NovelToon NovelToon
Dari Dunia Lain Untuk Anda

Dari Dunia Lain Untuk Anda

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin
Popularitas:405
Nilai: 5
Nama Author: Eric Leonadus

Sepuluh mahasiswa mengalami kecelakaan dan terjebak di sebuah desa terpencil yang sangat menjunjung tinggi adat dan budaya. Dari sepuluh orang tersebut, empat diantaranya menghilang. Hanya satu orang saja yang ditemukan, namun, ia sudah lupa siapa dirinya. Ia berubah menjadi orang lain. Liar, gila dan aneh. Ternyata, dibalik keramah tambahan penduduk setempat, tersimpan sesuatu yang mengerikan dan tidak wajar.

Di tempat lain, Arimbi selalu mengenakan masker. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa masker selalu menutupi hidung dan mulutnya. Jika sampai masker itu dilepas maka, dunia akan mengalami perubahan besar, makhluk-makhluk atau sosok-sosok dari dunia lain akan menyeberang ke dunia manusia, untuk itulah Arimbi harus mencegah agar mereka tidak bisa menyeberang dan harus rela menerima apapun konsekuensinya.

Masker adalah salah satu dari sepuluh kisah mistis yang akan membawa Anda berpetualang melintasi lorong ruang dan waktu. Semoga para pembaca yang budiman terhibur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 - MASKER - Epilog

EPILOG

Wanita tua itu membuka kedua kelopak matanya. Ia berada di sebuah ruangan yang gelap gulita. Tangan dan kakinya masih terikat kuat oleh sebuah kain berwarna merah. Kain itu sepintas terlihat tipis dan mudah sekali robek, tapi, ternyata mampu membuatnya tak berkutik. “Dimana aku kini berada?” tanyanya dalam hati sambil berusaha melepas ikatannya, tapi, sia – sia semakin kuat ia berontak, kain itu seakan makin erat mengikatnya, “Kurang ajar si anak haram itu, aku diperlakukan seperti binatang. Aku tidak bisa menerimanya,”

“He... he... he... he...” suara tawa itu mendadak terdengar semakin lama semakin jelas, “Nini Bujana Andrawina,” wanita tua itu terkejut, “Siapa kau, tunjukan wujudmu ? Jangan bersembunyi, tidak tahukah, kau sekalipun dalam gelap aku bisa membunuhmu dalam sekejab mata,” katanya.

‘Dok ! Dok ! Dok !’ suara itu seakan menggetarkan seisi ruangan yang gelap gulita, gemanya seakan memenuhi udara sekitar, “Apa kau tak ingat dengan suaraku ?” suara parau mengerikan membuat jantung wanita tua itu seakan berhenti berdetak, sikapnya yang beringas mendadak saja berubah, “Gu ... Guru, Kanjeng Ratu Nimas Selo. Tolong lepaskan ikatan ini, aku ingin memberi pelajaran pada Rara Utari itu,”

“He... he... he... bagus, ternyata kau masih ingat denganku. Tenanglah, nak... aku tahu apa yang sudah terjadi padamu. Untuk saat ini, kau memang bukan tandingan Keturunan Djojo Diningrat itu. Tapi, jangan khawatir, istirahatlah terlebih dahulu disini, aku akan mengutus orang lain untuk membinasakan Keturunan Djojo Diningrat beserta anak cucunya. Kau bersabarlah... he... he... he... he... Apabila saatnya tiba, mereka bukanlah lawan yang patut kautakutkan,”

“Tapi, sebelum aku membunuh mereka dengan tanganku sendiri, aku takkan pernah puas,” ujar wanita tua itu.

“Sudahlah ! Turuti perintah gurumu ini jangan membantah atau kau lebih suka kalau aku membunuhmu dengan tanganku sendiri, hah ?!”

“Ti... tidak guru.... murid akan menurut,”

“He... he... he... he... bagus, itu yang kuharapkan. He... he... he...” suara tawa mengerikan itu perlahan – lahan lenyap dan entah mengapa pada saat suara tawa itu lenyap tangan dan kaki wanita tua itu sudah bisa digerakkan dan kain merah pengikatnya ikut hilang pula,” ia menarik nafas lega, “Baik, aku harus mengembalikan tenaga dalamku seperti sedia kala. Pertempuran beberapa hari yang lalu telah menguras hampir seluruh hawa murniku hingga membuat wujudku kembali seperti semula. Rara Utari, tunggulah pembalasanku. Guru benar, aku harus beristirahat cukup lama, jika tidak ingin mati sia – sia,”

***

Sementara itu, di tempat yang cukup jauh di seberang lautan, Negeri Matahari Terbit / Jepang. Tampak seorang wanita muda tengah berjalan tertatih – tatih, pakaiannya yang putih basah oleh darah, compang – camping dan rambutnya yang panjang tergerai menutupi sebagian wajahnya. Kepalanya sesekali menyentak ke kiri sementara kedua tangannya memeluk erat sebuah boneka wanita lucu berkepang dua.

Langkahnya yang terseok – seok terhenti saat beberapa pemuda menghadang sambil tertawa – tawa. Salah seorang pemuda maju dan berkata, “Hei penyihir, mau kemana kau, kami masih belum selesai denganmu ?”

Wanita itu tak menjawab, ia bagaikan sepotong arca batu, hanya sesekali kepalanya menyentak ke kiri dan tangan kanannya seperti bergetar hebat. Pemuda yang berada paling depan melangkah maju, “Apakah ayahmu Hiroshi tidak pernah mengajarkan ...” ucapan pemuda itu terputus, ia merasakan lehernya seperti dicekik. Matanya terbelalak, wajahnya membiru beberapa saat kemudian, ‘krek’ terdengar bunyi tulang patah dan tubuhnya dicampakkan ke tanah oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Beberapa pemuda lain membelalakkan matanya, mereka melihat temannya roboh dan tak bergerak – gerak lagi, “Kau ... kau telah membunuhnya, benar – benar penyihir yang kejam,” seru mereka. Seruan mereka seakan tak di dengar oleh wanita tersebut, dari sela – sela rambutnya yang hitam panjang tergerai menutupi wajah, tampak dua berkas cahaya kemerahan menyorot tajam ke arah pemuda – pemuda itu.

Para pemuda itu saling pandang dan salah seorang dari mereka berkata, “Kita tak perlu lagi menaruh belas kasihan pada penyihir ini, mari kita serang dia beramai – ramai,” sambil berkata demikian ia memungut sebuah batu untuk kemudian dilemparkan ke arah wanita itu. Batu itu meluncur deras ke arah kepala wanita tersebut, namun, saat jaraknya dengan kepala tinggal beberapa inci batu itu mengapung di udara dan mendadak hancur menjadi debu menyusul kemudian sebuah hembusan angin dingin dan tajam mengarah ke arah si pelempar batu. Dia tak bisa berkata apa – apa, perlahan – lahan sekujur tubuhnya berubah menjadi sekumpulan debu beterbangan ditiup angin yang berhembus kencang. Nasib yang sama dialami oleh pemuda – pemuda yang lain.

Wanita itu masih berdiri mematung, sesekali menyentakkan kepalanya ke kiri. Iapun melangkah meninggalkan tempat itu seiring dengan hembusan angin semakin lama semakin kencang.

***

Arimbi baru saja duduk di sofa mewahnya saat telinganya mendengar ketukan dari pintu depan. Ia menghela nafas kesal sambil melangkah menuju pintu depan. Saat pintu ruang tamu terbuka, seorang wanita cantik berkulit putih berdiri dalam keadaan tubuh basah kuyub karena hujan yang mengguyur Malang dan sekitarnya.

“Kaukah yang bernama Arimbi ?” tanya wanita itu dengan logat Bahasa Indonesia yang kaku.

“Benar. Kalau boleh tahu siapakah Anda mengapa datang saat tengah malam begini ?”

“Namaku Miwako. Sesuatu yang buruk sedang terjadi dan menuju kemari. Aku khawatir nyawamu dan orang – orang terdekatmu terancam. Aku tak mampu menghadapinya sendiri tanpa bantuanmu,”

“Tapi, mengapa harus aku ?”

“Sebab, ini ada hubungannya dengan ibu tirimu ....”

Ucapan itu membuat Arimbi tercengang. Ia tak mengerti mengapa harus mengalami kejadian – kejadian seperti yang disebabkan oleh Nini Bujana Andrawina beberapa tahun yang lalu. Seakan ini merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai keturunan Raden Mas Djojo Diningrat, untuk dunia bahkan bisa jadi alam semesta.

______ OO00OO _____

SELESAI

( Rabu, 16 – Okt -2019 )

Arimbi dan teman – teman akan kembali dalam cerita :

“ MICHIKKO ”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!