NovelToon NovelToon
Diam-Diam Mencintaimu

Diam-Diam Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Fantasi Wanita
Popularitas:424
Nilai: 5
Nama Author: Nildy Santos

Jenia adalah seorang gadis dari keluarga sederhana yang pintar, ceria, sangat cantik dan menggemaskan. namun tiada satupun pria yang dekat dengannya karena status sosialnya di yang di anggap tidak setara dengan mereka. namun selama 6 tahun lamanya dia sangat menyimpan rasa suka yang dalam terhadap seorang pria yang tampan, kaya raya dan mapan sejak mereka duduk di bangku kuliah.. akankah ia akan mendapatkan pria pujaannya itu?? kita akan mengetahuinya setelah membaca novel ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nildy Santos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 20

Sejak malam itu, nama Jenia dan Bastian menjadi perbincangan hangat di dunia bisnis dan media.

Banyak yang menebak-nebak hubungan mereka, apalagi setelah foto-foto dari acara peluncuran fashion itu tersebar di internet.

Namun berbeda dari yang dikira orang, Jenia justru memilih menjauh sementara waktu.

Ia kembali tenggelam dalam pekerjaannya, mempersiapkan pembukaan butik cabang di Surabaya, berusaha menata ulang perasaannya yang kembali kacau oleh kehadiran Bastian.

Jenia sedang memeriksa rancangan koleksi baru ketika pintu ruangannya diketuk.

Tanpa menunggu izin, seorang pria masuk tubuh tinggi, dengan senyum tenang yang sudah lama tidak ia lihat dari jarak sedekat ini.

“Aku janji, kali ini benar-benar urusan bisnis,” ujar Bastian, mencoba mencairkan suasana.

Jenia mendesah pelan.

“Kalimat itu sudah sering kamu pakai setiap kali ingin bertemu denganku.”

“Dan setiap kali juga kamu masih memberiku waktu, kan?”

Bastian menatapnya, nada suaranya lembut, tapi ada ketulusan di baliknya.

Jenia tak menjawab, hanya menatap lembar desain di tangannya yang kini tak lagi terbaca.

“Apa yang kamu mau, Bast?”

“Kesempatan,” jawab Bastian tanpa ragu. “Kesempatan untuk memperbaiki semua hal yang dulu aku rusak.”

Hening.

Hanya suara pendingin ruangan yang terdengar.

Beberapa hari kemudian, Bastian benar-benar membuktikan ucapannya.

Ia datang ke kantor membawa tim bisnisnya dan menawarkan kerja sama besar mall miliknya akan memberikan ruang eksklusif untuk produk Jenia, lengkap dengan promosi besar-besaran.

“Ini bukan hadiah,” katanya saat Jenia menolak tawaran itu. “Ini peluang. Dan kamu berhak menerimanya karena kamu pantas bukan karena aku.”

Bastian kini bukan lagi pria yang angkuh seperti dulu.

Caranya berbicara lebih tenang, matanya menatap Jenia tanpa tekanan. Ia tidak lagi mencoba memaksa, tapi menunggu sabar, penuh pengertian.

Perlahan, tembok yang selama ini Jenia bangun mulai retak.

Suatu malam, ketika mereka pulang dari rapat kerja sama di Surabaya, hujan turun deras.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti di pinggir jalan karena ban bocor.

Bastian tanpa banyak bicara keluar dari mobil, membetulkan ban di bawah guyuran hujan.

Jenia memandanginya dari dalam, jantungnya berdegup cepat bukan karena hujan, tapi karena melihat seseorang yang dulu begitu tinggi kini rela membungkuk, basah kuyup, hanya agar mereka bisa pulang dengan aman.

Saat Bastian kembali ke mobil, rambutnya berantakan, pakaiannya basah, tapi ia masih tersenyum.

“Kita bisa lanjut jalan. Aku baik-baik aja.”

Jenia mengeluarkan tisu, spontan mengusap air hujan di wajahnya.

“Kamu selalu keras kepala,” gumamnya lirih.

Bastian menatapnya lembut.

“Kamu juga. Tapi aku harap kali ini kita bisa keras kepala untuk hal yang sama saling memperjuangkan.”

Mata mereka bertemu, lama, tanpa kata.

Hujan di luar makin deras, tapi di dalam mobil, ada kehangatan yang perlahan kembali tumbuh.

Malam itu, Jenia sadar…

Bastian bukan lagi pria masa lalunya yang egois dan penuh gengsi.

Ia telah berubah dan perubahan itu membuat hatinya mulai ragu:

apakah kali ini ia masih ingin terus melawan… atau perlahan mengizinkan dirinya untuk kembali mencintai?

Derasnya hujan malam itu masih belum juga reda.

Mobil yang mereka tumpangi masih terparkir di pinggir jalan, lampu kota di kejauhan tampak samar di balik kaca yang berembun.

Suasana di dalam mobil begitu sunyi.

Hanya ada napas mereka berdua yang terdengar pelan, disertai suara hujan yang jatuh menimpa atap mobil seperti irama lembut yang menenangkan sekaligus menggetarkan.

Bastian menatap lurus ke depan, berusaha mengendalikan diri.

Namun sejak Jenia menyeka wajahnya dengan tisu dan menyentuh pipinya beberapa saat lalu, pikirannya tak bisa tenang.

Sentuhan itu sederhana… tapi menghidupkan semua kenangan yang pernah ia pendam.

“Terima kasih… sudah mau repot-repot bantu tadi,” ucap Jenia pelan, memecah keheningan.

“Untuk kamu, nggak ada yang repot,” jawab Bastian, menoleh padanya.

Matanya menatap lekat, dalam, seperti berusaha membaca sesuatu yang selama ini tersembunyi di balik tatapan mata Jenia.

Sekejap saja, dunia terasa mengecil.

Jenia menunduk, menatap tangannya sendiri yang kini bergetar di pangkuan. Ia tahu, seharusnya menjaga jarak. Tapi entah mengapa, rasanya sulit sekali saat berada sedekat ini dengan Bastian.

“Bast… mungkin sebaiknya kita”

Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, Bastian tiba-tiba mendekat.

Gerakannya lambat, penuh keraguan, namun tatapan matanya begitu tulus.

“Aku udah terlalu lama nyesel, Jen,” bisiknya lirih. “Terlalu lama nahan semua yang pengin aku ungkapin…”

Jenia terdiam. Jarak mereka kini begitu dekat hingga napas keduanya saling terasa.

Matanya menatap Bastiandan dalam sekejap, tanpa mereka sadari, ruang di antara mereka menghilang.

Sebuah ciuman lembut, singkat, tapi sarat makna, menyentuh bibir Jenia.

Hanya sekejap, tapi waktu seperti berhenti berputar.

Jenia sempat membeku, namun justru perasaan hangat yang mengalir membuatnya tidak bisa menolak.

Hujan di luar semakin deras, seakan menutupi semua suara dunia.

Ketika mereka akhirnya tersadar, keduanya saling terdiam napas tersengal, tatapan masih saling terikat dalam keheningan yang canggung namun sarat rasa.

“Aku… maaf, aku nggak bermaksud…” Bastian berusaha berbicara, suaranya serak.

Jenia menunduk cepat, pipinya memanas.

“Kita… kita pura-pura nggak pernah terjadi apa-apa tadi, ya,” ucapnya pelan, namun suaranya bergetar.

Bastian menatapnya lama. Ada senyum getir di bibirnya, tapi juga sedikit harapan.

“Kalau memang itu yang kamu mau… aku akan pura-pura. Tapi hatiku nggak bisa ikut berpura-pura, Jen.”

Kata-kata itu menancap dalam.

Jenia terdiam, menatap jendela yang kini dipenuhi embun, berusaha menenangkan debaran jantungnya yang seolah tak mau berhenti.

Di dalam mobil yang masih diam di bawah hujan itu, dua hati yang pernah hancur kini mulai kembali saling mendekat perlahan, tanpa rencana.

***

Malam itu, aula hotel megah di pusat Jakarta tampak berkilau.

Acara peluncuran kerja sama besar antara perusahaan Bastian Group dan Jen mode menjadi sorotan media dan kalangan bisnis.

Lampu kristal bergemerlap, musik lembut mengalun, dan para tamu penting berdatangan mengenakan busana terbaik mereka.

Di antara keramaian itu, Jenia tampil begitu memesona.

Gaun biru muda yang ia kenakan menjuntai elegan, rambutnya disanggul sederhana namun menawan.

Tatapannya tenang, namun di balik itu, dadanya berdebar karena ia tahu Bastian ada di ruangan yang sama.

Bastian berdiri di depan panggung bersama para investor dan rekan bisnis, memimpin sambutan.

Suara tepuk tangan menggema setiap kali ia berbicara, namun pikirannya hanya tertuju pada satu orang Jenia, yang duduk di deretan tamu kehormatan.

“Kerja sama ini bukan hanya tentang bisnis,” ucap Bastian di atas panggung, suaranya tenang tapi penuh makna.

“Ini tentang perjalanan, tentang kepercayaan… dan tentang seseorang yang membuat saya belajar arti kesungguhan.”

Ruangan mendadak hening. Semua mata kini tertuju pada Bastian, termasuk mata Jenia yang membulat penuh tanda tanya.

Bastian menatap ke arahnya langsung, tanpa keraguan.

“Saya tahu, biasanya di acara sebesar ini saya harus bicara soal angka dan strategi. Tapi malam ini, izinkan saya bicara dari hati.”

Beberapa tamu saling berbisik penasaran.

Jenia mulai gelisah. Ia tahu arah pembicaraan ini.

Bastian melangkah turun dari panggung, mikrofon masih di tangan.

Langkahnya mantap menuju tempat duduk Jenia, sementara kamera para wartawan langsung membidik ke arahnya.

“Jenia Pradipta Prameswari,” ucapnya lantang, membuat seluruh ruangan menahan napas.

“Selama ini aku terlalu bodoh menilai seseorang dari ‘level’, padahal kamu adalah seseorang yang membuat aku sadar bahwa cinta nggak mengenal level. Cinta cuma butuh hati yang tulus.”

Suara Bastian bergetar sedikit, tapi matanya tak lepas dari Jenia.

“Aku nggak peduli siapa yang menonton, siapa yang menilai. Malam ini aku cuma mau jujur…”

“Aku mencintaimu, Jenia. Dan aku ingin semua orang tahu.”

Ruangan langsung riuh. Ada yang terkejut, ada yang bertepuk tangan, ada pula yang tersenyum terharu.

Leony yang berdiri di belakang langsung menutup mulutnya, nyaris menitikkan air mata.

Sementara Jenia… hanya bisa terpaku di tempat.

Matanya bergetar, jantungnya berdetak begitu cepat hingga nyaris tak sanggup bernapas.

Bastian berdiri tepat di depannya kini, menatap lembut sambil berkata:

“Aku nggak minta jawaban sekarang. Aku cuma nggak mau lagi sembunyi di balik status, jabatan, atau gengsi. Aku cuma mau kamu tahu aku sungguh mencintaimu.”

Tepuk tangan menggema di seluruh ruangan.

Beberapa tamu berdiri memberi penghormatan, termasuk pemilik media yang langsung menyiarkan momen itu secara langsung.

Jenia berdiri perlahan, wajahnya memerah, matanya berkaca-kaca.

“Kamu… gila, Bast,” bisiknya hampir tak terdengar.

“Iya,” jawab Bastian sambil tersenyum lega. “Gila karena cinta sama kamu.”

Sorot lampu kamera membanjiri mereka, tapi malam itu… dunia seolah hanya milik berdua.

Dan untuk pertama kalinya, Jenia tidak menolak. Ia menatap Bastian dengan senyum yang lama tak muncul hangat, tulus, dan sedikit gemetar.

1
[donel williams ]
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
Fathi Raihan
Kece banget!
Celty Sturluson
Ga sabar buat kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!