Dua orang sahabat dekat. Letnan satu Raden Erlangga Sabda Langit terpaksa harus menjadi presiden dalam usia muda karena sang ayah yang merupakan presiden sebelumnya, tutup usia. Rakyat mulai resah sebab presiden belum memiliki pasangan hidup.
Disisi lain presiden muda tetap ingin mengabdi pada bangsa dan negara. Sebab desakan para pejabat negara, ia harus mencari pendamping. Sahabat dekatnya pun sampai harus terkena imbas permasalahan hingga menjadi ajudan resmi utama kepresidenan.
Nasib seorang ajudan pun tak kalah miris. Letnan dua Ningrat Lugas Musadiq pun di tuntut memiliki pendamping disaat dirinya dan sang presiden masih ingin menikmati masa muda, apalagi kedua perwira muda memang begitu terkenal akan banyak hitam dan putih nya.
Harap perhatian, sebagian besar cerita keluar dari kenyataan. Harap bijaksana dalam membaca. SKIP bagi yang tidak tahan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Khayalan bapak-bapak.
Bang Erlang mengusap puncak kepala Nindy, sungguh rasa bahagianya tak terkira karena Nindy memberinya seorang anak laki-laki. Ia tidak memikirkan hal lain lagi kecuali Nindy dan anaknya. Rasa bahagia itu sampai membuatnya tidak bisa tidur dan terus memandangi hasil karyanya.
"Inikah versi kecilku?" Gumamnya bangga. "Tak kusangka, aku sepintar ini." Senyum itu terus mengembang pada raut wajahnya.
...
Di kamar rawat Anne, rasanya Bang Decky baru bisa bernafas. Setelah bujukan dan rayuan yang panjang, akhirnya Anne mau makan meskipun dengan lontong sayur.
"Ini pasien satu, bandel amat yaaa..!!" Gumam Bang Decky ingin menjitak ubun-ubun kepala Anne, tapi rasa jengkelnya terkalahkan oleh rasa sayangnya yang begitu besar. Bang Decky pun mengecup kening Anne. Entah berapa kali dirinya mengucapkan kata dan rasa terima kasihnya pada sang istri. "Terima kasih banyak. Kamu hebat, kamu luar biasa, sayang."
Saat Anne sedang tidur, terdengar suara gaduh di sekitar koridor rumah sakit padahal jam berkunjung pasien juga sudah usai.
Bang Decky pun melihatnya dan ternyata di luar sana ada keluarga Anne. Ia pun cemas sebab keluarga Anne begitu ribut tepat di depan kamar Dena.
Seketika Bang Decky cemas sebab ia tau betul perangai sahabatnya jika sedang terganggu. Dan benar saja ketakutan Bang Decky pun terjadi, Bang Lugas keluar dari kamar dan membentak keluarga Anne.
"Kalian tidak tau ini dimana?????? Kalau mau ribut, sana di lapangan..!!!!!"
Keluarga Anne terdiam mendengar bentakan tersebut, terutama ibu Anne. Ia memaki Bang Lugas dengan nada tinggi.
"Kau ini tidak tau permasalahan keluarga kami. Ada seorang tentara membawa kabur putriku, dia memperk*sanya dan sekarang anaknya sudah lahir. Dia harus ikut kepercayaan keluarga kami..!!!" Omel ibu tersebut. Tapi keningnya berkerut seakan mengingat sesuatu.
"Siapa namanya??" Akhirnya Bang Erlang ikut turun tangan karena privasinya merasa terganggu.
Ibu tersebut begitu terkejut dan menunduk, jika berurusan dengan Presiden tentu saja nyalinya langsung ciut, kini ia mengingat wajah Bang Lugas sebagai ajudan presiden dan ia pun mulai ketar karir.
"Siapa orang yang ibu maksud? Yang sudah membawa kabur anak ibu." Imbuh Bang Erlang.
"Namanya Decky."
"Dia ajudan saya. Tidak ada yang bisa mengotak atik ajudan kepresidenan selain saya. Besok akan di urus, ibu tidak boleh buat keributan disini. Lorong ini adalah lorong tiga kamar VVIP, termasuk kamar Letnan Decky. Tapi beliau belum bersedia menemui ibu, tolong bersikap santun dan sopan sekalipun ibu lebih tua..!!!" Ucap Bang Erlang kemudian meninggalkan tempat.
Bang Erlang menatap seluruh anggota ajudannya karena di anggap lalai dalam bertugas.
"Besok pagi seluruhnya temui saya. Sekarang waktunya istri ajudan istirahat. Istri saya juga sedang terlelap. Senyapkan semua..!!!!" Perintah Bang Erlang yang tidak sepenuhnya bisa di lakukan Bang Lugas.
Tidak ada pilihan lain. Ibu tersebut meninggalkan tempat karena tidak mungkin dirinya berurusan dengan Presiden.
Bang Decky yang melihat kejadian itu seketika merosot lemas. Ia tidak tau harus berbuat apa. Keluarga pihak wanita bisa mengambil anaknya sewaktu-waktu apalagi anak pertamanya adalah seorang laki-laki.
Stress jelas di rasakan Bang Decky. Kedua sahabat mengetahuinya tapi untuk sementara waktu mereka membiarkan Bang Decky untuk tenang lebih dulu.
***
"Saya sudah buat pengamanan khusus, untuk sementara tidak ada yang bisa mendekati Anne dan anakmu." Kata Bang Erlang.
"Terima kasih banyak, Bro. Saya hutang budi sama kamu."
"Tidak ada hutang budi di antara kita. Mungkin saja suatu saat nanti saya butuh bantuanmu." Ujar Bang Erlang kemudian.
"Kawinin anak perempuanmu sama anaknya Erlang." Celetuk Bang Lugas.
"Memangnya anak kucing Persia, main kawinin aja." Omel Bang Erlang.
"Ya kalau jodoh, mau bagaimana??" Ujar Bang Lugas lagi.
"Lantas bagaimana kalau justru anakmu yang naksir anak perempuanku???" Balas Bang Decky.
"Ya kulamarkan untuk anak ku. Kalau memang sudah cinta, masa mau di pisah. Ini masalah hati." Bang Lugas pun menjawabnya dengan logis.
"Masalahnya saya tau kelakuan kalian. Lah kalau sifat ente berdua turun ke Jago. Bagaimana anak gadisku nanti??????" Mata Bang Decky sampai membulat memelototi kedua sahabatnya.
"Ya lu liat sendiri, Dena bahagia lho."
"Iyaa, Nindy juga." Imbuh Bang Erlang.
"Kagak ada, kalau begitu kita musuhan aja mulai sekarang."
...
Dena dan Nindy saling lirik melihat Bang Lugas dan Bang Erlang begitu emosi terutama Bang Lugas yang merasa di tolak mentah-mentah.
"Dena itu bingung sama Abang. Bisa ya Abang semarah itu. Anaknya Bang Decky saja belum lahir. Belum tau juga laki atau perempuan. Sekarang kalau keadaannya di balik, bagaimana kalau anak Abang yang perempuan????" Kata Dena.
"Enak saja. Bagaimana kalau anak gadisku di buat nangis anaknya Decky."
"Ituuu.. Bener tuh." Bang Erlang setuju dengan jawaban sahabatnya.
"Ya kalau begitu benar kata Bang Decky. Abang musuhan saja mulai sekarang." Saran Nindy yang ikut jengkel karena keributan masa depan yang masih dalam angan dan khayalan.
.
.
.
.
,
💪💪