Amanda Zwetta harus terjebak ke dalam rencana jahat sahabatnya sendiri-Luna. Amanda dituduh sudah membunuh mantan kekasihnya sendiri hingga tewas. Amanda yang saat itu merasa panik dan takut terpaksa harus melarikan diri karena bagaimana pun semua itu bukanlah kesalahannya, ia tidak ingin semua orang menganggapnya sebagai seorang pembunuh. Apalagi seseorang yang dibunuh itu adalah pria yang pernah mengisi hari-hari nya selama lima tahun. Alvaro Dewayne Wilson seorang CEO yang terkenal sangat angkuh di negaranya harus mengalami nasib yang kurang baik saat melakukan perjalanan bisnisnya karena ia harus berhadapan dengan seorang gadis yang baru ia temui yaitu Amanda. Amanda meminta Alvaro untuk membantunya bersembunyi dari orang-orang yang sudah berbuat jahat kepadanya. Akankah Alvaro membantu Amanda? Atau justru Alvaro akan membiarkan Amanda begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifafkryh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALI KE RUMAH ALVARO
Saat ini Amanda dan Alvaro tengah menikmati makan siang mereka. Baik Amanda maupun Alvaro, tidak ada yang membuka suara.
Amanda yang tengah asik dengan makanannya pun tiba-tiba merasa ada yang menatapnya. Amanda menoleh ke samping dan melihat Alvaro tengah menatap ke arahnya.
Jantung Amanda langsung berdegup kencang saat ditatap se-intens itu oleh Alvaro.
"Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?" Tanya Amanda sambil mengalihkan pandangannya kembali ke arah makanan.
"Memangnya kenapa? Tidak boleh?" Jawab Alvaro.
"Bu--Bukan seperti itu." Ucap Amanda gugup.
"Apakah kau mencintaiku?" Tanya Alvaro tiba-tiba.
Amanda yang sedang mengunyah makanan pun langsung tersedak saat mendengar pertanyaan Alvaro barusan.
Melihat Amanda tersedak, langsung membuat Alvaro sedikit khawatir. Ia langsung memberikan gelas berisikan air mineral kepada Amanda. Amanda pun langsung menerima gelas tersebut dan meminumnya hingga tandas tak tersisa.
"Aku sudah selesai. Aku harus kembali bekerja." Ucap Amanda sambil beranjak berdiri.
"Tunggu dulu." Ucap Alvaro sambil menahan lengan Amanda.
"Apa lagi? Aku harus bekerja, Al." Ucap Amanda.
"Tidak bisakah kau menemaniku?" Tanya Alvaro.
"Al ... Aku disini untuk bekerja. Bukan untuk menemanimu. Jika kau menahanku terus, aku tidak mau kembali ke rumahmu." Jawab Amanda.
Mendengar ancaman Amanda membuat Alvaro langsung melepaskan tangannya dari lengan Amanda.
"Ya sudah, kau boleh kembali. Nanti sore aku akan menunggumu di loby." Ucap Alvaro.
Amanda hanya mengangguk menanggapi ucapan Alvaro barusan. Setelah itu, Amanda memutuskan untuk pergi dari ruangan Alvaro. Tetapi saat ingin membuka pintu, Amanda merasa kesusahan karena ternyata pintunya masih terkunci.
"Bagaimana bisa aku pergi jika pintunya masih kau kunci, Alvaro?" Tanya Amanda yang sudah mulai kesal.
"Baiklah-baiklah. Sudah tidak dikunci." Jawab Alvaro sambil menekan tombol di remote yang mengendalikan pintu ruangannya.
Tanpa menatap Alvaro, Amanda langsung membuka pintu itu dan segera pergi menuju ruangannya. Ia yakin saat ini Laura tengah mencarinya.
Setelah Amanda pergi, senyum di wajah Alvaro langsung menghiasi wajah tampannya. Tiba-tiba saja ia teringat ucapan Amanda tadi yang mengatakan bahwa ia tinggal di Apartment William.
Alvaro memutuskan untuk menghubungi sepupunya itu.
"Wil ... "
"Ada apa, Al?"
"Aku ingin memberitahumu sesuatu."
"Apa itu?"
"Nanti sore kau tidak perlu menjemput Amanda. Dan mulai hari ini, Amanda tidak akan tinggal di apartment-mu lagi. Dia akan tinggal bersamaku."
"Ta--Tapi"
"Aku hanya ingin memberitahumu itu saja."
Tanpa mendengar ucapan William, Alvaro langsung memutuskan sambungan telfon tersebut secara sepihak. Setelah itu, ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
Entah kenapa setelah melihat Amanda, Alvaro menjadi lebih semangat bekerja. Apalagi saat mengetahui bahwa Amanda bekerja di perusahaannya. Itu artinya setiap waktu Alvaro akan terus bertemu dengan wanita itu. Baik di rumah maupun di kantor.
Saat ini Amanda baru saja tiba di ruangannya. Hal pertama yang menyambut kedatangannya ada rentetan pertanyaan yang diberikan oleh Laura.
"Astaga, Amanda ... Kau dari mana saja? Aku menunggumu dari tadi. Apakah Tuan Wilson menahanmu? Dia memarahimu? Apa yang dia bicarakan denganmu sehingga kau berada di ruangannya sangat lama?" Tanya Laura.
"Duduklah dulu, Laura." Ucap Amanda sambil menyuruh Laura untuk duduk.
Laura pun segera duduk di kursi yang berada di sebelah meja kerja Amanda.
"Sekarang ceritakan padaku apa yang terjadi? Aku sampai ditemani oleh Tuan Dennis tadi." Tanya Laura.
"Pertama, aku minta maaf karena tidak bisa pergi makan siang denganmu, Laura. Tadi saat aku mengantar laporan itu dan hendak pergi setelah mengantarkannya, tiba-tiba saja Tuan Wilson meminta bantuanku karena sekretarisnya sedang pergi makan siang. Aku tidak bisa menolaknya, jadi mau tidak mau aku membantunya." Jawab Amanda.
"Baiklah jika begitu. Aku takut dia memarahimu. Dia itu orangnya dingin sekali, jika dia sudah marah, siapapun bisa terkena amukannya." Ucap Laura.
"Ya sudah, aku harus kembali bekerja sebelum wanita cerewet itu tiba." Lanjut Laura.
Yang dimaksud wanita cerewet oleh Laura adalah Evelyn. Mendengar ucapan Laura barusan, langsung membuat Amanda tertawa pelan.
"Ini bukan waktunya untuk tertawa seperti itu. Cepat kembali bekerja." Tiba-tiba saja orang yang sedang mereka bicarakan datang.
"Bagaimana? Kau sudah mengantarkan laporan itu kepada Tuan Wilson?" Tanya Evelyn kepada Amanda.
"Sudah, Nona." Jawab Amanda.
Tanpa merespon ucapan Amanda barusan, Evelyn langsung pergi begitu saja menuju ruangannya.
Setelah itu, Amanda kembali berkutat dengan pekerjaannya. Saat tengah asik dengan pekerjaannya, tiba-tiba saja Amanda memikirkan Alvaro. Amanda masih tidak percaya bahwa ternyata, Alvaro menyukainya. Semua pengakuan Alvaro tadi terasa mimpi bagi Amanda.
"Bagaimana jika semua ini hanyalah mimpi?" Gumam Amanda.
Amanda pun mencoba mencubit lengannya. "Awww ... "
"Ternyata ini bukan mimpi." Gumam Amanda.
Tak mau larut dalam pikirannya, Amanda memutuskan untuk kembali bekerja.
****
Saat ini, Alvaro tengah menunggu kedatangan Amanda di loby. Senyum di wajah Alvaro benar-benar tak memudar setiap kali ia memikirkan Amanda. Dennis yang melihat Alvaro terus tersenyum pun merasa senang. Karena semenjak Amanda pergi beberapa hari yang lalu, Alvaro benar-benar tidak pernah tersenyum bahkan untuk sekedar berbincang pun pria itu tidak mau.
"Tuan ... Bagaimana bisa anda menemukan Nona Amanda?" Tanya Dennis.
"Entahlah ... Aku belum sempat mencarinya, tetapi dia sudah datang lebih dulu kepadaku." Jawab Alvaro.
"Syukurlah karena sekarang Nona Amanda sudah ditemukan." Balas Dennis.
Tak lama setelah Dennis berbicara, tiba-tiba saja pandangan Alvaro langsung tertuju kepada Amanda yang saat ini tengah berjalan menuju loby bersama satu orang wanita yang Alvaro yakini bernama Laura.
Alvaro langsung membuka kaca jendela mobilnya. Dan kebetulan, saat Alvaro menurunkan kaca mobilnya, Amanda melihatnya. Tanpa mengatakan apapun, Alvaro menginstruksi Amanda untuk segera masuk ke dalam mobil.
Amanda yang saat ini sedang bersama Laura pun merasa kebingungan, ia tidak ingin ada salah paham jika Laura melihatnya pulang bersama Alvaro. Tetapi di satu sisi, Amanda juga tidak ingin membuat Alvaro menunggunya terlalu lama
Akhirnya, mau tidak mau Amanda segera pamitan kepada Laura. Dan jika wanita itu bertanya kepadanya nanti, Amanda akan menjelaskannya.
"Laura ... " Panggil Amanda.
Laura langsung menoleh untuk menatap Amanda. "Ada apa?" Tanya Laura.
"Tak apa jika aku tinggal? Aku harus pulang lebih dulu." Jawab Amanda.
"Tak apa, Amanda. Lagi pula aku sedang menunggu tunangan-ku datang. Oh ya ... Dengan siapa kau pulang?" Tanya Laura.
"Aku ... Aku pulang dengan--"
"Amanda ... Cepatlah." Tiba-tiba saja suara Alvaro terdengar.
Amanda dan Laura langsung menoleh ke asal suara. Laura langsung membelalakkan matanya terkejut.
"Kau ... Kau pulang bersama Tuan Wilson?" Tanya Laura.
"Emm ... Ya, aku pulang bersama Tuan Wilson." Jawab Amanda sambil tersenyum canggung.
"Kau harus menceritakannya kepadaku nanti, Amanda. Ya sudah, pergilah. Tuan Wilson pasti sudah menunggumu dari tadi." Ucap Laura.
"Baiklah, aku tinggal. Sampai jumpa, Laura." Ucap Amanda sambil berlalu pergi menuju mobil Alvaro.
Setibanya di dalam mobil, Amanda langsung mendapat pertanyaan dari Alvaro.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Alvaro.
"Aku tidak menyuruhmu untuk menungguku. Dari awal kan aku menolak untuk pulang ke rumahmu." Jawab Amanda acuh.
Amanda sengaja bersikap cuek seperti itu kepada Alvaro karena ia ingin menjahili pria itu. Amanda ingin lihat kesungguhan cinta Alvaro kepadanya.
"Tapi mulai hari ini, kau tidak bisa menolak apapun permintaanku." Balas Alvaro.
Dennis pun hanya tersenyum mendengar perdebatan antara Amanda dan Alvaro. Setelah itu, ia melajukan mobilnya menuju rumah Alvaro.
"Aku tidak suka pria pemaksa seperti dirimu. Kau berbeda sekali dengan William. Dia lembut dan selalu bersikap baik kepadaku." Ucap Amanda.
"Jangan samakan aku dengan dia karena aku berbeda dengannya." Balas Alvaro.
"Sudahlah, aku malas berdebat denganmu." Ucap Amanda.
Akhirnya, Alvaro tidak membalas ucapan Amanda lagi. Ia lebih memilih memejamkan matanya karena merasa lelah.
Amanda pun melirik sekilas ke arah Alvaro, setelah itu ia lebih memilih menatap keluar jendela.
Kini mereka tiba di mansion Alvaro, Amanda langsung melirik Alvaro yang masih tertidur pulas.
"Nona ... Kita sudah sampai." Ucap Dennis.
"Ya, Dennis. Alvaro masih tertidur." Ucap Amanda.
"Coba dibangunkan saja, Nona. Sepertinya Tuan Alvaro kelelahan." Balas Dennis.
Amanda pun akhirnya mencoba membangunkan Alvaro dengan cara mengguncang lengan Alvaro.
"Al ... Bangunlah." Ucap Amanda.
Masih belum mendapatkan respon dari Alvaro, Amanda pun mencoba membangunkan Alvaro sekali lagi.
"Alvaro ... Bangun. Kita sudah sampai." Ucap Amanda sambil mengguncang lengan Alvaro.
Tak lama, mata yang semula terpejam kini sudah mulai terbuka. Dan kini, mata mereka bertemu. Cukup lama mereka saling menatap sampai akhirnya Alvaro mengeluarkan suaranya.
"Seperti itu caramu membangunkanku?" Tanya Alvaro datar.
Setelah mengatakan itu, Alvaro segera bergegas keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam mansion, meninggalkan Amanda yang masih terkejut karena ucapan Alvaro barusan.
*****
To be continue ...