo desa ini." Kata Abi.

"Saya gak punya urusan dengan kalian. Persetan dengan Bopo, Penjaga atau apapun itu." Kata si Pria yang menantang.

"Apa yang kamu lakukan ini sudah mengganggu ketenangan seluruh warga Desa Banyu Alas dan saya gak akan diam saja." Tegas Abi.

"Apa yang kamu inginkan dan apa yang sudah kamu berikan?" Tanya Abi kemudian.

"Bukan urusanmu!" Sahut si Pria.

"Sekarang ini sudah menjadi urusan saya, karna kamu melakukannya di wilayah saya." Jawab Abi.

Abi terus mendesak Pria yang masih bungkam. Hingga si Pria yang juga berang itu akhirnya berdiri dan hendak melakukan adu Fisik.

Melihat Romonya akan di serang, tentu saja Arsha tak tinggal diam. Ia segera naik ke atas batu dan menggantikan Romonya. Remaja itu tak akan membiarkan kulit Romonya tersentuh oleh orang yang berniat jahat.

"Biar aku saja, Mo." Pinta Arsha yang kini berdiri menjadi tameng untuk Romonya. Melihat putranya sudah menghalangi, Abi pun akhirnya menyingkir dan pindah ke batu yang lain.

"Jangan ikut campur kamu, anak kecil." Bentak si Pria.

"Saya gak akan ikut - ikutan kalau saja Bapak bisa kooperatif. Tapi, jika sudah main kekerasan, maka saya yang akan maju." Ujar Arsha tanpa takut.

"Bersiaplah untuk jadi tumbalku selanjutnya kalau begitu." Kata si Pria sambil tertawa. Tawa yang terdengar aneh di telinga Arsha dan Abimanyu.

"Silahkan kalau bisa. Gak akan ada yang bisa menyakiti Bopo Desa Banyu Alas di wilayahnya." Tantang Arsha tanpa takut. Ia pun sudah bersiap dengan kuda - kudanya.

Tentu saja tak sembarang kuda - kuda. Arsha dan Aksa sudah sejak kecil berlatih bela diri Pencak Silat, hingga mereka mempunyai kemampuan yang cukup mumpuni untuk berlaga. Aksa bahkan selalu menjuarai setiap event laga Pencak Silat hingga ke Provinsi.

"Dasar, bocah sombong!" Ujar si Pria yang kemudian melayangkan pukulan pada Arsha.

1
Atik Kiswati
Alhamdulillah wes rk jomblo meneh....
syora
wah arsha👍👍👍👍 cool badassss
bunda aya
ya allah mas arsha gk romantis bnget nyatain cintanya 😍😍
dapurAFIK
mas arsha gercep sat set langsung nembak nya jd istri bikin dek Rai keselek batuk2😄👍
Lee 😉
ikut seneng deh,, sampe pen melayang jdi nya 🤣🤣🤣
Lee 😉
duuhhh,,, salting nya nembus layar 🤣😄
widi
duh meleleh dengernya...soft spoken banget Arsha
syora
alhamdulillah gini,doa disertai usaha
ibaratmya berjodoh tp kita jg butuh perjuangan dan usaha tuk mndapatkannya
langkah yg tepat arsha👍👍👍👍
🎃
akhirnya mas arsha pecah telor jugak setelah sekian tahun yee kan
kawal sampai halal pokonya mah 😍
Dedes
aduuhh pengen jumpalitan. ternyata rasa itu gak bertepuk sebelah tangan 😍
Dedes
ya Allah mas to the point banget
Arin
Woah..... gercep banget nih Arsha. Mumpung pas ketemu lagi, langsung sat set tanpa ba bi bu lagi nembak mau jadi istri???? 👍👍👍👍
Isda Wardati K
lugas banget sich mas arsha ndak ada romantis2 nya.
Humay Uum
duuuh yg dtembak Rania aku yg senyum2 tooh 🤭salting iih inget ker ngora lah pokoya 🤣🤣
Santi
jdi senyum2 sendiri aku,,🤭
indy
arsha langsung beraksi
Titik Sofiah
tambah up lagi donk Thor..... riques ntar Aksa jodoh a dokter ya Thor....🤭🤭🤭
Kasih Bonda
next Thor semangat
bunda kk
arsha langsung sat set aja😍
Dewi kunti
gak usah lama2 calon mantu bawa plg🤭🤭🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!