"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 Tawuran
"Masih mikirin Luna?" tanya Alex
yang berhasil membuat Alvin dan
Mingyu menoleh padanya.
"Siapa Luna?" sahut Mingyu
penasaran.
"Gebetannya Alvin" jawab Alex asal,
sengaja ia ingin membuat Mingyu semakin
penasaran.
"Yang bener kamu lex, vin?!" tanya
Mingyu penuh ke kepoan.
"Ngawur!" ucap Alvin.
"Udah jangan dipikirin, besok juga
ketemu. Mending kita kantin aja yuk" ajak
Alex kemudian.
aduh kepo siapa Luna itu" ucap Mingyu yang tak dihiraukan oleh Alex dan
Alvin, keduanya nmemilih berjalan
terlebih dahulu menuju ke kantin.
Di tengah perjalanan ke kantin,
Alvin melihat beberapa kakak kelasnya
sedang melihat gerbang belakang sekolah.
Gerbang yang hanya berukuran l meter
itu, kini sedang di pantau oleh beberapa
murid kelas 3.
Membuat Alex yang tak sengaja
melihatnya, memutuskan untuk
mendekat.
"Loh Lex, jare Kantin" protes Mingyu.
"Sek sek, aku penasaran ini loh" jawab
Alex yang masih melanjutkan jalannya,
membuat Alvin dan Mingyu pun mau
tak mau mengikutinya dari belakang.
Tak butuh waktu lama untuk mereka
sampai di gerbang belakang.
"Ada apa nih bos?!" tanya Alex pada
kakak kelasnya.
"Eh Anu Lex, gak ada apa-apa" jawab
salah satu dari mereka.
"Kalau gak ada apa-apa ngapain di
pantau" ucap Alex. Membuat para Kakak
kelasnya saling pandang.
Bukan mereka ingin merahasiakan
masalah yang akan dihadapi, tapi Alex ini
kan anakpemilik sekolah, apa tak jadi
masalah jika dia mengetahui masalah yang
akan datang ini.
"Sekolah kita mau di drop SMA 35 Lex"
ucap Kevin, salah seorang dari mereka.
Membuat yang lain sedikit heran, bisa
bisanya Kevin se-terbuka itu, pada anak
pemilik sekolah.
"Wah kok bisa?" sahut Mingyu penuh
ke kepoan.
"Jadi kemarin tuh ada anak cewek sini,
digodain sama anak SMA 35, kebetulan
salah satu dari angkatan kami ngebelain,
sampe bikin kepala yang godain itu bocor,
makanya mereka gak terima. Trus dari
tadi pada lalu lalang tuh, sambil ngancem
mau drop sini jam pulang sekolah nanti"
ujar Kevin memberi penjelasan.
"Walah, yawes aku gabung nanti.
Sekarang tak makan dulu lah" jawab Alex
justru membuat para Kakak kelasnya
merasa heran.
Tak menyangka dengan respon yang
diberikan oleh Alex, namun untuk Kevin
sendiri tak merasa heran, ia sudah tahu
bagaimana Alex dan Alvin yang pernah
berkelahi saat membantunya dulu.
"Pulang sekolah langsung kumpul sini
aja Lex" ucap Kevin sebelum Alex berlalu.
"Siap bos" jawab Alex sambil berjalan
ke kantin.
"Kamu beneran mau ikut tawuran
Lex" tegur Mingyu.
"Ya apa salahnya, lagian seru tau Ming,
jarang jarang kita dapet hiburan kayak
gini" jawaban Alex yang sungguh tak
terduga.
"Kamu ikut vin? Dari tadi diem aja"
tanya Alex pada Alvin.
"Ikutlah" jawab Alvin yakin.
"Kalau ketahuan bahaya loh vin,
pointmu bisa berkurang banyak, apalagi
bisa-bisa beasiswamu dicabut nanti"
protes Mingyu.
"Ya makanya jangan sampai ketahuan"
jawab Alvin enteng.
"Wah gila kalian berdua" ucap Mingyu geleng-geleng kepala.
"Kalau takut gak usah ikut Ming" ejek
Alex.
"Siapa yang takut" protes Mingyu.
"Lah kamu iku, sekolah di drop, ini
masalah harga diri sekolah Ming, lek wani
ojok Wedi Wedi, lek Wedigak usah sok
wani" sahut Alvin membuat Mingyu
terdiam.
Sejujurnya bukannya Mingyu takut,
hanya saja dirinya tak ingin terlibat
masalah, namun mendengar perkataan
Alvin barusan juga ada benarnya, SMA
SANG JUARA selalu dianggap sekolah
cupu, karena muridnya yang memang
terkenal pintar-pintar dan gila nilai.
Sehingga di luar sana, terkadang
selalu menjadi bahan ejekan sebagai
sekolah anak mama, karena muridnya yang sangat jarang terlibat masalah. Jika
terlibat masalah, biasanya akan
diselesaikan secara diam-diam, dengan
memberhentikan mereka.
Istirahat makan siang kali ini, kantin
sedikit lenggang, memang biasanya jam
segini para siswa hanya beli jajan lalu
dimakan di dekat kelas. Tidak seperti
Alvin dan kedua temannya yang selalu
makan saat istirahat kedua seperti ini.
*****
Di lain tempat, di sebuah rumah
berlantai 2 yang cukup mewah, tampak
seorang gadis berkerudung baru pulang
dari sekolahnya.
Usai membersihkan diri, gadis itu pun
berlalu ke dapur, ia mendengar suara
aktivitas di dapur, sepertinya sang mama
sedang membuat kue, tanpa bicara Gadis itu pun segera mengambil celemek dan
mendekat ke arah sang mama, bermaksud
membantunya.
"Udah pulang Lun?" sapa mama Arin,
seraya melihat jam yang tengah
menunjukkan angka l siang.
"Iya ma, baru aja" jawab gadis yang
bernama Luna itu.
"Tumben banget bantuin mama,
biasanya kalau disuruh gak pernah mau.
Lagi ada pikiran ya" tebak mama Arin,
beliau begitu mengenal sang anak.
Luna hanya akan membantunya
membuat kue, jika ada yang ingin
dibicarakan dengannya, atau jika ada yang
sedang mengganggu pikirannya.
"Hmmm Luna cuma mau bantu aja
jawab Luna datar, sejujurnya memang
ma"
ada sedang mengganggu pikirannya.
"Hmmm ya udah, kalau udah mau
yang diomongin, cerita aja" ujar mama
Arin seraya tersenyum manis.
Luna pun hanya mengangguk,
sembari terus mencetak kue nastar
berbentuk keranjang, dengan selai di
atasnya, resep dari nenek Luna yang kini
menjadi usaha Arin untuk mengisi waktu
luangnya.
Luna yang terus dalam kebimbangan,
akhirnya memberanikan diri untuk
membahas hal yang mengganggu
pikirannya.
"Ma, kalau saudara kembarku ketemu,
apa mama juga masih sayang sama Luna?"
tanya Luna berhati-hati.
Mama Arin pun menghentikan
aktivitasnya.
"Kamu ketemu sama saudara kamu?"
tanya mama Arin penuh rasa penasaran.
"Yah enggak ma, seperti apa mukanya
aja aku gak tahu, Luna cuma iseng aja
nanya, hehe" elak Luna.
"'Sepertinya wajahnya bakal mirip
sama kamu deh Lun, harusnya kalau
emang ketemu, gak sulit buat bedain
kalian berdua, waktu kecil dulu kalian tuh
persis banget, bedanya dulu kamu pakai
anting, dia enggak. Kalau sekarang kamu
berkerudung, dia pasti enggak hehe" ujar
mama Arin mencoba bercanda meski raut
wajahnya kini berubah sendu.
"Mamapingin ketemu banget ya?"
tanya Luna, sebenarnya sudah seringkali
Luna melihat sang mama larut dalam
kesedihan karena memikirkan salah satu
anaknya yang hilang.
Hanya saja, semakin kesini sepertinya mama Arin sudah tampak lebih baik,
makanya Luna berani membahasnya.
"Orang tua mana yang gak pingin
ketemu anaknya Lun, kalau Luna takut
mama gak sayang lagi sama Luna hanya
karena saudaramu ketemu, Kamnu salah
besar nak, mungkin nanti saat kami
bertemu, malah akan canggung, sudah
seperti apa anak laki-laki mama itu.
Bagaimana hidupnya ya?" tutur mama
Arin menerawang.
"Kita doakan semoga baik-baik saja ya
ma, semoga ada jalan buat kita ketemu
sama saudaraku" ujar Luna mencoba
mengalihkan pembahasan, setelah
melihat mama Arin yang mulai larut
dalam kesedihan.
Mama Arin pun hanya mengangguk,
mereka berdua pun melanjutkan
aktivitasnya membuat kue dalam diam.
Baik Luna maupun mama Arin tengah
larut dalam pikirannya masing-masing.
Terbiasa menjadi anak satu-satunya
membuat Luna sedikit egois, ia tak ingin
berbagi kasih sayang orang tuanya dengan
yang lain, tapi melihat kesedihan yang
ditahan oleh mama dan papanya, Luna
juga merasa kasihan.
Sejujurnya setelah bertemu Alvin
kemarin, ia berfikir jika Alvin lah
saudaranya yang hilang selama ini.
Melihat Alvin yang bisa sekolah di SMA
SANG JUARA, sudah pasti dia berasal dari
keluarga kaya, batin Luna.
*****
Bel pulang sekolah SMA SANG JUARA
pun berbunyi, jam 3 sore lebih 5 menit,
para siswa kelas 3 dan kelas 2 yang
memiliki nyali besar sudah berkumpul di gerbang belakang sekolah.
"Beneran ikut kalian" sapa Badak yang
melihat kedatangan Alex, Alvin dan
Mingyu.
"Yoi" jawab Alex, sementara Alvin
dan Mingyu hanya mengangguk.
Kini setidaknya ada 20an siswa yang
ikut tawuran, dan hanya 3 siswa yang
berasal dari kelas 1, siapa lagi kalau bukan
Alex, Alvin dan Mingyu.
Mereka pun mulai berembuk sebentar
mengenai strategi yang akan mereka
pakai, sembari menunggu kedatangan
SMA 35.
"Bos, mereka mulai datang, mari kita
sambut" ucap Kevin yang baru datang
dengan berlari menghampiri badak.
Kevin dan 3 siswa lainnya, memang bertugas memantau kondisi di luar
sekolah, sejak sejam sebelum bel pulang
berbunyi tadi.
"Oke, persiapkan diri kalian semua,
kalau ada polisi datang segera lari, cari
tempat teraman, kalau ada yang luka
bantu sembunyikan. Kita begini semata-
mata untuk harga diri, jangan jadi
pengecut!" ujar Badak memberikan
semangat solidaritas.
Semua pun mengangguk setuju.
Saat rauangan suara motor yang
terdengar sudah berhenti, saat itulah
tanda musuh mulai turun dan mendekat.
"Saatnya berpesta" ucap Alex riang. Ia
pun berjalan bersama Alvin di garis
depan bersama Badak dan Kevin.
Dengan membawa balok dan paving
yang mereka temukan di sekitar gerbang belakang sekolah, perkelahian pun tak
terelakkan.
BRAKK, BUMM. KRAKK
Suara adu senjata, maupun adu tubuh
tak bisa dihindari. Pertarungan sengit itu
sepertinya tak imbang, SMA 35 membawa
begitu banyak pasukan, namun tak
membuat SMA SANG JUARA gentar.
Mereka terus bertarung meski sudah
ada beberapa yang tumbang, tumbang
bukan meninggal ya, tumbang karena tak
kuat lagi jika harus melawan karena
kuwalahan.
Hingga 20 menit berlangsungnya
tawuran itu, suara sirine polisi datang
membuyarkan mereka. Beberapa siswa
SMA 35 yang terluka tentu saja tak sempat
kabur, sebab yang lain segera
menyelamatkan diri masing-masing.
Sedangkan SMA SANG JUARA
sendiri, segera berhamburan kabur
sendiri-sendiri. Beberapa memang ada
yang terluka bahkan berdarah, mereka
yang baik baik saja, memilih membawa
yang terluka kembali ke dalam sekolah.
Setelah dirasa tak ada lagi yang murid
SANG JUARA yang masih di luar, Badak
pun segera menutup pagar belakang
sekolah. Sehingga begitu polisi sampai
tepat dibelakang pagar, mereka hanya
menemukan gerbang yang telah
tergembok.
Padahal para siswa yang terluka
berada tepat di balik dinding, tempat
polisi menyusuri area tawuran.