Menghadapi kerasnya kehidupan, membuat Aqilla menjadi seorang wanita yang tegar. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dalam suatu kecelakaan, membuatnya menjadi pribadi tertutup. Dengan merintis usaha kecil bersama sang adik, untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Dalam kondisi ekonomi yang dibilang sulit, ia tetap bertahan.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seseorang yang selalu berkaitan dengan darah, bahkan membunuh pun adalah kesehariannya. Namun hal itu tersembunyi dibalik kharismanya sebagai salah satu CEO di suatu perusahaan besar.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah yang akan terjadi jika mereka dipertemukan?
Penasarankan, ikuti terus up dari karyanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Jason menjadi emosi, melihat laporan yang diberikan oleh bawahannya dari dunia bawah.
" Aish, baru saja satu masalah selesai. Sudah ada lagi, nggak sayang sama nyawa apa tu orang. " Jason memijit kepalanya.
Berjalan perlahan, Jason menuju ruang kerja bosnya.
" Permisi tuan."
" Ada apa?." Sorot mata Akhtar menajam.
" Perjalanan produk kita telah digagalkan, dan semua produk kita itu hilang. " Jason menyampaikan informasi yang ia dapatkan.
" Heh, sudah kuduga. Rupanya mereka ingin bermain-main denganku, baiklah. Siapkan semuanya Jas, saya akan menghadapi mereka. " Akhtar sangat geram.
" Baik tuan." Jason segera mempersiapkan beberapa senjata dan juga menyusun strategi yang akan mereka pakai.
Sudah terlalu lama tidak bermain dengan darah, Ah... sungguh rindunya. Akhtar menyeringai.
Akhtar bersama Jason dan sebagian dari bawahannya dari dunia bawah, bergerak memuju target sasaran mereka. Terjadi baku tembak diantara mereka, Akhtar begitu geram. Ia takkan merasa segan, terhadap orang yang mencari masalah padanya. Tidak ada kata ampun baginya, apalagi untuk orang-orang yang berkhianat.
" Rupanya hanya pengganggu kecil, huh. Kalian sungguh bodoh, menyerahkan nyawa kalian dengan begitu mudah pada saya. Sekarang, katakan siapa yang menyuruh kalian?." Akhtar mengintrogasi dua orang pria yang kini keadaannya sudah sangat memprihatinkan.
" Sampai mati pun, kami tidak akan memberitahukannya padamu. Bos kami adalah yang terbaik." Pria 1.
Ccuuhhh...
(Pria satunya lagi membuang ludahnya dihadapan Akhtar).
" Kau bunuh pun, kami tidak akan memberithukannya." Pria 2.
" Wow! Saya suka dengan sikap kalian." Akhtar tersenyum devil.
Sssreekk...
Sssreekk...
Telingga kedua pria itu terputus, dengan satu kali ayunan dari samurai yang berada di tangan Akhtar.
Aakkhhhh...
(Suara jeritan dari kedua pria tersebut).
" Heh, masih mau diam?" Akhtar berjongkok dihadapan mereka.
" Tidak akan pernah kami beritahukan, biarkan saja kami mati daripada harus membocorkannya kepada kau, iblis.!" Pria 1 berteriak.
Tanpa memperbanyak waktu untuk terbuang, samurai itu dengan cepat menghujam ketubuh kedua pria tersebur. Lalu Akhtar memutarnya, hingga perut mereka tidak berbentuk lagi dan mereka tewas seketika.
" Bereskan semuanya!!!." Akhtar meninggalkan tempat tersebut, dengan Jason yang berjalan dibelakangnya.
Semua bawahannya segera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh tuannya, membereskan tempat tersebut hingga tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Didalam mobil, Jason menggendarai laju mobilnya dengan kecepatan sedang. Mereka akan meninggalkan negara tersebut dan pulang ke negaranya, hal ini sudah menjadi santapan Jason. Akhtar selalu membereskan pengganggu kecil tanpa ampun, walaupun mereka memohon dengan bagaimana pun.
......................
" Sungguh kerjaan kalian tidak ada yang pernah beres, makan gaji buta saja kerjaan kalian." Steiven menggamuk pada bawahannya.
" Maafkan kami bos, mereka sangat berpengalaman dan sangat kuat. " bawahan 1.
" Saya tidak butuh alasan kalian!!! "
Bbbaakk, bbuukkk..
Steiven memberikan hadiah berupa pukulan yang telak kepada bawahannya, ia merasa kesal. Lagi-lagi kalah dengan rivalnya, yang sejak dulu selalu saja berhasil unggul dari dirinya.
" Lihay saja Akhtar Wijaya, aku tak akan kalah lagi setelah ini. Kupastikan, hidupmu kembali menjadi orang gila." Steiven menggepalkan genggaman tangannya.
......................
Setibanya Akhtar dan Jason di bandara negaranya, para bawahannya sudah siap untuk memberikan penggawalan.
Ketika ia keluar dari pintu VVIP, ada seseorang yang memberikan ia sebuah bucket bunga. Sungguh mengejutkan bagi Akhtar, Jason yang melihat hal itu menjadi tertawa.
" Tuan, kali ini. Anda menjadi pusat perhatian para wanita disini, sepertinya anda semakin terkenal saja. " Jason menahan tawanya.
" Breng**ek kau Jas." Akhtar melotot kepada Jason.
Apa-apaan ini! Sungguh memalukan, siapa yang memberikan barang jelek ini? Aih... Batin Akhtar.