Anara gadis 25 tahun mengalami kecelakaan setelah mengetahui perselingkuhan calon suaminya dengan kakak tirinya. Tubuhnya yang tidak berdaya dan dinyatakan koma, tetapi ternyata arwahnya gentayangan. Arwah bisu itu harus menyaksikan banyaknya kepalsuan yang terjadi selama hidupnya. Ibu diri yang dianggap sudah sebagai ibu kandungnya yang ternyata juga selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya. Tetapi takdir berkata lain, Dokter tidak bisa menyelamatkan Anara.
Anara menangis meminta keadilan untuk hidupnya, meminta kesempatan agar diberi kehidupan kembali untuk membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Siapa sangka di saat matanya terbuka, Anara
berubah menjadi anak kecil yang berusia 6 tahun, walau tubuh Itu tampak kecil, tapi sisi dewasanya masih ada. Anara gunakan kesempatan itu untuk membongkar kepalsuan ibu tirinya.
Jangan lupa untuk ikuti terus novel saya.
Follow Ig saya : Ainuncefenis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 Tidak ada harapan
Ruangan rapat
Anara ikut bergabung dalam rapat tersebut yang berdiri di samping Haris yang memaksakan diri ke Perusahaan yang sangat berat hati meninggalkan putrinya.
"Saya minta doanya kepada kalian semua untuk kesembuhan putri saya yang menjadi harapan saya satu-satunya selama ini, belum ada peningkatan dalam kesehatannya, saya hanya mengharapkan keajaiban," ucap Haris dengan air matanya yang jatuh dan tampak begitu terisak saat menyebutkan nama Anara.
"Papa jangan terus menangis," Anara semakin sedih melihat Haris yang sekarang menunduk.
Anara melihat wajah-wajah orang yang berkumpul di meja rapat itu dan terlihat Nindy dan Heri tersenyum penuh dengan arti dan juga ada beberapa orang penghuni rapat yang tampak memberikan ekspresi data yang seolah tidak terbawa sedih sama sekali.
"Papa doa pernah meminta doa kepada mereka, mereka bukanlah orang tulus," ucap Anara.
"Kita saat ini sedang menjalani proyek yang besar. Saya tidak mampu menjalankan proyek ini. Anara yang seharusnya menangani proyek ini dan sekarang beliau sedang berjuang. Jadi saya akan menyerahkan proyek ini pada Heri," ucap Haris yang tampak putus asa.
"Tidak pah! Papa tidak boleh menyerahkan proyek itu. Papa jangan memikirkan Anara. Papa saja yang mengurus proyek itu, Perusahaan ini bisa berantakan dan mereka bukanlah orang-orang yang jujur," ucap Anara semakin yakin.
"Apa tuan yakin dengan keputusan tuan?" tanya Nesya yang tampak menjadi orang satu-satunya yang tidak setuju dengan hal itu.
"Kenapa tidak yakin, Bu Nesya, bukankah Heri adalah tunangan Anara. Kita semua juga tahu bagaimana Anara memberikan kepercayaan yang besar kepada Heri," sahut Nindy.
"Tapi ini bukan proyek main-main. Jika salah sedikit saja maka semuanya bisa hancur," ucap Nesya.
"Benar pah! ini bukan proyek main-main. Kali ini Anara setuju dengan apa yang dikatakan Nesya. Papa harus dengarkan dia!" tegas Anara.
"Bu Nesya! jika ada Anara ikut rapat bersama kita. Maka Ibu akan kembali berdebat dengan Anara. Anara memiliki keyakinan yang kuat yang sangat bertolak belakang dengan Ibu," sahut Hari.
"Tidak! kali ini aku sependapat dengan!" tegas Anara yang percuma saja sejak tadi berkoar-koar dan tidak ada yang mendengarkannya.
"Om Haris juga tahu bagaimana Bu Nesya dan Anara yang tidak pernah satu tujuan," tambah Heri yang berusaha untuk mempengaruhi Haris.
Nesya sepertinya menjadi orang satu-satunya yang tidak setuju dengan hal itu dan dia menjelaskan yang tidak memiliki pendapat apapun lagi untuk mempertahankan pendapatnya.
"Jika putri saya memberikan kepercayaan kepada Heri. Maka saya juga akan memberikan kepercayaan itu," sahut Haris yang membuat Heri dan Nindy tampak tersenyum dan Nesya menghela nafas.
"Tidak pah! jangan Anara mohon!" pinta Anara.
Sekretaris Haris yang meletakkan dokumen di depan Haris.
"Papa jangan lakukan itu, tunggu Anara bangun. Anara mohon sama Papa, semua orang jahat!" ucap Anara dengan menangis tanpa air mata yang mencoba untuk mencegah Haris, bahkan Anara berusaha untuk memegang tangan Haris agar tidak mengambil pulpen tersebut dan tetap saja apapun yang dia lakukan tidak ada gunanya.
Sementara Heri dan Nindy tampak tersenyum miring yang sudah tidak sabar menunggu jemari itu menandatangani berkas-berkas tersebut.
Dratt-drattt-drattt.
Haris tidak jadi menandatangani saat ponselnya bergetar yang membuat Anara lega dan pasti hal itu membuat Nindy dan Heri tampak kesal.
"Sebentar saya angkat telepon dulu!" ucap Haris yang mengeluarkan dari saku jasnya.
"Hallo Dokter!"
"Baiklah! saya akan segera ke rumah sakit," Haris tampak begitu panik.
"Ada apa. Pa?" tanya Nindy.
"Kondisi Anara semakin memburuk," Haris langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Papa tanda tangan dulu sebelum pergi!" Nindy langsung bergerak dan bahkan mengambil dokumen tersebut menyerahkan kepada Haris.
Pikiran Haris sudah benar-benar kacau dan mengabaikan dokumen tersebut yang langsung keluar dari ruang rapat.
"Pah!" panggil Nindy yang merasa begitu kesal.
"Sial!" umpat Heri yang juga ikut kesal.
"Syukurlah akhirnya dokumen itu tidak jadi ditandatangan.
"Dia bahkan juga sakit-sakitan dan seharusnya menyerahkan saja perusahaannya kepada istri dan anaknya yang masih ada," Anara mendengarkan salah satu cuitan dari penghuni rapat tersebut seorang pria yang juga memiliki jabatan yang tinggi di Perusahaan itu.
"Biasalah kepercayaannya tidak ada!" sahut yang satunya lagi.
"Di perusahaan ini benar-benar banyak orang manipulatif, munafik, penjilat yang hanya bersikap manis di depanku dan juga Papa dan ternyata di belakang mereka seperti seorang musuh yang menusuk. Aku saat ini tidak bisa membedakan siapa sebenarnya orang yang benar-benar baik!" ucap Anara
Mungkin hikmah dari dia kecelakaan dan rohnya yang berkeliaran membuatnya banyak tahu mengenai kepolosannya selama ini. Anara gadis manja yang memang mendapatkan kepercayaan untuk memimpin Perusahaan.
Anara begitu sangat baik kepada semua karyawan dan bahkan peraturan yang dia buat di perusahaan itu juga masuk akal dan ternyata itu menjadi masalah untuk karyawan. Alih-alih karyawan tidak pernah protes yang ternyata mereka menyimpan umpatan dan di saat Anara tidak ada mereka semua tertawa seolah Anara tidak layak di perusahaan itu
Tetapi apa gunanya dia mengetahui semua itu dan sementara dia tidak bisa berbuat apa-apa yang mana dirinya yang protes hanyalah arwah. Anara juga tidak menyangka jika kakak dan ibunya juga telah mengkhianatinya. Ibu kandung Anara telah tiada sejak usianya 8 tahun. Haris begitu sangat mencintai istrinya dan butuh waktu lama untuk kembali membina rumah tangga.
Haris akhirnya menikah dengan Tami di saat anara berusia 13 tahun dan Tami membawa Putri yang tak lain adalah Nindy saat itu usianya 15 tahun.
Hidup mereka baik-baik saja dan bahkan Anara mendapatkan kasih sayang dari Tami yang tampak tulus dan ternyata semua itu kembali lagi hanyalah kebohongan semata.
******
Rumah sakit
"Kondisi Anara sudah tidak bisa tertolong lagi. Anara sekarang hidup hanya berdasarkan alat mesin saja," ucap Dokter yang terdengar begitu lirih menyampaikan kabar buruk kita.
"Seperti apa yang saya katakan. Semua kembali lagi diserahkan kepada keluarga. Apakah akan tetap membiarkan Anara seperti itu atau benar-benar ikhlas untuk melepaskannya," ucap Dokter memberikan pilihan yang begitu berat.
"Saya tidak sanggup kehilangan putri saya," ucap Haris.
"Mas! tapi kita juga tidak bisa menyakiti tubuh Anara. Mungkin ini sudah menjadi takdir. Kita terus benar-benar ikhlas, walau saya juga sangat berat kehilangan Anara," ucap Tami.
"Jangan Pah! Anara pasti masih bisa hidup. Papa jangan dengarkan mereka," ucap Anara.
"Benar pah! ini juga demi kebaikan Anara. Kita menyiksa Anara seperti ini," sahut Nindy.
"Jangan Pah!"
"Baiklah Dokter. Jika memang putri saya hanya tersiksa dengan alat-alat mesin itu. Maka saya menyerahkan yang terbaik asalkan putri saya tidak merasa sakit lagi," ucap Haris.
"Papa tidak boleh melakukan semua itu. Anara tidak bisa meninggalkan papa bersama orang-orang jahat ini. Papa jangan seperti itu. Anara mohon," ucapnya yang menangis.
"Kami akan mencabut alat-alat medis di tubuh Anara," ucap Dokter.
"Jangan!"
"Papa!"
"Anara tidak mau Papa sendirian di sini. Papa harus percaya jika Anara pasti akan kembali,"
Apapun yang dikatakan Anara tetap saja tidak ada yang mendengarkannya. Anara hanya bisa meratapi hidupnya yang terjadi saat ini.
Bersambung.....
dan pastinya ku harap ini cerita sp end..sumpeh capek bgt baca cerita udah baca berbab" eh diujung malah diganting kayak jemuran...gariiinngggg bookk
apa setelah ini ada kejutan lainnya yang akan terbongkar??? wah, pasti seru ini...
Ceritanya bagus, Konfliknya tidak terlalu bertele2 dan Sesuai alurnya jadi gak buat bosan ...
Penyampaian kosakatanya mudah dipahami....
Semoga sukses kakk othor❤️
kasian anara dikeliling orang jahat yang suka berkhianat apalagi ibu tiri & kakak tirinya, ingin menguasai apa yg dimiliki anara... termasuk heri, berselingkuh dgn kakak tiri anara.