NovelToon NovelToon
DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Pelakor / Mengubah Takdir / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:132.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

‘Dulu, ibuku pernah menjadi permaisuri satu-satunya, dan aku Putri mahkota dalam istana mahligai rumah tangga orang tuaku, tapi lihatlah kini! Kami tak ubahnya sampah yang dibuang pada sembarang tempat!’

Dahayu – wanita berpenampilan sedikit tomboy, harus menelan pil pahit kehidupan. Sang ayah menjual dirinya kepada sosok asing, yang mana ia akan dijadikan istri kedua.

Tanpa Dahayu ketahui, ternyata dirinya hendak dijerumuskan ke jurang penderitaan. Sampai dimana dirinya mengambil keputusan penting, demi sang ibu yang mengidap gangguan mental agar terlepas dari sosok suami sekaligus ayah tirani.

Siapakah sosok calon suaminya?

Mampukah Dahayu bertahan, atau malah dirinya kalah, berakhir kembali mengalah seperti yang sudah-sudah?

Pengorbanan seperti apa yang dilakukan oleh wanita berpendirian teguh, bersifat tegas itu …?

***
Instagram Author : Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22 : Sakit tapi tidak berdarah

Pria mabuk itu menatap penuh nafsu betis mulus bu Warni yang terbuka, dikarenakan mengenakan rok plisket selutut. Tangannya menarik lengan wanita berekpresi ketakutan.

Bugh!

Bu Warni terjerembab, menimpa bambu penyanggah pohon kacang panjang dibelakang rumah salah satu warga.

“Dik! Adik!” reflek tubuhnya masih berfungsi walaupun akal sehatnya tak lagi sempurna. Dia mencoba bangkit, tetapi si pria berbau tuak murahan menimpanya.

“Adik!”

“Ha ha ha … ternyata nen*n mu masih sangatlah sekal.” Diremasnya kuat buah dada tertutup kaos longgar. Air liurnya menetes tepat di pipi sang wanita yang menangis histeris.

Rok berwarna ungu muda ditarik hingga lutut, baju disingkap sampai ketiak.

Bu Warni tidak tinggal diam, alam bawah sadarnya membunyikan alarm bahaya. Tangannya menggaruk tanah lalu melempar ke wajah pria yang mencoba menarik bra nya.

“Pukim*k! Akh! Sini kau gila!” Ia kesulitan melihat, mengusap mata yang terasa perih.

Tanpa sempat mengenakan rok yang sudah turun dimata kaki, bu Warni berlari, tapi tersandung kakinya sendiri. “Dik! Adik!”

“Ternyata kau minta digoda ya, dikejar biar lebih terasa sensasinya nanti. Dasar Sundel, pura-pura ketakutan, aslinya mau. Cih!” Diludahinya pusakanya yang sudah tegak, lalu dia berlutut menarik, melebarkan kaki bu Warni agar mudah dimasuki.

“ADIK! DIK!!”

“IBUK!”

Dari kejauhan terdengar balasan pekikan melengking. Dahayu berlari ke arah sumber suara, dia tak peduli kalau telapak kakinya lecet menginjak batu tajam.

“Anjing! Biadab!” gadis lima belas tahun itu murka, seseorang sedang berusaha memperkosa ibunya.

Dahayu menarik kayu bakar dibelakang rumah entah milik siapa, berlari sekuat yang dia bisa, langsung memukul kuat punggung pria gila.

Bugh!

Bugh!

“Mati kau! Mati Bangsat!!”

Akh!

Pria mabuk itu ambruk, kepala, punggung dipukul tanpa ampun. Dia kesulitan bernapas, nyaris sekarat, tak berdaya bergerak, tergeletak diatas tanaman kacang panjang.

Hiks hiks hiks.

Suara tangisan lirih menyayat hati, menghentikan aksi Dahayu. Dirinya tak sanggup melihat penampilan wanita kesayangannya. Tanpa celana dalam, tali bra putus sebelah, di sela pahanya terdapat cairan lengket, berbau tajam.

“Ibuk! Maaf, maafkan Dahayu!” Gadis cantik berwajah coklat kehitaman karena terbakar sinar matahari itu berlutut, menjambak rambutnya sendiri. Mencium telapak kaki ibunya.

“Pu_lang.” Bibirnya bergetar kala mengucapkan satu kata, wajahnya pias, tatapan mata kosong.

“Iya kita pulang.” Dilepaskannya roknya sendiri, dipakaikan ke ibunya, dia cuma mengenakan celana dalaman setengah paha.

Dipungutnya rok dan celana dalam ibunya. Air matanya tak berhenti mengalir, otaknya tak bisa berpikir jernih, jemarinya bergetar hebat.

“Naik ke punggung, Bu. Biar Ayu gendong.” Dirinya berjongkok, menarik lembut lengan sang ibu yang duduk menekuk kedua lutut, menyembunyikan wajah di lipatan paha.

Badan kurus itu menggendong belakang wanita kesayangannya yang hari ini menjadi korban pelecehan. Dahayu sendiri tidak paham apa pria bejat itu sudah berhasil menodai atau keduluan ejakulasi.

.

.

Saat sudah tiba di rumahnya, Dahayu memandikan sang ibu yang berdiri kaku layaknya patung. Melepaskan seluruh pakaian, menyabuni, menggosok jejak menjijikan.

Matanya menatap nanar bekas merah di atas dada, leher, bibir pecah akibat di tampar. Sebisa mungkin dirinya tidak menangis tergugu, menggigit bibir bagian dalam hingga terasa asin, masam.

Setelahnya, bu Warni dipakaikan baju, didudukan pada ruang tamu beralas tikar pandan yang sudah ditambal kain bekas.

Dahayu mengunci semua pintu dan jendela, menghidupkan seluruh lampu – dia masuk kedalam kamar mandi, membuka air keran.

“Sakit ya Rabb, nyeri. Ini tak adil, hamba tak terima Bajingan itu melakukan hal hina!" Bahunya mulai bergetar hebat.

"Ibuk salah apa ya Rabb? Dia pribadi lemah lembut, tak sekalipun hamba mendengar dirinya mengeluh akan ekonomi sulit, selalu menerima, menghargai sekecil apapun itu pemberian Bandi. Namun, mengapa dia diberikan cobaan sedemikian sadis!” Lengannya dia gigit agar suara tangisnya tidak pecah.

“Maaf ya Rabb, maafkan hambamu yang tak tahu diri ini. Tak becus menjaga ibunya sendiri. Maaf telah mengeluh, menghakimi padahal hamba sendiri yang lalai, bodoh,” ia tergugu, duduk di semen kamar mandi, memohon ampun karena sempat berkata tidak baik.

Kemudian Dahayu keluar dari dapur – menggembok pintu agar ibunya tidak bisa pergi lagi. Dalam genggamannya ada pisau berujung tajam, dia ingin memotong alat kelamin pria yang sudah sangat kurang ajar.

Namun, saat sampai di tempat kejadian – laki-laki yang tidak dikenalnya dan diperkirakan berumur tiga puluh tahunan, sudah pergi entah kemana.

Belum jua putus asa, Dayu berlari dari satu gang ke gang lainnya, mencari keberadaan si pria, tetap tidak ditemukan.

Itulah akhir dari bu Warni mengenakan rok. Dayu trauma, takut kejadian sama terulang, sementara dirinya tak bisa selalu berada didekat wanita kesayangannya, harus bekerja agar mereka tidak kelaparan.

***

“Tak apa, menangis lah yang kencang. Kau pun perlu meluapkan segala rasa terpendam. Ingat, Nak! Dirimu pilar penyangga ibumu. Dia sangat menyayangimu, tadi tak berkesudahan menceritakan kenangan yang saya yakin itu engkau, bukan sosok telah tiada.” Dokter Juwita memeluk Dahayu, menempatkan diri seolah seorang ibu.

Dirinya kini telah paham apa yang sudah dilalui oleh dua sosok wanita hebat. Tadi bu Warni ada menyebut; Adik memukul orang jahat, dan perut sakit, banyak darah.

Dari sanalah dokter Juwita mengambil kesimpulan – kalau ada kejadian besar mengguncang jiwa.

Bahu Dahayu naik turun, suara sedu sedannya masih terdengar meskipun tak sekeras tadi. Pertahanan dirinya yang runtuh, kembali kokoh bersama dengan napasnya mulai teratur.

Dia melerai pelukan hangat, sehangat dekapan Mak Rita, Nelli, ayah Jefri, dan ibu kandungnya sendiri. "Terima kasih. Maaf, blouse bu dokter basah."

Dokter Juwita tersenyum lembut, dalam hati memuji pengendalian diri seorang Dahayu. Wanita dihadapannya ini sungguh luar biasa tabah, tegar.

Beberapa menit berlalu, wajah Dahayu sudah terlihat segar setelah membasuh muka di dalam kamar mandi ruangan dokter Juwita.

Pintu ruangan ia buka, senyum tipis tersungging dibibir berbentuk hati.

"Dik, ini!" Bu Warni memamerkan lembaran uang seratus ribu yang dibuat kipas-kipas, tentulah ulahnya Nelli.

"Dari siapa, Buk?"

"Teman baru." Senyumnya sampai ke mata berbinar cerah, jari telunjuknya menuding sang menantu yang bersandar pada dinding.

Ekspresi Amran sulit diterka, dia menatap rumit wajah sang istri kedua.

Bu Warni mulai merengek. "Ayo beli rok banyak-banyak, jajan, kartu baru."

Biasanya Mak Rita dan lainnya langsung tertawa melihat tingkah bu Warni, tapi kali ini mereka bungkam, sudut mata basah.

Suara tangis Dahayu menikam ulu hati, kendatipun tak semua percakapan terdengar jelas – mereka dapat merasakan sakit tidak ada obat penawarnya itu.

Bondan dan Randu, menunduk dalam – mereka lebih segan lagi pada sosok sederhana, yang sempurna menyembunyikan seribu lukanya.

"Pergilah berbelanja dengan Ibuk, Mamak, dan Ayah, serta Nelli. Beli apapun itu yang kalian inginkan." Amran menarik istrinya untuk dia peluk, lalu mencium keningnya. Tak peduli akan ditendang maupun maki.

Dahayu bergeming, tak menolak ataupun membalas. Kemudian dirinya menggandeng ibunya.

Bondan bergegas memimpin jalan, dialah yang akan menjadi sopir dadakan.

***

Di ruangan dokter Juwita.

Amran kembali mendengar kisah kelam Dahayu lewat perekam suara yang dipasang di bawah meja.

"Tuan, bukan cuma bu Warni yang membutuhkan seorang psikiater. Ibu Dahayu, sama perlunya."

"Lantas, bagaimana cara penanganannya ...?"

.

.

Bersambung.

1
siauwdidola
seru, menarik
Kaka Shanum
tertawalah sepuasnya kamu nafiya karena setelah itu jangankan bisa tertawa,bicara pun tak sanggup kalau kau tau siapa amran tabariq......
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
perkosaaaa aja itu si dayu itu mran.. tuman banget cangkemnya...🤣🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bukan akal akal an sih,,, tapi biang keladi nya...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
laaaaahhh sana minum obat dulu,,,, kayaknya dosismu perlu ditambah deh biar agaj warasan dikit...
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
sak karepmu jem jem..... eh... aku ngomong apa ya... jem jem kayaknya ada terusannya deh...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
abang amran.... kawinin aku bang...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
matamu pengen tak colok ya peyang... segala macam orang dibilang ganteng, mungkin kalo orang utan dikasih jas celana sama sepatu pantofel paling juga dibilang ganteng sama si peyang ini...
Nurul Boed
Karena Dayu masih beranggpan dia hanya istri sementara,, 🤔🤔🤔
Nurul Boed
Beee,, model an begini gpp dech jadi yang ke tiga 😆😆😆😆
hidagede1
wah... ganteng banget abang amran,,, ah.. ini mah c'nafi gak bakalan bisa tidur 7hari 7 malam, wkwkwk
Marlina Prasasty
untung Bondan gak satu mobil dgn sang tuan pasti dia akan kema sadaran dr perang dunia ke3 ini
Marlina Prasasty
😍😍😍🥰🥰
Bang Fay
kapan dayu bisa memanfaatkan suaminya yg serba ada ganteng baik .... bagaimana gila nya mereka kalau tahu suami Dayu bos nya sendiri...
Zeliii... S
jadi penasaran kek gimana visualnya Wisnu..????
Zeliii... S
Amran Tabariq... 😍😍😍😍😍
Zeliii... S
lanjut kak cublik... 🤗🤗🤗
Zeliii... S
idih... uget² mulai kegatelan...!!!!!!
Zeliii... S: apatuh kak cublik gk paham aku... 😁😁😁😁
Cublik: Singgat gori Kak 😆
total 2 replies
Zeliii... S
Apa maksudnya dayu???
neni nuraeni
aduuh dahayu...luluhlah sikit itu Amran pasti punya rasa sama kmu Dayu,ayo thor buat Dayu lemah lembut dong sama Amran,lnjut thor
Cublik: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!