NovelToon NovelToon
IKATAN PERJODOHAN

IKATAN PERJODOHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ivan witami

Arjuna dikenal sebagai sosok yang dingin dan datar, hampir seperti seseorang yang alergi terhadap wanita. la jarang tersenyum, jarang berbicara, dan selalu menjaga jarak dengan gadis-gadis di sekitarnya. Namun, saat bertemu dengan Anna, gadis periang yang penuh canda tawa, sikap Arjuna berubah secara drastis.

Kehangatan dan keceriaan Anna seolah mencairkan es dalam hatinya yang selama ini tertutup rapat. Tak disangka, di balik pertemuan mereka yang tampak kebetulan itu, ternyata kedua orangtua mereka telah mengatur perjodohan sejak lama. Perjalanan mereka pun dimulai, dipenuhi oleh kejutan, tawa, dan konflik yang menguji ikatan yang baru saja mulai tumbuh itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ivan witami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Cosplay

Semua orang melihat Anna dan Juna begitu takjub, ada juga yang melongo. Mereka berdua begitu serasi menggunakan baju cosplay ala kerajaan Tiongkok, hanfu.

Suasana kantor seketika heboh, mengerumuni Ana dan Juna di lobby kantor. Anna tersenyum bangga melihat Juna mengenakan baju hanfu buatannya.

"Juna, kamu terlihat seperti pangeran dari istana kuno,”kata Anna sambil terkekeh, matanya berbinar memandang hasil karyanya sendiri. "Aku tidak percaya kita berhasil membawa suasana kerajaan Tiongkok ke sini."

Juna menoleh dengan senyum malu-malu, menyentuh lengan hanfu biru tua yang menutupi tubuhnya.“Kamu benar-benar ahli dalam membuat baju ini, Anna. Semua detail kecilnya terasa hidup. Dan kamu juga cantik menggunakan baju yang sama,” ucap Juna memuji Anna.

Kerumunan rekan kantor yang tadinya ramai berbisik kini berubah menjadi tepuk tangan meriah. Beberapa dari mereka mengeluarkan ponsel, bersiap mengambil foto. Anna menarik Juna ke tengah lobby, mengangkat tangan Juna, memperlihatkan gaun dan hanfu yang mereka kenakan. "Baguskan?”

Winda, seorang bagian designer di tim divisi lain pun menyela, "Bagus Anna. Lain waktu bisa buat untuk aku ya. Ajari aku bikin kayak gini juga.”

“Sip…”

Semua orang saling menatap, antusias. Namun, tiba-tiba suara keras dari pintu lobby menarik perhatian semua orang. Seorang wanita berjas rapi memasuki ruangan dengan wajah serius dan ekspresi tidak senang. "Anna, Anna. Apa yang kalian lakukan? Ini kantor, bukan ajang pamer kostum tradisional, harusnya kamu itu menggunakan baju budaya kita, bukan budaya luar.

“Iya, kamu benar. Tapi tidak ada salahnya kan aku memakai baju ini, lagi pula nenek buyutku dari negeri sana,” sela Juna tersenyum simpul.

“Oh iya, terima kasih sudah mengingatkan, tapi kita ini bekerja di bidang fashion jadi harus tahu semua busana dari Pelosok dunia. Dan satu lagi, aku pribadi sangat menjunjung tinggi nilai budaya kita, walau darahku bukan asli dari negri ini,” tegas Juna.

Anna menatap wanita jas rapi itu, yang bernama Ibu Ratna, dengan pandangan tegas namun tetap tenang. Suasana kantor yang sebelumnya riuh dengan tawa dan antusiasme tiba-tiba berubah menjadi tegang.

Ibu Ratna mengerutkan kening, "Anak muda zaman sekarang memang susah memahami nilai-nilai budaya asli. Saya khawatir, perilaku seperti ini malah menurunkan citra perusahaan," ucapnya keras, membuat beberapa karyawan lain menunduk.

Anna menarik napas panjang, mencoba tetap tenang. "Ibu Ratna, kami bukan ingin merusak citra, tapi memperluas wawasan. Hanfu ini bukan hanya pakaian, tapi juga kisah dan filosofi. Bukankah fashion itu tentang berekspresi dan belajar dari berbagai budaya dunia?"

Juna mengangguk setuju dan menyudahi perdebatan.“ Sudah, ini hanya sehari. Tidak perlu dibahas menjadi besar. Semuanya kembali bekerja,” tegas Juna melihat beberapa karyawannya.

Setelah karyawan kembali bekerja Anna dan Juna memasuki lift. Sesampainya di ruangannya. Juna duduk di kursinya sedangkan Anna sibuk meletakan tas dan sepertinya kerepotan dengan lengan baju yang ia kenakan. Sesekali ia menyingsingkan lengannya saat mengambil pulpen atau barang lain-lainnya.

“Anna,” panggil Juna dengan nada suara yang agak dingin, matanya tetap menatap kejernihan air di dalam gelas.

“Heum, apa?” Anna meletakan gelasnya di meja dengan perlahan, seolah ia mencoba mengartikan ekspresi Juna yang tiba-tiba berubah.

“Waktu ketemu pak Reza kemarin, kamu memperlihatkan desain koleksi baju yang seperti apa. Aku belum melihatnya dan kamu belum memberitahuku contoh gambar desain itu.” Suara Juna bergetar sedikit, mencerminkan rasa kecewa yang mungkin akan menimbulkan konflik.

Anna tersenyum kecil, agak gugup tapi berusaha tetap tenang, “Ouh.., itu gambar desain tambahan, sebenarnya itu desain pribadiku. Tapi, justru pak Reza menyukainya. Aku juga gak nyangka pak Reza menyetujui kerja sama kita setelah melihat desain pribadiku.” Suaranya terdengar ringan, penuh kebanggaan, tapi Juna sama sekali tidak ikut tertawa.

‘Brakk!’ Juna menggebrak meja dengan keras. Suara dentuman itu membuyarkan ketenangan ruangan.

Anna terkejut, menatap Juna yang kini berdiri tegak dengan tatapan tajam. “Kamu kenapa gebrak meja? Aku udah bilang kalau desain itu aku buat sendirian, aku hanya ingin memperlihatkan kemampuan kita pada pak Reza,” Anna membela diri.

“Anna, kamu paham tidak? Aku ini pimpinan di sini. Apapun yang kamu lakukan, harusnya aku yang pertama tahu dan setuju dulu!” Juna membalas dengan nada tegas, tapi ada kegelisahan yang terselip di balik kemarahannya.

Waktu seolah berhenti sejenak. Suara deras hujan mulai terdengar pelan di luar jendela, menambah ketegangan dalam ruangan Juna. Di antara mereka berdua, ada sebuah jarak yang tidak pernah ada sebelumnya.

Anna menghela napas panjang, menatap Juna dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Anna juga menyadari kesalahannya dan kelancangannya. “Aku paham, Juna. Tapi aku juga ingin kita maju dengan cara yang berani. Pak Reza itu peluang besar buat kita, dan aku merasa kalau aku harus menunjukkan apa yang aku bisa, bukan cuma ikut rencana yang kita buat bersama.”

Juna menunduk, tangannya mencengkeram sudut meja. “Kamu tahu, aku tidak pernah meragukan kemampuanmu, Anna. Tapi kadang, keputusan bersama itu penting supaya kita tidak kehilangan arah.”

Anna menggosok pelipisnya, mencoba mengendalikan emosi. “Baiklah, Juna. Tapi mulai sekarang. Aku bukan cuma stafmu, aku partnermu. Kita harus percaya satu sama lain, bukan?”

Mata Juna sedikit melembut, namun tetap ada bayang kecewa di dalamnya. “Kamu benar, maaf.”

Mereka saling pandang, suasana mulai mencair seperti hujan yang perlahan mereda di luar. Namun, dibalik kata-kata maaf itu, ada sesuatu yang belum terungkap.

Anna membalikkan tubuhnya, menyeka air matanya yang tiba-tiba menetes. Bentakan Juna sukses membuat ia terkejut dan melukai hatinya. Tetapi ia juga sadar apa yang ia lakukan itu salah.

Air mata Anna sulit dibendung dan terus mengalir karena selama hidupnya ia tidak pernah dibentak oleh orang tuanya tetapi kini justru orang lain ada yang berani membentaknya.

“Loh, kamu kenapa, Na. Kok nangis?” tanya Aldo , asisten Juna. Aldo melihat Juna yang duduk di kursinya dengan wajah datar.

“Juna, Anna kenapa? Kenapa nangis?”

Aldo menghela nafas panjang menghampiri Anna.“Kamu kenapa?”

“Gak, apa-apa, Pak. Kelilipan,” jawab Anna pelan tetapi air matanya bertambah deras.

“Eh… kok malah tambah nangis, Juna. Anna kenapa?” Aldo semakin bingung.

Juna menghampiri Anna memeluknya dari belakang.“Maaf udah bentak kamu,” cicit Juna.

Anna membalikkan tubuhnya sepertinya tangisnya sudah mereda.“Lain kali tanya baik-baik dulu jangan langsung bentak, aku takut kalau ada yang bentak aku, tapi aku juga salah. Aku juga minta maaf.” Anna masih menangis.

Juna menghapus air mata Anna lalu memeluknya.“Aku lupa kalau kamu pacarku sekarang,” ucap Juna mendapat tepukkan Anna.

Aldo tersenyum heran melihat Juna dan Anna. Hubungan mereka yang baru terjalin sungguh unik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!