sebuah pria tampan CEO bernama suga yang menikah dengan wanita cantik bernama cristine namun pernikahan itu bukan atas kehendak suga melainkan karena sedari kecil suga dan cristine sudag di jodohkan dengan kakek mereka, kakek cristine dan suga mereka sahabat dan sebelum kakek cristine meninggal kakeknya meminya permintaan terakhir agar cucunya menikah dengan suga, namun di sisi lain suga sebenarnya sudah menikah dengan wanita bernama zeline suga dan zeline sudah menikah selama dua tahun namun belum di karuniai seorang anak, itu juga alasan suga menerima pernikahan dengan cristine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cinta di antara dua istri sang ceo
Gemuruh petir membelah langit malam, menyambar begitu dekat hingga kaca hotel bergetar. Hujan mengguyur semakin deras, membasahi tubuh Zeline dan Suga yang masih berdiri di bawah derasnya hujan.
Tiba-tiba
BRAAAK!
petir menyambar lagi, membuat Zeline tersentak kaget. Tanpa sadar, tubuhnya spontan merapat dan memeluk Suga erat-erat. Napasnya memburu, tangan kecilnya bergetar di dada pria itu.
Zeline (gugup): “Su… Suga… maaf… aku nggak sengaja, aku tadi”
Belum sempat Zeline menyelesaikan kalimatnya, Suga langsung menatapnya dalam-dalam tatapan yang membuat waktu seakan berhenti.
Suga: “Sudah, jangan bicara apa pun.”
Suara Suga terdengar rendah namun hangat, kontras dengan derasnya hujan di sekitar mereka. Tanpa memberi kesempatan untuk menolak, Suga menunduk sedikit, lalu membungkuk dan mengangkat tubuh Zeline ke dalam gendongannya.
Zeline terkejut, tubuhnya kaku di pelukan pria itu.
Zeline: “S-Suga… lepaskan, aku bisa jalan sendiri…”
Suga: “Kau bisa jatuh. Aku tidak akan biarkan itu terjadi.”
Langkah Suga tegap meski pakaian mereka berdua basah kuyup. Petugas hotel yang berdiri di lobi hanya bisa menatap terkejut saat pria tampan dengan jas hitam basah itu berjalan masuk sambil menggendong wanita cantik di pelukannya.
Tanpa banyak bicara, Suga menatap resepsionis dan berkata dengan nada tegas namun tenang:
Suga: “Satu kamar. Sekarang.”
Zeline hanya bisa diam dalam gendongan Suga, mendengar detak jantung pria itu berdetak cepat di telinganya entah karena dingin hujan, atau karena perasaan yang selama ini belum padam di antara mereka.
Zeline berdiri terpaku di depan Suga yang kini tengah melepaskan jas hitamnya yang basah kuyup, air hujan masih menetes dari rambutnya, membasahi lantai marmer hotel. Suara hujan di luar masih terdengar deras, membuat suasana kamar terasa sunyi dan menenangkan sekaligus tegang.
Zeline: “Suga, kau basah kuyup. Biarkan aku buatkan semangkuk sup hangat dan teh panas untukmu…”
Suga: “Tidak perlu, Zeline. Kau juga basah kuyup. Bersihkanlah dirimu dulu… nanti kau bisa sakit.”
Nada suara Suga terdengar lembut namun tetap tegas, membuat dada Zeline terasa hangat tanpa ia sadari. Zeline menatap wajah pria itu dalam diam mata yang dulu begitu dingin kini tampak lembut, penuh perhatian seperti dulu, sebelum semua luka itu terjadi.
Zeline menggenggam jemarinya erat. “Dia masih peduli… setelah semua yang terjadi.” batinnya bergetar.
Suga menatapnya sekilas lalu berkata pelan,
Suga: “Zeline, kau masih diam saja? Pergilah mandi. Aku akan menyalakan pemanas ruangan.”
Zeline hanya mengangguk, langkahnya pelan menuju kamar mandi. Namun sebelum ia menutup pintu, sempat ia menoleh sedikit, menatap punggung suaminya yang kini sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk putih.
zeline kini tengah memebersihkan diri
Zeline yang tengah berdiri di bawah pancuran air hangat tersentak kaget saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka pelan. Uap panas memenuhi ruangan, dan suara langkah kaki berat membuat jantungnya berdebar tak karuan.
“Su Suga?” ucapnya gugup, menoleh sedikit dengan wajah panik. Air menetes dari rambutnya, membasahi bahu dan kulitnya yang memerah karena suhu air.
Suga berdiri di ambang pintu, tubuhnya masih mengenakan kemeja yang basah sebagian, membuat siluet tubuhnya tampak jelas di balik kain yang menempel. Tatapannya menajam bukan marah, tapi campuran antara khawatir dan perasaan yang selama ini ia pendam.
“Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja,” ujar Suga pelan, suaranya serak, berat oleh udara yang lembap. “Kau tidak menjawab saat kupanggil dari luar.”
Zeline segera memalingkan wajahnya, menutupi tubuhnya dengan handuk yang tergantung di dekatnya.
“Ka kau tidak seharusnya masuk ke sini…”
ucapnya terbata, wajahnya memanas bukan hanya karena air hangat, tapi karena kedekatan yang tiba-tiba itu.
Suga melangkah perlahan mendekat, matanya menatap lembut namun tegas. “Kau tahu aku tidak bisa diam kalau menyangkut dirimu, Zeline. Aku hanya”
Namun sebelum ia melanjutkan kata-katanya, pandangan mereka bertemu seolah waktu berhenti di antara uap dan gemuruh hujan di luar. Tatapan itu menyimpan seribu kata yang tak sempat terucap sejak perpisahan mereka.
Zeline menunduk cepat, berusaha mengatur napasnya yang tak karuan.
“Pergilah, Suga…” bisiknya lirih.
Suga terdiam sejenak, lalu menghela napas pelan.