NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jelmaan Iblis

Drajat bangun dari duduk, langkahnya berat namun pasti, mendekat ke arah istrinya. Tatapannya dingin menusuk, seperti ingin mengupas habis isi kepala Karsih.

"Kau pikir aku bodoh, Kar?"

Glek!

Tenggorokan Karsih tercekat. Udara seolah ikut membeku.

Sepertinya Drajat sudah tahu apa yang terjadi. Dengan gerakan cepat, tangannya mencengkeram pergelangan tangan Karsih hingga nyeri.

"Kau akan menyesal sudah main-main denganku! Kau pikir aku menikahimu karena cinta? Bukan! Kalau kau bisa mengkhianatiku, aku juga bisa menyiapkan sesuatu buatmu!"

"Kamu mengancamku, Mas?"

"Bukan, kau harus tahu kalau aku bukan pria bodoh!"

"Oh, ya? Memang, tapi pria keji! Kamu memperkosa Kin, memfitnahnya, dan sekarang aku dan anak-anakku terseret ke dalam kutukan itu. Kau bodoh! Lebih bodoh dari yang kau kira! Kau tak pikir panjang sebab-akibatnya sampai kau membahayakan nyawa anak-anakmu sendiri!"

Plak!

Tamparan keras itu membuat kepala Karsih terhuyung. Hening, hanya terdengar napas Drajat yang memburu.

"Kau pikir aku nggak tanggung jawab? Aku tanggung jawab sampai sekarang. Kalau tidak? Mungkin kau sudah tewas di tangan Kin!"

Tanpa menunggu balasan, Drajat berbalik pergi, meninggalkan Karsih yang menangis, mengusap pipinya yang memerah, matanya berkilat penuh benci.

"Pantas saja Kin menolaknya, dia bukan manusia, tapi jelmaan iblis," gumam Karsih lirih, menatap punggung suaminya yang kian menjauh. Entah kemana pria itu akan pergi saat emosinya memuncak.

Ternyata, Drajat pergi menemui dukun sakti itu lagi.

"Ada apa lagi, Juragan?" suara berat dukun itu terdengar dari balik kepulan asap kemenyan.

"Buat Karsih jadi gila! Siapa dia, berani membuatku seperti ini sampai aku harus kehilangan kejantananku!" jawab Drajat, wajahnya memerah, urat-urat di lehernya menegang.

"Yakin?" tanya dukun itu, kedua tangannya bergerak mondar-mandir di atas bara api, sesekali memercikkan letupan kecil. Bau kemenyan semakin pekat, membuat dada sesak.

"Ya, saya yakin, Mbah. Ini maharnya!" Drajat mengulurkan gulungan uang tebal, matanya berkilat puas, Drajat juga sudah membawa media santet, dia menyerahkan beberapa helai rambut Karsih yang sudah dia siapkan sebelumnya.

"Jangan menyesal," ucap dukun itu lirih, seperti bisikan yang menyelinap di telinga.

Drajat hanya mengangguk. Tak lama, dia diminta pulang dan menunggu hasilnya.

Sore itu, belum ada tanda-tanda. Drajat duduk di kursi meja makan, menunggu hidangan tersaji. Matanya mengikuti gerak-gerik Karsih yang sedang menyendok nasi hangat ke piring.

Tapi, di mata Karsih, tiba-tiba nasi itu bergerak.

Awalnya pelan, lalu semakin jelas bulir-bulir putih itu bergeliat seperti belatung, memenuhi sendok, menetes dari sisi piring. Aroma amis busuk yang tak kasat hidung orang lain kini memenuhi rongga hidungnya.

Karsih tertegun, kedua tangannya mulai gemetar. Suara dentingan sendok di piring terdengar seperti gema panjang yang menembus telinga. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Drajat tersenyum tipis dari tempat duduknya, menunggu giliran mimpi buruk itu menelan istrinya hidup-hidup.

****

Seketika, Karsih yang mulai mual itu menutup mulutnya. Napasnya tersengal, wajahnya pucat pasi. Tak mampu lagi menahan, dia memuntahkan isi perutnya tepat di dekat meja makan. Cairan asam bercampur sisa makanan mengalir di lantai.

"Bu, Ibu kenapa?" tanya Melati yang turun dari kursinya. Suara kursi yang bergeser terdengar nyaring di telinga Karsih. Gadis kecil itu berlari mendekati ibunya yang masih memegangi perut dan mulutnya.

Namun Karsih tak menjawab. Matanya nanar, pandangannya kosong menatap piring-piring yang kini terasa seperti tumpukan belatung hidup. Dengan punggung membungkuk, dia berlari menjauh dari meja makan, langkahnya tergesa.

"Uuueeekk, uuueeeekkkk!"

Suara muntahnya menggema di seluruh rumah, bercampur dengan suara langkah kakinya yang tak teratur.

"Bapak, Ibu kenapa, Pak? Kenapa Ibu kaya ketakutan?" tanya Kemuning sambil memegangi lengan ayahnya, matanya menatap penuh cemas.

Drajat hanya terdiam. Tatapannya tajam mengikuti arah lari Karsih, bibirnya melengkung tipis. Di sudut matanya, ada kepuasan yang tak disadari kedua anaknya.

melihat ibunya yang seperti itu membuat Melati dan Kemuning berlari menyusul, begitu juga dengan Drajat yang ingin menyaksikan kegilaan istrinya dengan mata kepalanya sendiri.

"Kar, ada apa? Kamu sakit?" tanya Drajat seraya memijit pelan pundak istrinya dan Karsih menjawab dengan menggeleng, wanita itu berbalik badan, menatap anak-anaknya tajam, memastikan kalau mereka tak memakan makanan yang ada di meja.

Beruntung, dia tak melihat bekas makan di mulut kedua putrinya membuat Karsih memeluk keduanya, Karsih menangis, tak habis pikir kenapa makanannya bergerak-gerak menjijikkan.

"Mas, pecat si mbok. Aku mau ganti pembantu, dia lancang udah menyajikan belatung buat keluarga kita!" ucap Karsih, menatap tajam pada suaminya yang sedang pura-pura keheranan.

"Belatung? Dimana ada belatung, Kar?" tanya Drajat.

"Apa kalian nggak lihat? Meja makan itu penuh makanan yang menjijikkan?!" tanya Karsih dengan nada tinggi saat suaminya tak percaya padanya.

Drajat membawa Karsih ke meja makan lagi dan di sana semua makanan itu tampak normal saja, tak ada yang aneh apalagi belatung.

Ayam goreng, ikan sambel dan sayur masih tersaji hangat di meja makan. Karsih menelan ludahnya, dia berpikir kalau dirinya berhalusinasi karena terus memikirkan Kin.

"Istighfar, Kar!" kata Drajat, dia menuntun istrinya untuk kembali duduk.

Dengan ragu-ragu, Karsih pun mulai duduk, dia memperhatikan meja makan dan semua terlihat normal. Karsih mengangguk, percaya pada suaminya kalau semua tidak ada yang aneh.

Saat itu, Karsih mengalihkan pandangannya pada dua anaknya dan saat itulah gangguan santet yang dikirim suaminya kembali bekerja.

Karsih melihat wajah semua orang memucat, lingkar matanya menghitam juga cekung membuat bola mata mereka terlihat lebih besar, . "Ibu, ada apa?" tanya Kemuning, bocah itu bangun dari duduk, ingin menghampiri ibunya.

Tapi, yang Karsih lihat adalah, Kemuning sedang menatapnya tajam, seperti sangat membencinya, lalu terdengar suara 'pluk' saat ada gumpalan belatung yang keluar dari hidung anak itu.

"Aaaaaaaa!" teriak Karsih, menggelengkan kepala, tangannya menyibak semua yang ada di meja, kemudian jatuh pingsan di meja makan.

Melihat ibunya pingsan membuat anak-anak itu ketakutan, mereka pun meminta pada Drajat untuk menolongnya. "Pak, Ibu, Pak. Ibu kenapa? Cepat tolong, Pak!"

Sekarang, Drajat membopong Karsih ke kamarnya, dia juga memanggilkan dokter ke rumah.

"Ini belum seberapa menyakitkan, Kar! Karena pengkhianatanmu, aku harus kehilangan kejantananku!" Drajat menggeram dalam hati.

Selesai dengan pemeriksaan dokter hanya memberikan resep obat kelelahan dan vitamin. Mungkin juga ini trauma pasca kehilangan si bungsu.

Waktu telah berlalu, sekarang kabut malam sudah menyelimuti setiap sudut desa, sesekali terdengar suara angin yang menyeret dedaunan kering bersahutan dengan suara binatang kecil seperti jangkrik.

Drajat, pria itu berdiri di dekat jendela kamarnya, memperhatikan Karsih yang mulai perlahan bergerak.

ada senyum puas saat melihat wanita itu tak berdaya, berharap secepatnya jadi gila, lalu dia akan memasukkannya ke rumah sakit jiwa sebagai hukuman yang harus Karsih terima.

Karsih membuka mata walau terasa berat, dia melihat ke arah suaminya yang berdiri di sana.

"Kenapa, Kar?" tanya Drajat, dia membuang putung rokoknya keluar melalui jendela, lalu menutup jendela itu rapat, dia mulai mendekati Karsih yang terlihat linglung.

Karsih menangis, dia merasa ada yang aneh dengan dirinya, lalu dia pun teringat dengan ancaman Drajat sebelumnya.

Wanita berwajah pucat karena ketakutan itu menatap suaminya yang berwajah datar.

"Kang, aku merasa aneh, kenapa semua tiba-tiba terlihat aneh seperti ini?"

"Aneh bagaimana?"

"Kamu yakin nggak tau? Perasaanku bilang ini semua ulah kamu!"

"Oh, bagus kalau kamu sadar. Sekarang kamu di sini dulu, aku mau ajak anak-anakku jalan, nonton layar tancap!" Benar saja, Drajat meninggalkan Karsih sendirian di kamar itu, dia juga mengunci kamarnya dari luar.

"Kang, jangan lakukan ini! Buka pintunya!" teriak Karsih dari dalam sana.

Lalu, apakah Drajat perduli? Oh, tentu saja tidak.

Lanjut ke bab selanjutnya, ya.

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!