Selina Ratu Afensa tak pernah menduga hidupnya berubah drastis saat menerima pekerjaan sebagai pengasuh di keluarga terpandang. Ia pikir hanya akan menjaga tiga anak lelaki biasa, namun yang menunggunya justru tiga badboy yang terkenal keras kepala, arogan dan penuh masalah
Sargio Arlanka Navarez yang dingin dan misterius, Samudra Arlanka Navarez si pemberontak dengan sikap seenaknya dan Sagara Arlanka Navarez adik bungsu yang memiliki trauma dan sikap sedikit manja. Tiga karakter berbeda, satu kesamaan yaitu mereka sulit di jinakkan
Di mata orang lain, mereka adalah mimpi buruk. Tapi di mata Selina, mereka adalah anak anak kesepian yang butuh di pahami. Tanpa ia sadari, keberaniannya menghadapi mereka justru mengguncang dunia ketiga badboy itu dan perlahan, ia menjadi pusat dari perubahan yang tak seorang pun bayangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Blue🩵, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu jenni
Samudra meneguk soda sambil menatap lurus ke depan, tak ada komentar. Tapi sorot matanya menunjukkan bahwa gadis bernama Selina itu… entah kenapa, mengusik pikirannya
Selina menuruni tangga dengan langkah ringan namun penuh perhitungan. Setelah memastikan jalan aman, ia menuju gerobak bakmi yang biasa mangkal di sudut belakang sekolah. Hidungnya langsung di sambut aroma gurih yang menggoda, membuat perutnya kembali meronta lapar
“Empat bakmi, tolong yang panas dan lengkap ya. Tambah minumnya juga” ucap Selina dengan tenang, sambil membuka dompet kecil di sakunya
Baru saja penjual bakmi itu mengangguk dan mulai menyiapkan pesanan, seseorang menepuk pundaknya dari belakang
"Selina?”
Selina menoleh. Di hadapannya berdiri Jenni Lyncya, gadis dengan rambut keriting halus yang di kuncir tinggi, lengkap dengan ekspresi mencibir. Di sampingnya berdiri dua temannya, yang langsung ikut memperhatikan Selina dari ujung kepala sampai ujung sepatu
Jenni menyipitkan mata seakan tak percaya dengan yang ia lihat
“Ngapain lo di sini? Kok bisa bisanya pake seragam sekolah elite ini?”
Sebelum Selina sempat menjawab, salah satu teman Jenni menimpali sambil berbisik cukup keras untuk terdengar
“Tadi pagi gue liat dia turun dari mobilnya tiga kembaran itu loh. Kayaknya anak baru. Gila cepet banget nyantol”
Jenni mendengus, lalu melipat tangan di dada “Pelet lo kuat juga ya. Baru semalam jadi pencuri, sekarang udah naik pangkat jadi cewek rooftop. Ada hubungan apa lo sama tiga kembaran itu hah?”
Selina menatap Jenni, ekspresinya datar. Ia menghela napas pelan sebelum menjawab “Yang jelas, aku nggak pakai cara kotor seperti yang kamu lakukan ke aku”
Seketika wajah Jenni berubah merah padam, matanya membelalak penuh kemarahan, tapi sebelum ia sempat membalas, Selina menoleh ke tukang bakmi dan berkata tegas
“Tolong antarkan makanan ini ke rooftop Pak. Saya tunjukkan jalannya”
Dengan santai, Selina berbalik meninggalkan Jenni yang masih terpaku, mulutnya komat kamit menahan amarah dan rasa tak percaya
Di belakangnya, dua temannya saling pandang, bingung harus menenangkan atau malah menahan tawa melihat wajah Jenni yang seperti baru di tampar kenyataan
Dan Selina? Ia tetap tenang, berjalan menuju rooftop sambil menuntun penjual bakmi, seolah tak ada yang baru saja terjadi
Beberapa menit kemudian, pintu rooftop kembali terbuka
Selina muncul, kali ini bersama seorang pedagang kantin yang membawa nampan besar berisi empat mangkuk bakmi lengkap dengan minuman dan beberapa cemilan ringan serta buah buahan yang Selina bawa dalam kantong
“Taruh aja di atas meja itu Pak. Makasih ya” ucap Selina lembut
Si pedagang mengangguk sopan, lalu menata semua makanan dan minuman dengan rapi di atas meja. Setelah selesai, ia pamit dan turun kembali
Selina membuka plastik buah buahan, mengaturnya ke dalam piring kecil yang sudah tersedia di sana. Semua itu ia lakukan dengan tenang dan telaten, seolah tak ada tatapan tajam yang kini mengarah padanya
Sagara yang sedang duduk santai, mendadak mengerutkan dahi ketika Selina meletakkan nampan berisi mangkuk mangkuk di atas meja mereka. Ia menghitung cepat bukan tiga, melainkan empat mangkuk bakmi lengkap dengan jus alpukat
“Tunggu…” Sagara mengangkat alis curiga “Kenapa ada empat? Bukannya cuma kita bertiga yang pesan?”
Selina yang baru saja menata buah buahan segar yang di belinya, terdiam sejenak. Namun sebelum ia sempat membuka mulut, sebuah suara santai menyelip masuk
Devano dengan wajah percaya diri, menarik kursi dan duduk begitu saja di samping Selina
“Yang satu itu pasti buat gue”
Ia tersenyum, menepuk mangkuk bakmi yang masih utuh di depannya
“Terima kasih, Selina gue seneng banget ternyata lo ingat gue”
Selina hanya memutar malas bola matanya lalu menarik satu mangkuk bakmi, membuka sumpitnya, lalu mulai makan sendiri tanpa memperdulikan ketegangan yang masih tersisa di antara mereka
Suara seruputan mie terdengar halus, tapi cukup mencairkan suasana
Selina menarik kursi, lalu duduk di samping nampan itu. Tanpa menghiraukan tatapan ketiga kembaran, ia dengan santai menyendok bakmi yang tadi dikira untuk Devano
Suasana seketika hening sepersekian detik, sebelum Sagara dan Samudra tak kuasa menahan tawa
“HAHAHA!”
Tawa mereka meledak, menggema di meja itu. Sagara bahkan sampai menepuk nepuk meja, sedangkan Samudra menunduk sambil menutup mulutnya, masih ngakak tak terkendali
Sargio yang sejak tadi terlihat paling tenang, tiba tiba sudut bibirnya terangkat tipis. Senyum kecil, sekilas, nyaris tidak terlihat namun cepat cepat ia kembalikan ekspresinya datar sebelum ada yang sempat menyadarinya
Sementara itu, Devano membeku di tempat. Wajahnya merah padam karena malu. Ia merasa seperti baru saja menampar dirinya sendiri karena terlalu percaya diri
“Jadi, itu… bukan buat gue?” tanyanya lirih, hampir tidak terdengar
Sagara langsung menoleh, matanya berkilat nakal “Bwahaha! Jadi lo beneran ngira Selina pesenin lo juga? Gila Vano… pede lo tuh level dewa!”
Samudra ikut menimpali sambil menahan tawanya yang masih tersisa “Pantas tadi lo senyum senyum kayak orang jatuh cinta. Ternyata cuman kebagian ilusi”
Devano menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang semakin memanas “Ck… kalian keterlaluan”
Selina sendiri hanya mengunyah bakminya dengan tenang, seolah tidak terpengaruh sama sekali dengan drama di sekelilingnya
Sagara menarik salah satu mangkuk bakmi, lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa tepat di sebelah Selina. Dengan gaya seenaknya, ia menyeruput mie panjang itu berisik sekali
“Sluuurrrpp… wuihhh! Gila enak banget ini. Kayak ada bumbu rahasia yang nyusup sampai ke hati!”
Ia mengangkat jempol sambil pura pura merem melebih lebihkan ekspresi nikmatnya. Samudra yang melihat tingkah adiknya langsung tertawa, ikut ikutan mengambil mangkuk lain dan menirukan gaya Sagara
“Sluuurppp! Hmm, bener kata lo Gar. Ini kayak… mie surga sumpah”
Selina yang awalnya cuek, tanpa sadar ikut tersenyum kecil. Tangannya berhenti di atas sendok sebelum ia bergumam
“Untung aku milih tempat yang pas. Ternyata lumayan pintar juga aku nyari tukang bakmi yang enak”
Kata katanya meluncur begitu saja, tanpa maksud berbangga diri. Tapi Sagara dan Samudra langsung meliriknya bersamaan, senyum nakal terselip di wajah mereka
Di sisi lain, Devano sudah memerah wajahnya, duduk merengut sambil melipat tangan di dada. Ia menatap bakmi itu penuh iri
“Gue juga mau… Jangan enak enakan sendiri, dasar kalian jahat”
Sagara ngakak mendengar rengekan Devano “Buset, gaya lo kayak anak TK yang nggak di beliin es krim”
Samudra menambahkan “Yaudah minta aja ke Selina. Siapa tahu dia kasihan”
Devano makin manyun. Tapi sebelum ia sempat membuka mulut lagi, suara datar Sargio terdengar dari sofa seberang. Pandangannya tak lepas dari layar ponsel, jarinya lincah mengetik sesuatu
“Ambil aja punya gue. Gue nggak lapar”
Devano langsung menoleh, matanya berbinar “Wah serius Gi?!”