Narendra cakrawala seorang pria badboy berusia 25 tahun, niat hati melarikan diri ke kampung halaman sang nenek untuk menghindari perjodohan, namun siapa sangka di sana justru Naren malah di paksa menikahi salah satu gadis di sana, akibat kecerobohan nya mengendarai motor...
Ayuna mandala seorang gadis yang selalu hidup mandiri sejak kecil karna keadaan ekonomi, kini dirinya baru berusia 19 tahun, niat hati ingin menghirup udara segar di sawah saat sore hari, namun dirinya malah di sangka mesum akibat kecerobohan dari si pengendara motor tersebut...
❤️❤️❤️❤️❤️
Bagaiman kisah mereka selanjutnya? penasaran, yuk baca 👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emak naufal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28 : lebih lembut
" menurut kamu Lebih enak di sini apa di kampung ?" Tanya Naren berusaha memecah keheningan yang terjadi di antara mereka.
" Buat suasana menurut una enakan di desa kang, lebih adem, tapi kalau buat kemana-mana kayanya enak di sini ya, serba Deket soalnya menurut Una ga kaya di desa yang serba jauh, rame juga jalanan ga kaya di kampung yang orang nya itu-itu aja setiap hari !" sahut Ayuna sambil memakan cimol yang tadi di belinya bersama Naren.
" kalo misal kita tinggal di sini selama nya kamu mau ga, sekalian kamu lanjut kuliah juga di sini ?" Tanya Naren lagi membuat Ayuna langsung menatap ke arah nya.
" Maksud akang kita ga balik lagi ke desa gitu, terus ibu sama bapak gimana, adik-adik Una juga gimana ?" Bukan nya menjawab Ayuna malah balik bertanya dengan raut wajah panik.
" ya balik lah masa ga balik, cuma ya gitu paling pas lagi liburan aja atau pas hari raya kita pulang kampung, jujur aja buat tinggal di sana aku ga bisa karna kerjaan semua nya di sini, walaupun bisa di handle dari mana aja, tapi tetep ga gampang kalau harus bolak-balik seminggu sekali, yang pasti bakalan capek juga sih !" Jelas Naren yang entah kenapa tiba-tiba pengen membicarakan semuanya dengan Ayuna, Naren sedang berusaha untuk membangun rumah tangga yang semestinya, walaupun ia harus menjalani nya dengan perlahan.
Ayuna nampak diam sejenak sebelum menjawab ucapan sang suami, sampai akhirnya Ayuna tersadar jika kini dirinya memang harus mengikuti kemana pun Narendra pergi, sebab sekarang Narendra adalah suaminya, namun Ayuna juga memikirkan nasib kedua orangtua dan juga adiknya.
" Una ikut apa kata akang aja, sekarang akang udah jadi suami Una jadi sudah kewajiban Una untuk selalu ikut kemana pun akang tinggal, cuma Una pengen ngomongin semuanya dulu sama ibu dan bapak !" Ucap Ayuna membuat Naren menganggukan kepalanya tanda mengerti.
" Iya, nanti kalo kerjaan aku di sini udah kelar kita balik dulu ke kampung buat obrolin semua nya sama ibu dan bapak, kalo misal mereka udah oke kita bisa langsung prepare apa aja yang harus di urus nanti !" Sahut Naren dan hanya di balas dengan anggukan kepala oleh Ayuna, setelah itu keheningan pun kembali menyelimuti mereka.
Tiba-tiba langit yang tadinya terang kini berubah menjadi gelap, perlahan rintikan air hujan pun turun membasahi sebagian bumi, Narendra dan juga Ayuna langsung terburu-buru mencari tempat untuk berteduh, beruntung ada sebuah warung yang tidak jauh dari tempat mereka duduk tadi, namun di sana sudah nampak ramai oleh orang yang juga ingin berteduh.
" Sini ay !" Tarik Naren pelan pada lengan Ayuna agar istrinya itu lebih mendekat pada dirinya, sebab suasana yang ramai membuat mereka harus berdesakan agar tidak terkena cipratan air hujan yang turun cukup deras.
Ayuna langsung berdiri di depan suaminya dan saat itu juga tubuhnya langsung menegang begitu Naren memegang pinggang nya dari belakang.
Ayuna nampak menoleh kan kepala ke kanan dan ke kiri untuk melihat reaksi orang-orang di sebelahnya atas kelakuan mereka, namun mereka nampak cuek saja dengan apa yang di lakukan oleh Narendra, padahal kalau di kampung mereka pasti akan menjadi bahan pembicaraan.
" mundur sini, air ujan nya nyiprat ke kamu itu !" Ujar Naren sambil menarik sedikit pinggang Ayuna agar lebih mundur, sehingga kini posisi tubuh Ayuna persis berada di depan Naren, bahkan Ayuna bisa merasakan punggung nya yang menabrak dada bidang sang suami, detak jantung Ayuna langsung bekerja keras hingga membuat denyutan lebih cepat.
" Dingin ga ?" Tanya Naren namun di balas dengan gelengan kepala oleh Ayuna, bagaimana mau merasa dingin jika posisi mereka seperti ini, yang ada Ayuna malah menjadi berkeringat lantaran merasa gugup dengan posisi mereka saat ini.
melihat air hujan yang terus mengenai sang istri Naren pun langsung mengganti posisi mereka, kini Naren berada tepat di depan Ayuna dengan posisi saling berhadapan sehingga wajah Ayuna kini tepat berada di depan dada bidang Naren, semakin gugup saja Ayuna di buat suami ya itu, aroma parfum khas seorang Naren kini tercium sangat jelas di indera penciuman nya.
Tangan Naren masih asik bertengger di pinggang Ayuna, sesekali Naren melongokan kepala ke belakang untuk memastikan bahwa air hujan nya tidak mengenai sang istri.
" Tau bakal ujan mending tadi pake mobil aja !" Gumam Naren namun masih bisa di dengar oleh Ayuna.
" Asik tau kang kaya gini !" Ujar ayuna tiba-tiba membuat Naren langsung menatap ke arah istrinya itu.
" Asik gimana maksud nya ?" Tanya Naren dengan dahi yang mengernyit bingung, aneh-aneh saja istrinya itu, orang kehujanan kok malah di bilang asik.
" Iya asik, soalnya Una jadi bisa deket-deket sama akang kaya gini, berasa lagi pacaran, tapi bedanya kita pacaran halal, pasti Una bakal inget terus kalo nanti lewat sini lagi !" Ujar ayuna dengan senyum malu-malu yang terbit di bibir nya, mendengar ucapan sang istri tanpa sadar membuat senyum Naren juga ikut terbit, dirinya tidak menyangka jika niatnya membuka hati untuk Ayuna akan terasa semembahagiakan ini.
" Jadi kita lagi pacaran nih ?" Tanya Naren dengan raut wajah yang nampak menggoda Ayuna, Naren sangat menyukai wajah Ayuna yang memerah ketika sedang malu-malu.
" Iya pacaran halal !" ucap Ayuna mengiyakan, dalam dirinya bertekad untuk mengikuti alur nya saja, dan ayuna berharap jika pernikahan mereka bisa sampai ke Jannah dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka nanti.
" kalo gitu mulai sekarang kamu harus panggil aku sayang !" Goda Naren dengan senyum yang tidak luntur, mereka juga berbicara dengan sangat pelan bahkan terkesan seperti sedang berbisik, namun itu justru yang membuat mereka terasa semakin intim...
" Ga mau ah, malu !" Tolak Ayuna membuat Naren mencebikan bibirnya.
" Malu kenapa, sama suami sendiri ini bukan suami orang ?" Ucap Naren.
" Una ga pernah manggil cowo kaya gitu kang, jadi Una malu !" jujur Ayuna namun mampu menerbitkan senyum sumringah di bibir Naren.
" Ya udah panggil apa aja, yang penting jangan akang, udah kaya kang batagor !" Ujar Naren dengan sedikit protes kepada Ayuna.
" Una bingung mau panggil apa kalo gitu !" Keluh Ayuna lagi membuat Naren menghela nafas nya mencoba untuk bersabar menghadapi istri nya itu.
" Kita bahas nanti di rumah !" Ujar Naren sebab kini hujan sudah nampak sedikit reda, walaupun masih menyisakan rintikan kecil yang sering kita sebut sebagai 'gerimis'....
" Balik sekarang aja gimana, mumpung udah reda hujan nya ?" Tanya Naren meminta persetujuan dari istrinya, dan ayuna pun langsung menganggukan kepala tanda setuju.
Akhirnya sore itu mereka pun memutuskan untuk balik ke rumah di iringi dengan rintik air hujan, senyum keduanya nampak cerah walaupun cuaca sedang mendung.
❤️❤️❤️❤️❤️
Terima kasih thor untuk cerita nya
tapi bener juga kata Naren udah niat berbagi jadi harus ikhlas...
Niatnya Naren dan Ayuna kan memang bersedekah