Terkenal playboy dan sering bergonta-ganti pasangan membuat Dokter Willy mendapat pandangan buruk dari orang-orang.
Suatu hari ia jatuh cinta kepada Elsa, seorang gadis bungsu yang memiliki tiga kakak lelaki posesif dan cemburuan.
Mampukah si Playboy Willy meluluhkan ketiga kakak Elsa?
IG otor : KOLOM LANGIT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH 35
Tiga pasang kaki sedang mengendap-endap bagaikan kawanan perampok sambil mengintip dari balik tembok sebuah rumah mewah yang tampak dijaga ketat oleh beberapa petugas keamanan—yang sesekali berkeliling untuk memastikan keadaan tetap aman terkendali, baik dari pencuri atau pun penculik.
Dengan penuh kehati-hatian tiga pria misterius itu melangkah perlahan agar hentakan kaki tidak terdengar oleh siapapun. Satu-persatu berhasil memanjat tembok kokoh itu, kemudian merangkak bersembunyi di balik rerumputan.
“Jangan kentut, ya …” bisik Wira, menatap bagian belakang milik Marchel yang tepat berada di depan wajahnya.
“Diam kau!” balas Marchel seraya trus merangkak maju.
Bersembunyi di balik rerumputan tinggi, Willy dan dua teman durjana nya memperhatikan beberapa penjaga yang kini berada di pos. Minum kopi sambil bermain kartu, namun sesekali saling bergantian berkeliling.
“Ini pertama kalinya aku melakukan Tindakan gila seperti ini. Mengendap-endap masuk ke rumah orang. Kalau kita ketahuan, aku bisa digantung Sheila lagi di kamar mandi.” Marchel menggeleng frustrasi memikirkan akan semarah apa istrinya jika sampai tahu kelakuan barbar suaminya.
“Makanya kalau mau keluar rumah, minta doa istri dulu, supaya tidak gagal,” ucap wira membuat Marchel menepuk kepala temannya itu.
“Bangsyattt kau! Masa iya mau membobol rumah orang harus minta doa istri.”
“Doa istri kan rahasia keberhasilan suami.”
Bukannya mengintai dengan baik, dua orang itu malah sibuk membicarakan tentang doa seorang istri. Sejenak mengabaikan Willy yang sedang berpikir keras mencari cara agar bisa masuk ke dalam kamar Elsa.
“Wil, rumah ini lumayan besar. Kamar Elsa yang mana?” Tersadar dengan maksud dan tujuan mereka menyusup ke rumah itu, Wira mengintip dari balik punggung Willy, meneliti rumah besar itu.
“Kamarnya di sudut sana, yang dekat dengan pohon besar itu.” Willy menunjuk arah sana, dimana kamar Elsa berada.
Marchel melirik pos penjaga yang jaraknya tidak begitu jauh dari mereka. “Rumah ini dijaga dengan ketat. Bagaimana cara kita ke sana?”
“Tenang saja. Aku sudah pernah melakukannya dan mereka tidak tahu. Waktu itu aku menculik Elsa dan membawanya ke villa di puncak,” ucap Willy membuat Wira dan Marchel terbelalak.
Mereka tidak pernah menyangka sebelumnya jika Willy bisa nekat melakukan tindakan segila itu. Masuk diam-diam ke dalam rumah keluarga Azkara dan menculik adik mereka bukan sesuatu yang mudah.
“Kau sudah gila rupanya. Pantas saja Trio Azkara tidak menyukaimu,” bisik Marchel.
Sepertinya situasi sudah aman, salah seorang penjaga yang berkeliling sudah kembali ke pos penjaga. Willy memberi kode pada Wira dan Marchel agar mengikuti langkahnya. Kembali merangkak di antara semak belukar hingga tiba di sebuah pohon besar. Ia melirik ke sana-kemari, memastikan keadaan aman sebelum memanjat pohon.
“Kalian tunggu di sini untuk mengawasi keadaan. Kalau terjadi sesuatu yang berbahaya, beri tanda dengan menirukan suara kucing.”
“Suara kucing? Tidak ada yang lebih berkelas?” tanya Wira diikuti tepukan di kepalanya oleh Marchel.
“Memang kau mau menirukan suara apa?”
“Burung!”
Jawaban Wira membuat Marchel terkekeh. “Memang burungmu bisa apa selain bersiul di kamar mandi?”
“Sembarangan! Don’t underestimate the power of a burung!” ucap Wira dengan Bahasa asing ala kadarnya.
“Diam kau! Kalau kita tertangkap burungmu bisa disembelih dua kali.”
Tiba-tiba wajah Wira mendadak suram memikirkan nasib burungnya. “Chel, burungku belum makan tiga hari, aku takut dia akan mati. Via lupa memberinya makan.” Tatapannya begitu memelas. “Ini semua gara-gara si durjana Willy itu, yang membuatku sibuk beberapa hari ini mencari pelaku pengeroyokannya. Sampai aku lupa memberi jatah burungku.”
Marchel yang terlihat begitu iba pada Wira, hanya dapat mengusap bahu sahabatnya itu. “Sabar! Kalau aku sedang bahagia, karena Sheila sedang merawat burungnya dengan sangat baik akhir-akhir ini.”
Jawaban Marcel membuat bola mata Wira membulat. “Sheila suka burung, sejak kapan?”
“Pertanyaan bodoh macam apa itu? Tentu saja dia suka," ujar Marchel diikuti helaan napas pelan. “Apa kau sedang punya masalah sampai Via tidak memberi makan burungmu?”
“Hemm tidak juga sih… Dia sedang sibuk menjaga Gael dan Lyla. Jadi tidak sempat. Apa tidak sebaiknya aku berikan pada orang lain saja, ya burungnya… biar ada yang merawat.”
“Berikan pada siapa?”
“Mungkin Sheila mau! Dia pasti akan merawatnya dengan sangat baik.” Dan jawaban polos Wira membuat Marchel naik pitam. Reflek melayangkan bogem mentah ke wajah sahabatnya itu, membuat Wira jatuh tersungkur di antara rerumputan.
“Brengseek kau!” Marchel memaki penuh emosi.
Tak terima, Wira segera berdiri dari duduknya, membalas memaki. “Kau yang brengseek! Kau bilang Sheila suka burung, makanya aku tawarkan burungku. Kau tahu tidak harga burung itu berapa?” Wira bersungut-sungut memaki Marchel yang tiba-tiba menyerangnya.
"Memang burungmu semahal apa? Seberharga apa sampai kau mau tawarkan pada istriku?" Tangan Marchel sudah mulai mencengkram leher Wira.
"Burung toucan itu langka dan mahal, tahu!" Ia berusaha melepas tangan Marchel yang telah melingkar di lehernya. Menghempasnya dengan kasar, lalu melirik ke arah pos penjaga dengan kesal. Takut jika penjaga mengetahui keberadaan mereka.
Seketika wajah Marchel merah padam, setelah menyadari pikiran mesumnya, yang mengira Wira sedang membahas burung durjana miliknya.
“Jadi yang kau bicarakan tadi burung peliharaan mu, aku pikir—”
“Memang apa yang kau pikirkan? Dasar mesum!”
"Hehe, maaf ... maaf ..." Marchel mencoba merayu dengan merangkul Wira.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Tok Tok Tok
Terdengar suara ketukan yang berasal dari jendela kaca, membuat Elsa tersadar dari lamunannya. Gadis itu mengusap air mata, lalu menoleh pada sumber suara sambil memeluk sebuah foto.
"Suara apa itu?" Ia bergumam pelan, melirik tirai jendela yang tertutup.
Terdiam sejenak, menebak siapa yang sedang berada di luar sana. Hingga ketukan pelan kembali terdengar beberapa kali.
"Elsa ..." sebuah panggilan yang membuat Elsa segera beranjak menuju jendela, ketika pendengarannya berhasil mengenali pemilik suara itu. Tanpa menunggu, ia menarik tirai yang menutupi jendela.
"Tolong buka pintunya," Bibir Willy bergerak tanpa suara, tangannya memberi kode dengan menunjuk pintu, sehingga Elsa segera membuka pintu agar Willy dapat masuk ke dalam.
Tatapan keduanya bertemu, Willy mengusap air mata yang mengaliri pipi Elsa dengan jarinya. Ia menggelengkan kepala pelan, meminta agar jangan menangis. Namun, pertahanan yang telah dibangun susah payah oleh gadis itu tetap runtuh, sehingga air matanya semakin deras berurai.
Tak tahan, Willy menarik Elsa ke dalam pelukannya, mengusap rambut dan punggungnya dengan sayang.
"Maafkan aku," bisik Willy lembut, mengecup ubun-ubun gadis itu.
Sedangkan Elsa sudah tidak dapat berkata apapun. Yang dilakukannya hanya bersandar di dada laki-laki itu dan menumpahkan semua kesedihannya.
Hingga beberapa saat kemudian, tangisan mulai terhenti. Kepala Elsa perlahan terpisah dari dada Willy. Ia mendongakkan kepala, menatap wajah yang ia rindukan itu. Tangan terulur mengusap wajah lebam Willy.
"Apa ini masih sakit?"
Willy hanya menyahut dengan gelengan kepala, diiringi senyum tipis. "Aku lebih sakit mendengar berita tentang lamaranmu," ujarnya membuat Elsa menunduk. "El ... Aku minta maaf, aku butuh waktu lama untuk menyadari semuanya." Satu kecupan lembut ia benamkan di kening. Dalam dan lama, seolah kecupan itu mampu mengalirkan perasaan yang ia miliki untuk gadis itu.
Perlahan kecupan itu terlepas, Willy menatap lekat-lekat ke dalam mata Elsa.
"El ... Aku men ..."
Tok Tok Tok
"Elsa ... Kau sudah tidur?" Terdengar suara panggilan, membuat ucapan Willy menggantung.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
pingin tau aja temannya dokter Allan sperti apa...😍
jdi aku seneng banget bacanya 🥰