NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 5

Dalam hati Zamara Nurayn Altun bersorak gembira. Dalam perjalanan pulang malam itu, tak henti-hentinya senyuman tergambar di wajahnya.

Langkahnya ringan, pandangannya bersinar, seperti seseorang yang baru saja menaklukkan medan perang yang penuh duri dan badai.

"Aqila, Laira… rencana aku berhasil," bisiknya lirih, namun penuh kemenangan.

"Aku menang, dan kalian kalah telak."

Ia menggenggam erat ponselnya, seolah ingin mengabadikan momen itu dalam setiap detik kehidupannya.

"Ustadz Yassir Qayyim... akhirnya setuju menikah denganku. Enam hari lagi. Enam hari dari sekarang, aku akan jadi istrinya."

Matanya berkaca, bukan karena haru, tapi karena puas. Puas karena strategi diam-diamnya berhasil.

Puas karena dua perempuan itu yang selalu menganggapnya tak akan mungkin dilirik sang ustadz harus menerima kenyataan kalau Zamara lah yang berdiri di altar itu nanti.

Dalam hati kecilnya, Zamara tak hanya menanti pernikahan. Ia menanti hari pembuktian. Hari saat semua cibiran akan dibungkam oleh satu nama baru yang akan disematkan di depan namanya: istri dari Ustadz Yassir Qayyim.

Keesokan paginya, Zamara Nurayn Altun kembali ke rutinitasnya sebagai dokter magang. Jadwal padat sudah menantinya.

Sejak matahari terbit, dia sudah sibuk dengan stetoskop di leher dan catatan medis di tangan, mondar-mandir dari satu ruang pasien ke ruang lainnya.

Tangannya bekerja, tapi pikirannya melayang masih terbawa bayang-bayang malam sebelumnya.

Namun setelah salat Zuhur, suasana yang awalnya penuh suara alat medis dan langkah kaki dokter berubah seketika. Ustadz Yassir Qayyim tiba-tiba muncul di lorong rumah sakit.

Zamara yang sedang berdiri di dekat nurse station, refleks membalikkan badan saat mendengar suara langkah yang ia kenal baik. Matanya membulat. Bibirnya otomatis tersenyum dengan gaya khasnya manis, penuh percaya diri.

"Hah, subhanallah rumah sakit bisa-bisa makin rame hari ini, soalnya pasiennya nambah satu," ucap Zamara menggoda sambil melipat tangan di depan dada.

"Yang baru masuk, ustadz ganteng tiga puluh tahun, terserang gejala cinta yang belum sembuh-sembuh."

Ustadz Yassir menunduk sedikit, senyumnya tenang tapi terlihat geli.

“Gimana kabarnya calon istri dokter magang yang sukanya bikin jantung deg-degan, bukan karena penyakit, tapi karena kalimat maut?”

Zamara tertawa pelan, lalu pura-pura menatap grafik denyut nadi pasien yang sedang tergeletak, padahal pikirannya hanya fokus pada satu orang laki-laki di hadapannya itu.

“Kalau gitu, ustadz datang mau konsultasi jantung atau mau periksa niat nikah yang makin mantap?” ucapnya lagi sambil mengedipkan sebelah mata.

Yassir terkekeh, lalu duduk di bangku tunggu.

“Aku cuma lewat, tapi tiba-tiba kepikiran pengen lihat wajah perempuan yang semalam bikin aku nggak bisa tidur karena mikirin satu hal.”

Zamara mengangkat alis, pura-pura bingung. “Hal apa?”

“Caranya memaksa aku untuk menerima takdir yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya,” jawab Yassir tenang.

“Tapi justru karena itu aku jadi mau belajar ikhlas lewat kamu.”

Detik itu, Zamara merasa seluruh dunia seakan berhenti.

Pasien-pasien, aroma disinfektan, suara monitor, semua menghilang.

Yang tersisa cuma degup jantungnya dan pria yang kini menatapnya, tidak lagi dengan ragu, tapi dengan pengakuan yang mulai tumbuh dari dalam hati.

Zamara belum sempat membalas ucapan Ustadz Yassir, tiba-tiba suara suster Mira memecah momen itu.

"Eh, eh... ini yang kemarin viral di TikTok, kan? Ustadz Yassir Qayyim? Masya Allah, beneran datang ke rumah sakit kita!" serunya sambil menepuk pelan bahu Zamara, menggoda.

Dokter Arman, rekan sejawat yang sedang duduk di dekat ruang dokter, ikut menyahut, "Zam, ini pasien apa calon suami sih? Tumben kamu keliatan senyum-senyum terus, biasanya marah-marah kalau disuruh isi rekam medis."

Zamara langsung memukul ringan clipboard-nya ke meja, “Ih, Dok Arman, jangan fitnah dong. Beliau ini lagi silaturahmi. Emang dilarang ya, ustadz datang ke rumah sakit?”

Suster Mira malah tambah semangat, “Silaturahmi kok sampe baper satu rumah sakit. Dari tadi yang jaga pasien di ujung lorong itu juga pada bisik-bisik lho, katanya Ustadz Yassir datang nyamperin calon istrinya.”

Seorang pasien lansia di ranjang dekat nurse station ikut menyahut lirih, “Nak... kalau emang jodoh, cepet-cepetin aja nikahnya. Mumpung masih muda dan sehat.”

Zamara tersenyum malu, tapi tetap tak kehilangan gaya.

"Tenang, Nek. Insya Allah enam hari lagi, doakan ya. Mudah-mudahan rumah sakit ini jadi saksi kebahagiaan, bukan cuma tempat nyembuhin penyakit."

Yassir menatap Zamara yang dikerubungi oleh rekan kerja dan pasien dengan tatapan penuh haru, lalu berdiri dan berkata, “Aku cuma numpang lewat, tapi kayaknya disuruh Tuhan buat makin yakin.”

“Yakin apaan, Ustadz?” tanya Dokter Arman sambil mengangkat alis.

Yassir tersenyum tipis, lalu menatap Zamara dalam-dalam.

“Yakin kalau perempuan ini bukan cuma jago ngelucu, tapi juga jago nyembuhin hati yang lama mati rasa.”

Seketika ruang itu menjadi ramai oleh tepuk tangan kecil dan bisik-bisik penuh godaan.

Zamara tertunduk malu, namun senyumnya tak bisa ia sembunyikan.

Untuk pertama kalinya, gombalan balik dari Ustadz Yassir berhasil membuatnya diam tak bisa membalas.

Suasana lorong rumah sakit mendadak hening saat Ustadz Yassir Qayyim mengangkat tangannya pelan, memberi isyarat agar semua orang tenang.

Beberapa dokter yang tadi tertawa-tawa mulai diam, suster Mira langsung mematikan nada alarm infus, bahkan pasien lansia yang tadi berseloroh ikut menahan napas.

Zamara mengernyit pelan. “Ustadz, kenapa tiba-tiba...”

Yassir menarik napas dalam, lalu menatap langsung ke arah Zamara. Tatapan teduh, penuh ketegasan, namun tetap membawa kelembutan khas seorang dai yang tak hanya menaklukkan mimbar, tapi juga hati manusia.

“Bismillahirrahmanirrahim,” ucapnya tenang, suaranya menggema di lorong yang mendadak menjadi sakral.

“Aku datang bukan sebagai ustadz yang ceramah di atas panggung, tapi sebagai lelaki biasa yang sedang belajar menerima takdir Allah dengan lebih berani. Zamara Nurayn Altun...”

Zamara terpaku. Matanya membulat.

Yassir melanjutkan dengan suara yang dalam dan penuh makna.

“Engkau bukan wanita sempurna, seperti aku bukan laki-laki tanpa cela. Tapi aku yakin, di antara banyaknya doa yang aku panjatkan di sepertiga malam, Allah mengutusmu sebagai salah satu jawaban.”

Ia kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jubahnya. Dibukanya perlahan.

Di dalamnya terletak cincin emas sederhana, tanpa permata berkilau, namun bentuknya unik lingkaran yang diukir halus dengan lafaz Bismillah di sisi dalam.

“Saksikanlah, wahai saudara-saudaraku di tempat ini, di tengah tugas muliamu sebagai dokter yang menyembuhkan raga, aku ingin menyembuhkan luka batin kita bersama dalam ikatan halal.”

Lalu ia menunduk sedikit, menyodorkan cincin itu ke arah Zamara dengan tangan gemetar bukan karena ragu, tapi karena khidmat.

“Zamara… Maukah engkau menikah denganku, dengan niat lillahi ta'ala,

untuk saling membimbing, saling menutup aib dan saling menenangkan dalam ibadah serta cinta yang syar’i?”

Semua orang menahan napas. Beberapa suster menutup mulut menahan teriakan. Dokter Arman berbisik, “Waduh, ini mah kalah sinetron.”

Zamara menatap cincin itu, lalu mata Yassir, dan dadanya mendadak sesak.

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!