NovelToon NovelToon
Diagnosa Cinta Istriku

Diagnosa Cinta Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Identitas Tersembunyi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Cchocomoy

Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.

Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.

Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.

Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?

Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?

Atau mereka mengakhiri pernikahannya?

Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Raksa

Setelah sampai di perusahaan, Meira tidak langsung masuk. Ia memastikan jika Ardhan benar-benar sudah pergi. Lalu pergi ke taman belakang perusahaan.

Disana, sudah ada seorang laki-laki dengan jas rapinya. Tidak lupa masker yang menutupi wajahnya, dan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.

“Akhirnya kamu datang, aku sudah lama menunggumu disini. Sekarang kamu ikut aku pulang.” Laki-laki itu menarik tangan Meira pergi, kala Meira sudah berdiri di hadapannya.

Meira hanya mengikuti laki-laki itu pergi yang menariknya. Kenapa tidak melawan? Karena Meira dan orang itu sudah ada perjanjian yang dimana tidak bisa Meira ingkari.

...* * *...

“Sayang!” sapa Raksa yang berjalan menghampiri Anin yang sedang duduk di kursinya, dengan beberapa laporan medis di hadapannya.

“Loh! Sayang?! Kamu disini? Waktu makan siang masih setengah jam lagi. Pekerjaan kamu sudah selesai?” Anin beranjak menghampiri Raksa.

Raksa langsung memeluk Anin, menciumi rambutnya berulang kali. Wangi tubuh Anin sudah menjadi candunya beberapa hari ini.

“Sudah selesai, hanya saja aku perlu persetujuan untuk hasil prosesnya. Aku juga ingin kamu memeriksa apa saja alat-alat yang diperlukan untuk rumah sakit ini. Mungkin kamu bisa membicarakannya dengan Bima dan Larisa. Karena kalian yang lebih paham dalam bidang ini.”

“Baiklah. Makan siang nanti jika bertemu dengan mereka berdua, aku bisa langsung bicarakan ini, jika tidak bisa aku membutuhkan waktu. Apakah masih bisa? Jika buru-buru, aku tidak masalah dengan hasil keputusan kamu. Mau bagaimanapun, kamu yang lebih berhak untuk memutuskannya." Anin menarik tangan Raksa. "Sekarang duduklah disini, aku akan bereskan ini lebih dulu.”

Anin mempersilahkan Raksa untuk duduk di kursinya. Namun, saat Anin akan membereskan dokumen di meja. Raksa menarik dirinya hingga membuatnya jatuh di pangkuannya.

“Raksa!”

“No! Aku nggak mau kamu panggil nama aku. Aku lebih suka kamu memanggilku sayang, seperti saat aku baru datang. Permintaan kecil dari suami kamu, sayang,” bujuk Raksa.

Anin mendorong pelan dada Raksa. “Kamu memaksaku?”

“Tidak!” balas Raksa cepat. “Aku tidak memaksa, tapi aku memohon padamu. Sayang, ini permintaan kecil dariku. Atau kamu punya nama panggilan lain untuk?”

“Aku tidak kepikiran sama sekali. Nanti ya? Aku pertimbangkan lebih dulu,” ucap Anin yang sengaja menggoda Raksa.

“Sayang!” refleknya karena Anin sengaja memancingnya.

Raksa menatap Anin dengan mata yang berkaca-kaca. Hanya satu kedipan, air mata Raksa akan mengalir membasahi pipinya. Tidak hanya itu, bibirnya melengkung ke bawah. Raksa benar-benar memasang ekspresi memohon pada Anin.

Anin terkekeh, mendekatkan wajahnya lalu mengecup sudut bibir Raksa. “Aku bercanda, sayang.”

Setelah mengatakan itu, keduanya saling bertukar pandang. Anin menyatukan keningnya dengan Raksa, hingga hidungnya tidak sengaja bersentuhan dengan hidung Raksa.

Raksa menggelengkan kepalanya pelan, hingga membuat hidung mereka bergesekan mengikuti gerak Raksa.

“Sudah cukup! Biarkan aku membereskan ini.” Anin beranjak dari pangkuan Raksa. Tangannya bergerak membereskan laporan hasil pemeriksaan.

Tak tinggal diam, Raksa beralih membantu Anin membereskannya agar cepat selesai. Lalu, mereka pergi untuk makan siang.

“Sayang, aku sudah kirimkan pesan ke Bima.”

“Untuk apa? Kamu bertanya apakah dia bisa makan siang bersama atau tidak?” Raksa mengangguk.

“Sayang, dengarkan aku. Jangan lakukan ini, aku tau niat kamu baik. Tapi dengan kamu bertanya seperti itu, dokter Bima akan langsung menemuimu. Entah dia sibuk atau tidak, karena kamu sudah bertanya seperti itu dia tidak ada pilihan lain,” jelas Anin.

“Dan kenapa aku bilang kita tunggu saja? Itu karena kita bisa lihat, dokter Bima punya kesibukan yang padat atau tidak. Itu bisa kita lihat saat dia datang ke kantin untuk makan siang atau tidak,” lanjutnya.

“Baiklah.”

Di sisi lain, Bima yang mendapatkan pesan daei Raksa langsung beranjak menemui Larisa.

“Sayang kok kamu disini? Kamu bilang tadi akan makan siang di ruangan. Kok udah disini aja, apa kamu mau aku temani makan?” tanya Larisa yang melihat Bima datang menghampirinya.

“Awalnya memang seperti itu, tapi kita berdua diminta untuk makan di kantin. Ada hal penting yang mau dibicarakan oleh Raksa.”

Larisa mengernyitkan dahinya bingung. “Tuan Raksa ada disini?”

“Iya. Hari ini dia memang disini sejak pagi. Tidak hanya mengantarkan dokter Anin. Dia ada rapat dengan direktur rumah sakit.”

Larisa mengangguk, pantas saja Raksa ada di rumah sakit ini. “Nggak heran, sepertinya tuan Raksa sangat bekerja keras dan bertanggung jawab atas pekerjaannya, meskipun dia pemilik rumah sakit ini. Bisa saja ia menerima hasil rapatnya tanpa harus datang langsung.”

“Kamu benar, tapi ada alasan lain kenapa Raksa ada disini. Aku akui jika dia bisa bertanggung jawab. Bahkan kita sendiri tidak bisa seperti dia. Di luar semua itu kita tidak memiliki pengalaman di bidang bisnis. Beruntungnya bisnis kita masih berjalan, meskipun perlahan.”

“Tapi itu udah bagus, sayang. Kamu sendiri yang bilang jika itu bukan bidang kita. Mungkin kamu bisa belajar dari tuan Raksa atau Ardhan nantinya,” usul Larisa.

Bima tersenyum, istrinya tau benar apa yang saat ini sedang ia pikirkan.

Selain menjadi dokter, Bima juga memiliki beberapa bisnis. Sebenarnya ia bisa saja meneruskan bisnis keluarga. Tapi karena Bima belum ada pengalaman, ia memilih untuk membuka usahanya sendiri sambil belajar.

Jika sudah paham bagaimana cara kerja di dunia bisnis, ia akan meneruskan perusahaan keluarganya, yang saat ini masih berada di tangan orang kepercayaan keluarganya.

“Kamu sudah selesai? Jika sudah kita bisa ke kantin sekarang?” tanya Bima yang memeluk pinggang Larisa.

“Tunggu sebentar lagi. Kita tunggu sampai tepat jam makan siang. Bolehkan? Masih ada 15 menit lagi, apa tidak masalah?” Larisa mendongak menatap Bima, lalu membalas pelukannya.

Bima mencium kening Larisa. “Tentu saja, aku akan menunggumu.”

Larisa melepaskan pelukannya. “Oh iya, apa tuan Raksa memberitahumu apa yang ingin dibicarakan dengan kita?” tanyanya sembari memastikan laporan yang baru saja disimpan di dalam lemari.

“Raksa tidak memberitahuku. Jika tebakanku benar, Raksa mau membicarakan mengenai rumah sakit ini. Karena hanya itu kemungkinannya saat ini.”

Larisa mengangguk paham. Ia menghampiri suaminya yang duduk menunggu dirinya.

“Sudah?” Larisa mengangguk. “Tapi nanti ya, biarkan aku istirahat sebentar.”

Larisa ingin melangkah menuju ke kursinya, namun Bima memeluk perut istrinya.

“Sayang!” pekik Larisa karena Bima tiba-tiba saja menarik dirinya hingga duduk di pangkuannya.

“Biarkan seperti ini.” Larisa hanya pasrah dan mengalungkan kedua tangannya di leher Bima. “Sayang, nanti malam jangan lupa. Aku harap kamu tidak akan lupa. Kamu udah janji semalam.”

“Aku ingat, kamu tidak perlu mengingatkan aku. Tapi ya… untuk nanti malam kita lihat nanti.”

“Sayang! Kok gitu? Kamu udah janji lo tadi semalam!” protes Bima.

“Aku ingat, tapi bagaimana jika sore ini pasienku banyak? Apa kamu tega melakukannya denganku, padahal aku sudah sangat lelah. Kamu tidak kasihan denganku? Aku akan melakukannya tapi lihat kondisiku lebih dulu. Jika memungkinkan, aku akan melakukannya. Apa kamu bisa mengerti?”

“Maaf sayang…”

1
ani sumarni
bagus
ani sumarni
sy mampir thor br tambah semangat 1 vote dan 3 cangkir kopi buat mu 💪😍
partini
aneh aneh
partini
tunggu Ampe lumutan kah 😂😂😂
partini
Mai kamu gila sinting
partini
dihhh laki laki ko ngiri nanyakn perempuan dihhhh anehhh
partini
wkwkkwk lima tahun di tahan ya meledak,,aihhh ga boleh lama" yah dosa loh nolak 😂😂
partini
lah malah di suruh menjauh kemarin minta cerai gara" ga di sentuh
partini
hayo 5 tahun loh dr cuekin
partini
dah di persilahkan Kokop mengkokop 😂
partini
👍👍👍👍👍 lanjut thor
partini
bagaimana Rekasi mereka berdua biak bertemu dokter dan pasien pasti seru
partini
penyakit kulit Ampe segitunya penyakit kulit apa Thor
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,
partini
ruwet sekali
partini
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!