Rachel, mendapatkan kiriman undangan kekasihnya dengan wanita lain. Saat ingin meminta penjelasan, sang kekasih malah sedang berselingkuh. Patah hati, dia memilih pergi ke klub malam. Namun seorang pria yang dia kenal, adalah mantan kekasih wanita lain itu datang padanya. Memberinya tawaran yang mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 35
Sementara itu di tempat yang berbeda, namun masih di waktu yang sama. Mobil Ravi juga sudah sampai di depan rumah kedua orang tuanya.
Begitu mobil mereka berhenti di depan teras. Ravi segera turun dan membukakan pintu mobil untuk istrinya.
"Masuklah terlebih dahulu, aku akan mengeluarkan koper kita dari dalam mobil" ujar Ravi yang baru saja membukakan pintu mobil untuk Hani.
Ya, Hani memang tidak bisa menemukan alasan lagi untuk tidak mau tinggal bersamanya dengan ibu mertuanya. Besok, Ravi sudah harus masuk kerja. Dan karena beberapa hari belakangan ini, Hani sering mengeluh sakit perut. Maka Ravi minta Hani tinggal bersama ibunya supaya ada yang menjaga Hani saat dia pergi bekerja.
Hani sebenarnya menyesal kenapa dia malah menggunakan alasan sakit perut terus. Akhirnya hal itu malah menjadi penyebab dia harus tinggal dengan ibu mertuanya yang suka cari muka dan matre itu.
Hani melihat sekeliling rumah orang tua Ravi. Tidak ada yang istimewa di sana, rumahnya juga tidak besar. Dengan empat kamar di dalamnya, dan tidak ada asisten rumah tangga sama sekali.
Dari belakang rumah itu, bahkan terlihat kepulan asap dan bau terbakar. Sudah bisa di pastikan kalau itu adalah bakaran sampah dari segala macam pembuangan di rumah ini.
'Oh ya ampun!' keluh Hani dalam hati.
Padahal dulu Hani pernah mengalami hal yang lebih menyedihkan dan prihatin dari semua kehidupan di keluarga Ravi ini. Untuk bisa jajan saja, Hani kecil harus pintar-pintar memuji orang dan memijat rekan atau teman-teman ibunya di lokalisasi. Kadang kala saat ibunya mabukk, dia menjadi sasaran ibunya. Tidak bisa makan kalau ibunya belum sadar dari mabuknya.
Tapi semua itu seolah dia lupakan begitu saja, ketika dia bertemu dengan Sagara dan kalau mau ini dan itu tinggal bilang dan merengek saja pada Sagara.
Lalu, Hani punya sebuah butik. Dimana dia bisa hidup jauh lebih baik dan mapan.
"Kenapa masih di sini, masuklah" kata Ravi.
Ravi pikir saat dia mengatakan kepada istrinya untuk masuk dan dia akan mengambil barang-barang mereka. Hani sudah masuk ke dalam rumah orang tuanya. Tapi ternyata Hani masih diam mematung di tempatnya tadi.
Sebenarnya Hani sangat enggan untuk masuk, tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya dengan langkah malas dan setengah hati juga. Hani masuk mengikuti Ravi yang membawa dua koper di tangannya kanan dan kiri.
Di ambang pintu, Tikha yang sudah mendapatkan kabar anaknya akan datang dan setuju menginap di rumahnya untuk sementara langsung menyambut kedatangan Ravi dan Hani.
"Selamat datang, ibu sudah tunggu kalian sejak tadi, sini sini menantu kesayangan ibu. Ayo masuk" kata Tikha dengan begitu ramah pada Hani.
Dari dalam, Nadia dan Yanti tampak memandang dengan rasa iri pada Hani.
"Lihat tuh! sudah kayak lagi nyambut kedatangan tuan putri saja. Aku yakin, pekerja kita akan tambah banyak. Punya menantu hamil di luar nikah kok senang dan bangga sekali ya mertua kita itu?" tanya Nadia tak habis pikir bagaimana pemikiran ibu mertuanya.
Dan pastinya, Nadia tahu. Kalau pekerjaan mereka nanti akan semakin banyak. Ibu mertua mereka bahkan sudah memberi banyak sekali pekerja tambahan karena kedatangan Hani. Memastikan semua makanan harus yang di sukai Hani. Memastikan pakaian Hani tidak menumpuk lama di keranjang sebelum di setrika. Dan memastikan lantai bersih tidak licin sama sekali, hingga tidak sampai Hani itu nanti terpeleset saat berjalan di rumah.
Membersihkan kamar mandi Hani, dan kamarnya juga. Jangan membuat keributan kalau Hani sedang istirahat. Dan masih banyak lagi. Sampai Yanti dan Nadia lupa beberapa karena tidak sempat mencatatnya juga.
"Iya ya mbak, sudah kayak ratu gitu sambutannya. Padahal kan sebenarnya dia sudah bikin malu gak sih, hamil di luar nikah makanya harus cepat-cepat nikah sama Ravi. Kok aku lebih suka sih sama pacarnya Ravi, si Rachel. Orangnya sopan, terus kalau main kesini selalu bantuin kita. Gak sombong kayak si Hani" sambung Yanti.
Tapi baru mereka bicara sebentar seperti itu. Tiba-tiba saja suara teriakan ibu mertua mereka kembali mereka dengarkan.
"Heh, ngapain kalian berdua di situ? Sana buat jus buah. Ini menantu kesayangan ibu sudah datang, pasti haus dia, buruan!" kata Tikha yang memerintah para menantunya seenak jidatnya.
"Baik Bu" jawab Yanti yang langsung pergi ke dapur.
"Kamu Nadia, itu siapkan makanan kecil. Wanita hamil itu butuh banyak camilan. Supaya gak bosan" kata Tikha lagi.
"Baik Bu" kata Nadia cepat melakukan apa yang di perintahkan oleh ibu mertuanya.
Ravi membawa kopernya dan Hani ke kamarnya. Setelah itu dia menghampiri istri dan ibunya.
"Bu, aku sudah hampir terlambat. Aku berangkat ke kantor dulu ya Bu, Hani" kata Ravi menyalami ibunya dan mengusap kepala Hani dengan lembut.
"Gak sarapan dulu Ravi?" tanya Tikha.
"Nanti di kantor saja, Hani itu koper sudah aku masukkan kamar. Kamu bisa merapikan barang-barang kita ke lemari kan?" tanya Ravi yang merasa kalau pekerjaan merapikan pakaian dari koper ke dalam lemari bukan pekerjaan yang berat. Jadi istrinya yang sedang hamil itu mungkin saja masih bisa mengerjakannya.
Hani hanya mengangguk, padahal dia merasa sangat kesal. Setelah suaminya pergi, Hani pikir lebih baik dia ke kamarnya saja.
"Ya sudah Bu, aku ke kamar dulu ya. Merapikan pakaianku dan mas Ravi" kata Hani.
"Oh begitu ya, ya sudah. Kalau butuh apa-apa ibu ada di sini ya" kata Tikha.
Hani mengangguk, dia segera pergi karena malas bicara dengan ibu mertuanya yang paling senang membicarakan kedua menantunya yang lain yang hanya pengangguran dan tidak berpendidikan tinggi. Atau kalau tidak pasti yang di bicara oleh Tikha seputar harga beras yang tinggi, tagihan listrik dan air. Kemana lagi larinya kalau bukan masalah uang, supaya Hani membantunya.
Hani masuk ke kamarnya, dan ya... wajahnya langsung terlihat tidak senang. Kamar Ravi bahkan hanya seluas kamar mandi di apartemennya.
"Ini kamar mandinya dimana?" gumam Hani yang mencari tapi tidak menemukan pintu lain.
Dia yakin kamar mandinya pasti di luar kamar. Hani semakin terlihat kesal.
"Yang benar saja, kamar ini pengap, sempit, kamar mandinya di luar kamar. Huh... panas lagi, mana AC nya?" tanya Hani melihat ke arah dinding.
Tapi yang Hani temukan hanya kipas angin yang terpasang di dinding.
"Ya ampun, aku bisa kembung kalau seperti ini. Aku gak bisa kayak gini. Aku harus pasang AC" kata Hani hah yang sudah terbiasa hidup mewah dan menggunakan pendingin ruangan di kamarnya.
Hani keluar, dia minta ijin memasang pendingin ruangan pada ibu mertuanya. Dan mengejutkan, ibu mertuanya juga minta di kamarnya di pasang pendingin ruangan.
"Ibu juga mau dong Hani, pasang juga AC di kamar ibu ya" kata Tikha merayu Hani.
Dan pada akhirnya, Hani tidak bisa menolak permintaan ibu mertuanya itu. Dia harus tetap menjaga imagenya sebagai peri yang baik hati di mata ibu dan ayah mertuanya. Meski sebenarnya dia kesal sekali. Kenapa sekolah ibu mertuanya itu terus memanfaatkan dirinya. Dia benar-benar kesal.
***
Bersambung...