Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.
Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jual Beli
"Ayumi adalah identitas yang kusiapkan untuknya. Nama sebenarnya adalah Dela."
"Dela?" kening Agam nampak mengernyit. Nama itu tidak terdengar familiar di telinganya.
"Apa kamu ingat pernah menolong dua perempuan di terminal saat akan ke Jakarta? Salah satu perempuan itu namanya Dela. Dia adalah korban pencopetan. Kamu memberikan uang padanya waktu itu."
Mendengar ucapan Febri, seketika Agam mengingat peristiwa enam tahun lalu. Ketika itu dia baru saja menyelesaikan pelatihan sebagai Kopassus dan langsung ditarik Zyan menjadi anggota tim investigasi khusus.
"Ya.. ya.. ya.. aku ingat. Waktu itu aku baru mau bergabung di tim investigasi khusus. Jadi Ayumi, maksud ku Dela adalah perempuan itu?"
"Ya. Dan aku tidak menyangka tentara yang menjadi cinta pertama Dela ternyata kamu, hahaha.."
"Cinta pertama?"
"Waktu itu kamu itu bagai pangeran berkuda putih yang menolongnya. Jadi wajar saja kalau dia baper dan jatuh cinta pada pandangan pertama."
Febri tak bisa menahan senyumnya. Selama ini Dela memang sering menceritakan soal tentara pria yang membuatnya jatuh cinta di saat pertemuan pertama. Bahkan Dela sempat memintanya mencari tahu soal tentara tersebut. Ketika Dela menyebut nama Agam, pikiran Febri langsung tertuju pada sahabatnya.
"Bagaimana menurut mu Dela? Dia cantik kan?"
"Ck.. sekarang bukan waktunya membicarakan soal Dela. Fokus pada misi kita besok."
"Oke. Tapi kalau kamu mau tahu lebih banyak soal Dela, aku akan mengatakannya pada mu."
Tidak ada jawaban dari Agam. Pikiran pria itu hanya tertuju pada misi mereka besok. Febri segera menyalakan laptop yang dibawanya tadi. Dia menunjukkan gambar yang diketahui sebagai markas Oscuro di El Paso.
"Markas Oscuro di El Paso ternyata hanya sebuah gudang biasa."
"Terlihat biasa dari luar, tapi di dalamnya terdapat pabrik pembuatan narkoba. Selain narkoba, di sana juga ada gudang senjata. Mereka melakukan bisnis narkoba dan senjata ilegal di sana," terang Febri.
Dengan seksama Agam mempelajari keadaan di sekitar markas. Markas Oscuro di El Paso berada di wilayah Northeast El Paso. Posisi gudang cukup jauh dari perumahan warga. Lebih dekat ke arah kaki gunung Franklin.
"Kalau melibatkan FBI, bisa jadi ini akan menjadi penggerebekan sungguhan. Pasti akan terjadi peperangan. Anggota Oscuro di sana juga lumayan banyak, sekitar tiga puluh orang."
"Tidak masalah. Sekalian saja kita singkirkan markas di sana dan hancurkan bisnis narkoba mereka."
"Baiklah. Aku akan berangkat terpisah dengan kalian. Aku akan berada tidak jauh dari kalian dan akan tetap membantu."
"Bagaimana dengan lokasi pertemuan Nuelle?"
"Mereka akan bertemu di salah satu bangunan mangkrak yang ada di Ciudad Juarez. Jaraknya dari markas Oscuro di El Paso sekitar empat puluh menit."
"Jaraknya tidak terlalu jauh. Mudah-mudahan kita bisa menggagalkan Nuelle siapa pun itu."
"Semoga saja."
"Lebih baik kamu istirahat sekarang."
Febri hanya menganggukkan kepalanya. Tubuhnya juga terasa lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Dia segera kembali ke kamarnya menggunakan connecting door yang ada di sana. Sepeninggal Febri, Agam langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sejenak pikirannya tertuju pada Ayumi atau Dela. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Ayumi adalah gadis yang pernah dibantunya waktu itu.
***
Keesokan harinya mereka segera berangkat ke markas Oscuro yang ada di Northeast El Paso. Ilsa sudah menghubungi koleganya. Markas Oscuro sudah dibocorkan ke FBI. Mereka juga diberi info kalau di sana bukan hanya markas, tapi juga ada pabrik narkoba dan gudang senjata. Mendengar itu, FBI langsung menurunkan pasukan untuk menumpas personil Oscuro.
Sesampainya di sana, FBI sudah lebih dulu tiba dan sedang terjadi kontak senjata di sana. Carlos segera berlari menuju markas. Tentu saja pria itu hendak membantu rekan-rekannya. Di belakang Carlos, Agam, Ilsa dan Max menyusul sementara Fahad bertahan di tempatnya. Pria itu diminta tetap menunggu di sana.
Sambil berlari Agam menembakkan senjata di tangannya. Dia sengaja mengarahkan senjatanya ke arah lain, bukan pada para agen FBI. Tujuannya bukan untuk berhadapan dengan FBI tapi memusnahkan anggota Oscuro di sini.
Bersama dengan Ilsa dan Max, Agam menyelinap ke dalam gudang. Mereka sengaja memisahkan diri dari Carlos. Ketiganya berniat menggembosi dari dalam. Agam berlari menuju pabrik narkoba, sementara Ilsa dan Max menuju gudang senjata.
Dua tembakan dilepaskan Agam pada dua personil Oscuro yang menghadangnya. Pria itu terus memeriksa pabrik, mencari personil Oscuro lainnya. Tiba-tiba seorang personil Oscuro muncul.
"Apa Ortega mengirim mu?"
"Ya."
"Ikut dengan ku. Kita akan mengamankan barang yang akan dikirim."
Pria itu segera berbalik dan hendak memandu Agam menuju bagian dalam pabrik. Namun baru saja berbalik, Agam sudah menembaknya dari belakang. Pria itu langsung jatuh tersungkur tak bernyawa. Bergegas Agam memasuki bagian dalam pabrik.
"Sorry," ujar Agam ketika melewati pria yang ditembaknya tadi.
Di bagian dalam pabrik, ternyata masih ada lima orang personil Oscuro. Salah satunya adalah Martinez, pimpinan markas di sini. Tak mau membuang waktu, Agam langsung menembakkan senjatanya. Mereka memang harus segera menyelesaikan masalah di sini dan segera menuju Ciudad Juarez. Jangan sampai transaksi senjata terjadi.
Martinez tentu saja terkejut. Orang yang dikirimkan Ortega ternyata malah memburu mereka. Dengan marah pria itu menembakkan senjatanya pada Agam. Dengan cepat Agam bersembunyi dibalik salah satu rak yang ada di sana.
Empat orang yang bersama Martinez juga ikut memberondong Agam. Namun perhatian mereka terbagi ketika sebuah drone senjata masuk dan mulai menembaki mereka. Dari jarak sekitar tiga ratus meter, Febri tengah mengoperasikan drone tersebut. Dia mengoperasikan dua drone sekaligus untuk membantu sahabatnya.
Di saat empat anak buah Martinez sedang sibuk menghadapi drone yang dikendalikan Febri, Agam bergerak mengendap mencari keberadaan Martinez. Jangan sampai pria itu melaporkan dirinya pada Ortega.
Di sebuah ruangan, Agam melihat Martinez hendak menghubungi seseorang dengan ponselnya. Agam langsung menembakkan senjata di tangannya, namun ternyata pelurunya habis. Agam melemparkan pistol di tangannya hingga mengenai ponsel Martinez.
Sambil berlari cepat Agam menghampiri Martinez kemudian melayangkan sebuah tendangan. Tubuh Martinez terpental. Tak mau membuang kesempatan, Agam terus menyerang pria itu. Beberapa kali Martinez bisa menghindari pukulan Agam, namun pria itu tidak berhasil menghindari sapuan kaki pria itu. Tubuhnya langsung terjatuh ke lantai dengan posisi telentang.
Agam meloncat kemudian mengarahkan ujung sikunya ke dada Martinez. Pria itu mengerang kesakitan ketika hantaman siku Agam mengenainya. Agam mengambil pistol di belakang pinggangnya kemudian menodongkan ke kepala Martinez. Sontak pria itu mengangkat kedua tangannya.
"Ampuni aku. Aku tidak akan mengatakannya pada Ortega."
"Kamu bisa mengatakan padanya."
"Apa?"
"Katakan kalau aku berkhianat padanya. Tapi di neraka."
Setelah melakukan itu Agam langsung menarik pelatuk pistol di tangannya. Kepala pria itu langsung berlubang. Seketika Martinez kehilangan nyawanya. Selesai dengan Martinez, Agam menghabisi satu orang personil Oscuro yang tersisa.
Di bagian lain, anggota Oscuro yang lain mulai keteteran. Mereka bukan hanya mendapat serangan dari FBI, tapi juga dari Max dan Ilsa.
"Ilsa! Brengsek! Ternyata kamu memang pengkhianat!" geram Carlos.
Pria itu langsung memberondong Ilsa dengan pistol di tangannya. Wanita itu berguling kemudian bersembunyi di balik sebuah drum. Suara tembakan terus terdengar. Dari arah belakang Max muncul. Pria itu langsung menerjang Carlos.
Perkelahian di antara keduanya langsung terjadi karena Max sudah kehabisan peluru. Ilsa segera mengisi pistolnya kemudian mengarahkan pada Carlos. Namun perkelahiannya dengan Max membuat wanita itu kesulitan membidik. Hingga akhirnya dia mendapat ruang tembak dan langsung melepaskan peluru. Tubuh Carlos ambruk ketika sebuah peluru menembus perutnya.
"Bagaimana keadaan di luar?" tanya Max pada Fahad yang mengawasi dari luar.
"Hanya tinggal tersisa sedikit. Aku pikir FBI bisa mengatasinya. Kita pergi sekarang, waktu pertemuan dengan klien semakin dekat."
"Ilsa, ayo kita pergi."
"Tunggu, mana Mario?"
"I'm here."
Agam muncul dari arah dalam pabrik. Pria itu bergegas meninggalkan pabrik. Di belakang mereka dua drone yang dikendalikan Febri mengikuti. Ketiganya segera menuju mobil yang ditunggui oleh Fahad. Tanpa menunggu lama kendaraan roda empat itu mulai bergerak.
Febri juga menyusul kendaraan yang dikemudikan Fahad. Dua kendaraan roda empat itu bergerak menuju jembatan Zaragoza atau jembatan Puente Ysleta-Zaragoza. Jembatan yang melintasi sungai Rio Grande. Jembatan ini menghubungkan antara kota El Paso yang berada di Texas, Amerika Serikat dengan kota Ciudad Juarez yang ada di Mexico.
Dengan kecepatan tinggi, kedua kendaraan itu melintasi jembatan yang menjadi penghubung perbatasan antara Amerika dengan Mexico. Mereka harus secepatnya tiba di Ciudad Juarez sebelum Immanuelle bertemu dengan klien.
***
Ciudad Juarez
Immanuelle, Jerry, Hugo dan Jason sudah berada di lokasi tempat bertemunya dengan klien. Mereka mengambil tempat di sebuah gedung mangkrak. Immanuelle melihat empat buah kendaraan memasuki pelataran gedung mangkrak. Dari kedua mobil tersebut keluar Raphael dan Alfonso. Raphael adalah perantara antara Oscuro dan Alfonso.
Pria bernama Alfonso itu adalah seorang agen rahasia yang bekerja untuk pemerintah Italia. Dia berhasil mencuri rakitan senjata terbaru Italia yang bekerja sama dengan pemerintah Rusia dan Jerman. Dia memproduksi sendiri senjata tersebut kemudian menjualnya pada Oscuro.
"Mana Ortega?" tanya Raphael.
"Ortega tidak bisa datang. Dia mewakilkannya pada ku. Mana senjata yang kalian janjikan."
Alfonso melambaikan tangannya. Sebuah truk memasuki pelataran gedung mangkrak tersebut. Empat orang di dalamnya segera keluar sambil membawa senjata yang dijanjikan.
"Hari ini kami hanya akan mengambil dua senjata saja. Kalau uji cobanya sesuai ekspektasi, maka pesanan akan semakin banyak."
"Bagaimana dengan harganya?"
"Sesuai yang ditawarkan Raphael."
"Baiklah."
"Boleh aku mencoba senjatanya sekarang?"
"Silakan."
Immanuelle mendekati dua senjata yang ada di depannya. Satu adalah peluncur roket. Dia tidak terlalu tertarik menguji coba senjata ini. Perhatiannya pada sebuah senjata yang bentuknya seperti teleskop. Pria itu akan menguji coba senjata tersebut. Dia segera menghubungkan senjata di depannya dengan laptop miliknya. Setelah melakukan pengaturan melalui laptop, senjata siap diuji coba.
***
Sudah pada ingat Dela kan? Kalau tetangganya Zyan mah yang ngejar² Penti😉
Besok aku libur ya. Sambil mikirin si Nuelle mau nembak apa pakai senjata gelombang elektromagnetik itu.
Kaya’y c dela ga bakaln mau nerusin deh tapi dia bingung jg apa alasan’y ya 🤔