NovelToon NovelToon
Dipaksa Menjadi Istri Kedua

Dipaksa Menjadi Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Kata sah terdengar lantang dari dalam ruangan minimalis itu. Pertanda ijab kabul telah selesai dilaksanakan seiring dengan air matanya yang terus menerus menetes membasahi pipinya.

Apa jadinya jika, karena kesalahpahaman membuat seorang wanita berusia 25 tahun harus menjadi seorang istri secara mendadak tanpa pernah direncanakan ataupun dibayangkan olehnya.

Kenyataan yang paling menyakitkan jika pernikahan itu hanyalah pernikahan kontrak yang akan dijalaninya selama enam bulan lamanya dan terpaksa menjadi istri kedua dari suami wanita lain.

Mampukah Alfathunisa Husna menerima takdir pernikahannya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 16

POV Azhar

Ya Allah… bumi rasanya berhenti berputar. Suara tawa sinis Dian masih terngiang jelas di telingaku. Kata-katanya yang penuh racun, seolah menusuk bukan hanya hatiku, tapi juga kehormatanku sebagai seorang ayah.

Yang lebih menyesakkan, semua itu terdengar jelas oleh Nisa. Perempuan lembut yang selama ini kusembunyikan dari dunia, dari keluargaku sendiri. Statusnya hanya istri siri, tak pernah kuakui di hadapan banyak orang.

Dan kini di hadapannya terkuak kebusukan yang selama ini kututupi: wajah asli Dianti, wanita yang dulu begitu kuagungkan.

Malu. Aku benar-benar malu. Malu sebagai suami, malu sebagai ayah, dan malu sebagai seorang lelaki. Apa yang bisa kupamerkan lagi di hadapan Nisa?

Bukankah dulu aku pernah membandingkan dirinya dengan Dian yang kuanggap cantik, sukses, berkelas? Kini, justru Nisa yang menyaksikan bagaimana istri pertamaku tega membuang anaknya sendiri, seolah Berliana hanyalah beban hidup.

Air mataku jatuh bukan hanya karena sakit hati mendengar penolakan Dian pada putri kami. Tapi juga karena perihnya menyadari bahwa Nisa mendengar semua itu.

Bagaimana mungkin aku bisa menegakkan kepala di hadapannya, sementara aku sendiri yang dulu memuja wanita bernama Dian itu?

Aku takut Nisa menilaiku rendah. Takut ia berpikir, “Beginikah wajah asli keluarga Mas? Beginikah wanita yang dulu Mas banggakan?” Tapi yang kulihat justru sebaliknya: tatapan penuh kasih, genggaman yang menenangkan, pelukan yang hangat. Tidak ada hinaan. Tidak ada sindiran.

Ya Allah… betapa kecilnya aku di hadapan wanita yang kusembunyikan ini. Dialah yang rela menjadi ibu bagi Berliana, sementara ibu kandungnya sendiri menolak. Dialah yang merengkuhku di saat aku terpuruk, meski aku sendiri sering menutupinya dari dunia.

Rasanya ingin kubenamkan wajahku dalam-dalam. Malu ini menyesakkan dada.

Aku ingin berteriak, “Nisa, maafkan aku! Aku telah buta menilai wanita. Aku bangga dengan seseorang yang kini mempermalukanku di depanmu, sementara aku menutupi keberadaanmu padahal kaulah yang paling tulus mencintaiku.”

Aku menangis di pelukan Nisa, membiarkan semua runtuh. Dan di tengah tangisanku, ada doa yang berulang di hati yaitu “Ya Allah, jangan cabut Nisa dariku. Meski aku berdosa menyembunyikan pernikahan ini, hanya dialah yang benar-benar menjadi penopangku hari ini.”

Beberapa jam kemudian..

Pak Daud menatap wajah putri semata wayangnya yang sedang sibuk mengemas pakaian. Wajahnya teduh, namun ada sebersit berat hati yang tak bisa ia sembunyikan.

“Nak…” suara parau itu terdengar lembut tapi tegas. “Kamu itu istri kedua. Jangan pernah menuntut lebih kepada suamimu. Berapapun dan apapun yang diberikan oleh suamimu, kamu harus ridho dan ikhlas menerimanya.”

Nisa berhenti melipat baju, lalu menoleh pada bapaknya. Ia mengangguk perlahan, menyimpan dalam-dalam setiap nasihat yang keluar dari mulut orang yang paling ia cintai itu.

“Insya Allah, Bapak,” ucapnya lirih.

“Aku akan mengingat baik-baik nasihat Bapak. Aku janji akan jalankan amanah Bapak.”

Ia lalu memeluk tubuh renta itu. Pelukan yang lama, erat, seolah enggan dilepas. Ada perasaan aneh di hatinya. Seakan pelukan ini adalah yang terakhir. Dadanya sesak.

“Bapak… aku pasti merindukanmu. Aku nggak sanggup berpisah lama-lama dengan Bapak…” suaranya pecah, air matanya jatuh di bahu bapaknya.

Pak Daud menahan air matanya. Ia menepuk-nepuk lembut punggung tangan putri yang amat dicintainya.

“Nak, setiap anak perempuan pasti akan berpisah dengan orang tuanya. Bapak sudah siap sejak lama. Pergilah dengan tenang. Jangan khawatirkan Bapakmu ini.”

Meski kata-katanya terdengar mantap, hatinya justru teriris. Nisa adalah satu-satunya keluarga yang tersisa sejak istrinya wafat empat tahun lalu. Sejak itu, mereka berdua tak pernah terpisahkan.

Nisa menghela napas panjang, lalu melanjutkan mengemas barang. Ia memasukkan pakaian, beberapa buku tabungan, juga surat-surat penting, termasuk surat nikahnya.

Di saat yang sama, suara bapaknya kembali terdengar, kali ini lebih dalam dan sarat makna.

“Nisa… jangan pernah banyak menuntut kepada suamimu. Jadilah ibu yang penyayang untuk anak-anaknya, meskipun bukan lahir dari rahimmu. Sayangi mereka dengan sepenuh hati, Nak. Anggap mereka anak kandungmu sendiri.”

Nisa terdiam. Ia menggigit bibir, menahan tangis. “Insya Allah, Bapak. Doakan aku bisa jadi istri yang baik dan ibu yang penyayang.”

Pak Daud tersenyum tipis. Ia lalu duduk di tepi ranjang dan mengeluarkan sebuah map cokelat. Ia menyodorkannya pada putrinya.

“Ini… ada beberapa sertifikat tanah dan surat-surat penting. Kamu saja yang simpan. Suatu saat nanti, semua ini memang akan jadi milikmu.”

Nisa terbelalak. “Bapak kenapa semua ini diberikan sekarang? Bukankah lebih baik Bapak simpan sendiri?”

Pak Daud menatapnya lembut, ada air mata di sudut matanya. “Nak, harta ini memang milik Bapak dan almarhum ibumu. Tapi yang paling berharga bagi Bapak hanyalah dirimu. Kalau suatu hari Bapak tidak ada lagi setidaknya kamu tidak akan kekurangan.”

Tangis Nisa pecah. Ia berjongkok di hadapan bapaknya, mencium tangannya penuh haru.

“Terima kasih, Bapak… Insya Allah aku akan menjaga amanah ini sebaik-baiknya.”

Belum sempat ia menyimpan map itu, suara Azhar terdengar dari pintu kamar.

“Nisa, cepat sayang. Kata Mama, Berliana rewel, menangis terus mencari Mas.” ujarnya Azhar yang baru saja muncul dari balik pintu kayu bercat cokelat.

Langkah Azhar terhenti ketika melihat Pak Daud di dalam kamar. Senyumnya kikuk, ia menunduk hormat. “Astaghfirullah, maaf Pak… saya kira Bapak tidak ada di sini.”

Pak Daud membalas dengan senyum hangat. “Nggak apa-apa, Nak. Santai saja, jangan sungkan.”

Nisa buru-buru membereskan barang-barangnya, namun hatinya terasa semakin berat. Ia memeluk bapaknya sekali lagi, lebih erat dari sebelumnya.

“Bapak maafkan aku harus pergi. Insya Allah, dua minggu lagi aku balik. Jaga kesehatan, jangan merokok sembunyi-sembunyi lagi. Aku sayang sekali sama Bapak.” imbuhnya Nisa yang tak sanggup menyembunyikan kesedihannya.

Pak Daud terkekeh kecil, mencoba menyembunyikan perih di hatinya. “Insya Allah, Bapak nggak akan merokok banyak-banyak. Paling cuma dua batang sehari…”

Azhar ikut tersenyum, lalu menghampiri mertuanya. Ia menyalami dan memeluknya.

“Kami pamit ya, Pak. Tolong dengarkan nasihat Nisa. Jangan terlalu banyak bekerja di sawah. Bapak harus banyak istirahat.” nasehatnya Azhar yang sudah menganggap bapak mertuanya adalah bapak kandungnya sendiri.

Sebelum melepas pelukan, Azhar diam-diam menyelipkan sebuah amplop putih ke saku baju koko Pak Daud.

“Jangan ditolak, Pak. Itu rezeki Bapak. Pakailah untuk kebutuhan sehari-hari. Jangan sungkan untuk telepon kami kapan saja.” ucapnya Azhar yang memaksa mertuanya untuk menerima pemberiannya.

Pak Daud hendak menolak, tapi Azhar menahan tangannya. Air matanya pun jatuh tak tertahankan.

“Makasih banyak, Nak Azhar. Kau sudah menjaga anakku. Semoga Allah selalu memberkahi rumah tanggamu.” ucap Pak Daud sambil tersenyum simpul.

“Syukurlah kalau Bapak ridho. Doakan kami bisa jadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah,” jawab Azhar tulus.

Mereka pun berpamitan. Nisa menoleh berkali-kali, menatap bapaknya yang berdiri di depan pagar bambu, melambaikan tangan dengan senyum getir.

“Selamat jalan, Nak. Semoga kamu hidup rukun dan damai bersama suamimu,” ucap Pak Daud, menahan isak.

Mobil perlahan melaju. Nisa menempelkan wajahnya ke kaca, air matanya mengalir deras. Ya Allah, jaga bapakku jangan biarkan dia sendirian. Aku akan kembali secepatnya.

Azhar yang duduk di sampingnya menggenggam erat tangannya. “Sabar ya, sayang. Insha Allah, kita akan balik lagi. Kalau rindu, kita bisa ajak Bapak ke kota.”

Ya Allah… berat sekali rasanya hati ini. Kaki ini memang mengizinkan Nisa melangkah pergi, tapi jiwa dan ragaku seolah enggan melepaskannya.

Sejak ibunya meninggal, hanya dia yang menemaniku. Dialah cahaya di rumah ini, penghibur di setiap malam sepi. Kini rumah ini akan kembali sunyi, hanya ada aku dan kesepian.

Tidak ada lagi suara tawanya, tidak ada lagi panggilannya di pagi hari. Tidak ada lagi yang menyiapkan segelas teh hangat untuk bapaknya.

Ya Allah, seandainya saja bisa, aku ingin menahan Nisa tetap di sisiku. Tapi aku juga tahu, dia sudah menjadi istri orang.

Kewajibannya kini ada pada suaminya. Aku tidak boleh egois. Aku harus ikhlas melepasnya, meski dada ini serasa ditusuk-tusuk pisau.

Anakku semoga suamimu bisa menjagamu dengan penuh cinta. Semoga rumah tanggamu bahagia. Bapak tidak punya apa-apa selain doa. Harta ini, tanah ini, semua bukan apa-apa dibanding dirimu, Nisa. Kau adalah harta paling berharga dalam hidup bapak.

Jika suatu hari kau kembali, bapak akan menunggumu di sini. Jika kau rindu, panggil saja nama bapak dalam doamu. Dan jika takdir berkata bapak lebih dulu pergi jangan menangis lama-lama, Nak. Cukup doakan bapakmu ini di setiap sujudmu.

Pak Daud mengusap wajahnya yang basah oleh air mata. Dari kejauhan, ia melihat mobil yang membawa putrinya semakin menjauh. Ia melambaikan tangan, meski hatinya berteriak.

“Nisa, anakku jangan lupakan bapakmu. Pulanglah sesekali, bawalah senyum yang selalu menghidupkan rumah ini. Bapak merelakanmu, tapi bapak tidak pernah berhenti mencintaimu.”

Nisa tersenyum tipis, meski hatinya perih. Ia tahu perpisahan ini bukan sekadar sementara. Ada firasat aneh yang tak bisa ia ungkapkan.

1
Yensi Juniarti
maaf kak bukan menghujat tapi alurnya muter2..🙏🙏🙏
aku agak binggung bacanya 🙏🙏🙏
Yensi Juniarti: Alhamdulillah kalau begitu 🙏🙏🙏
total 2 replies
Yuliana Tunru
kadang binging baca penulisan mu thorr saat alur cerita x dan diulang kyk pov gitu berulang2 dgn ulasan yg sama jd bertele2..padahal sdh bahus eh malah terusik dgn pov x pengulangan kisah deh
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya yah kakak akan diperbaiki kedepannya 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Yuliana Tunru
wow dian ternyata selinkuh..klo mmg gitu knp msh bertahan dgn azhar cerai gih agar kakian sama2 bahagia dgn pilihan hati
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sama² pemain yah 😂🤭
total 1 replies
Eva Karmita
ya Alloh Nisa Azhar kalian berdua sudah di buatkan cinta ...sadar ngk sih nis ada hati yang lain terluka bilang mengetahui hubungan kalian berdua 💔😩
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Eva Karmita
maju terus Faris jgn gentar rebut hati Nisa ...

Nisa lebih baik menikah dengan duda dari pada jadi plakor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: oh ho duda semakin di depan dong 🤭😂
total 1 replies
Eva Karmita
itu konsekuensi yang harus kamu tanggung Nisa ,, menjadi istri bayangan tak seindah yang dibayangkan akan ada hati yang selalu terluka melihat kemesraan suami dan istri sahnya 💔😭...,, Azhar jangan egois lepaskan Nisa biarkan Nisa mencari kebahagiaan yang lain ,, tidak ada keadilan bagi orang yang berpoligami yang ada hanya luka dan luka yg menggerogoti batin yg penuh luka dan tekanan 💔💔💔💔💔💔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah...
total 3 replies
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
ya Allah jgn sampai ini menjadi awal yang menyakitkan Nisa kamu sudah menyerahkan diri mu ...,, tidak ada rumah tangga yang baik" saja apalagi diawal dengan keterpaksaan ingat Azhar berstatus suami orang , semoga saja Nisa bisa menjalani hari-harinya dengan baik
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe
total 1 replies
Eva Karmita
😭 yg kuat Nisa.... Azhar plesss kalau kamu memang mencintai istri dan anak mu tolong jangan sampai kamu nyentuh Nisa kasihan Nisa anak yang baik kan kamu udah ngomong ngk bakalan jatuh cinta dengan Nisa
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pasti kuat lah KK
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!