NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 — Mall

Pertemuan dengan kolega akhirnya selesai menjelang sore. Restoran yang tadinya ramai kini mulai sepi, hanya menyisakan suara sendok dan garpu dari beberapa meja di sudut. Nerios berdiri dengan penuh wibawa, menyalami kolega satu per satu, Langkahnya tegap, namun matanya menyiratkan kepuasan—diskusi berjalan sesuai harapan.

Nerios membawa mobilnya sendiri, sebuah sedan hitam elegan yang terparkir di depan restoran. Tangannya sigap membuka pintu, meletakkan jas kerja di kursi belakang, lalu melajukan mobil menuju kantor.

Langit sudah mulai merona jingga ketika Nerios tiba di gedung perusahaannya. Ia turun dari mobil karena Camelia sudah menunggunya di depan lobby. Nerios sudah memberikan pesan singkat pada Camelia untuk menunggu dirinya beberapa menit setelah ia keluar dari restoran.

“Naiklah,” ucap Nerios singkat, suaranya tenang namun penuh kendali.

Camelia mengangguk pelan, lalu masuk. Begitu pintu tertutup, mobil melaju meninggalkan restoran. Dari kaca jendela, langit sore berwarna oranye keemasan, memberi suasana tenang setelah pertemuan yang cukup menegangkan tadi.

“Pertemuan berjalan lancar, kan?” tanya Camelia, mencoba mencairkan suasana.

Nerios menoleh sebentar, senyum tipis muncul di wajahnya. “Lancar. Restoran yang kau pilih ternyata sering di datangi oleh kolegaku, jadi kau berhasil."

Camelia hanya tersenyum senang, merasa lega dengan pujian itu. Ia melipat tangannya di pangkuan. "Akhirnya setelah bersusah payah memutuskan, ternyata pilihanku tidak salah!"

Nerios melirik sekilas Camelia dari balik kaca spion. "Karena kau berhasil, maka sekarang aku akan mengajakmu ke Mall."

Camelia menoleh, sedikit bingung. “Mall? Ada keperluan apa?”

“Aku butuh beberapa set pakaian kerja baru. Belakangan aku terlalu sering memakai setelan yang sama dan untuk memberikanmu hadiah,” jawabnya santai, meski tatapan matanya mengisyaratkan sesuatu yang lebih.

Wanita itu memiringkan duduknya ke arah Nerios, tubuhnya sedikit maju, matanya nampak berbinar. "Apakah aku boleh membeli beberapa barang yang aku inginkan?"

"Tentu saja boleh, kenapa tidak?" Nerios akan memberikan apapun untuk Camelia agar wanita itu semakin merasa nyaman padanya. Keberhasilan wanita itu dalam mencari tempat hanyalah alibi semata.

"Wah, senangnya! Ada beberapa barang yang emang aku inginkan!" ungkap Camelia dengan riang.

Camelia tiba-tiba terdiam, lalu menatap Nerios dengan penasaran. "Tapi apa kau tidak takut uangmu akan berkurang?"

Tawa ringan Nerios terdengar memenuhi mobil, ia menatap wajah gemas Camelia, menggigit bibir dalamnya, mencoba menahan diri untuk tidak mengecup seluruh wajah itu.

"Coba ulangi sekali lagi, Camelia?" pintanya dengan sedikit kekehan.

Camelia membenarkan posisi duduknya agar kembali lurus ke depan. "Kenapa kau tertawa, aku hanya bertanya, karena ada beberapa barang yang harganya cukup mahal."

"Berapa harganya?" tanya Nerios tanpa menoleh.

"Lima belas juta," cicit Camelia.

Camelia dulunya juga merupakan anak dari orang kaya, tapi dirinya jarang sekali meminta barang-barang yang harganya begitu mahal. Dengan dirinya sekolah di SMA yang paling bagus saja sudah merasa bersyukur saat itu. Apa lagi setelah keluarganya bangkrut saat dirinya kuliah. Camelia menjadi semakin jarang memiliki barang-barang yang mewah.

Nerios membelokkan stir mobilnya ke arah kiri, masuk ke area Mall. "Kau lupa siapa keluarga Miller?"

"Tidak," Camelia menggeleng kecil, wajahnya nampak cemberut. "Aku hanya takut kau keberatan dengan harga segitu."

Mobil pun akhirnya berhenti di depan Mall terbesar di kota itu. Sebelum Nerios membuka safety belt, ia menjawab ucapan Camelia. "Harga itu hanya lima persen dari harga jam yang aku gunakan saat ini, jadi tidak perlu sungkan!"

Kemudian Nerios turun dari mobil, ia melangkah ke arah Camelia yang juga sudah turun dengan wajah yang kembali bersemangat. Nerios mengulurkan tangannya, meminta wanita itu menggandengnya.

Camelia mengapit tangan kiri Nerios, barulah mereka mulai berjalan bersama. "Kurang nyaman sebenarnya pergi ke Mall dengan pakaian kerja seperti ini."

"Tidak nyaman kenapa?" Nerios terus berjalan, ia sempat melirik sekilas penampilan Camelia. "Kau masih sangat cantik biar pun sehabis pulang bekerja."

"Jangan memujiku begitu!" sentak Camelia sambil mendelik tajam pada Nerios.

"Memangnya kenapa? Jantungmu berdebar kencang, kah?" goda Nerios, ia menatap Camelia dengan tatapan jahil.

Camelia tidak begitu terbiasa dengan sikap Nerios yang senang menjahili dirinya dan begitu baik padanya. Sikapnya sekarang sangat bertolak belakang dengan sikapnya saat pertama kali Camelia ikut dengannya.

"Diamlah!" kesal Camelia.

Nerios menurut, mereka berdua terus berjalan berdampingan menuju butik pakaian yang ada di lantai 2 Mall tersebut. Tempat itu tidak terlalu ramai, tapi Camelia tau bahwa butik itu memiliki brand yang terkenal, jadi harganya pasti sangat mahal.

Pria itu menghentikan langkahnya, ia menatap Camelia dengan lembut. "Kau cari saja pakaian yang kau inginkan, aku akan mencari milikku sendiri."

"Tapi ingat ..." Nerios melepaskan tautan tangan mereka. "Jangan pernah kau berani melarikan diri, jika kau berani, maka salah satu keluargamu akan dalam bahaya."

Camelia tersentak mendengar itu, ternyata Nerios masih sama. Masih sangat takut jika dirinya kabur, bahkan ancamannya tetap terdengar kejam.

Tapi Camelia saat ini hanya bisa menurut, ia mengangguk kaku. "Y–ya, aku tidak akan kabur."

"Bagus!" Nerios mengusap kepala Camelia lembut sebelum berbalik arah mencari pakaian untuknya.

Camelia mulai melangkah, mencari pakaian yang bagus dan cantik jika digunakan olehnya. Dirinya melihat beberapa dress dari yang terbuka hingga tidak terlalu terbuka.

Ia menyentuh salah satu dress berwarna putih yang begitu cantik di matanya, kain halus itu jatuh anggun, akan menonjolkan lekuk tubuh tanpa terlihat berlebihan. Bahunya terbuka dengan potongan cold shoulder, memberi kesan feminin sekaligus sedikit menggoda. Di lehernya, kerah tinggi berhias manik-manik berkilau seperti deretan mutiara, cukup mencuri perhatian sehingga ia tak lagi membutuhkan kalung tambahan.

Lengan panjang berbahan chiffon transparan menjuntai ringan setiap kali ia bergerak, memberikan siluet lembut yang kontras dengan rok mini yang membalut rapat bagian bawah tubuhnya. Jika duduk, lipatan kain itu membentuk drapery sederhana namun elegan, membuatnya terlihat semakin anggun.

"Tujuh juta?" gumam Camelia saat melihat harga dress itu.

Camelia terus memandangi dress itu, ia sangat suka modelnya, ia ingin mencobanya terlebih dulu, tapi ia cukup ragu. "Coba apa tidak, ya?"

"Coba saja," seru Nerios yang tiba-tiba berada di belakang Camelia.

Wanita itu tersentak kaget, ia memutar tubuhnya, menatap Nerios yang memegang dua hanger baju. "Kau cepat sekali memilih bajunya!"

"Aku bukan wanita yang lama jika memilih sesuatu," balas Nerios dengan tenang.

"Kau coba saja baju itu, jika cocok, langsung beli," lanjutnya.

"Baiklah." Camelia mengambil baju itu, lalu berjalan menuju ruang ganti.

Sedangkan Nerios menunggu di dekat ruang ganti seraya menatap sekeliling. Banyak wanita yang mencuri pandang ke arahnya, tapi Nerios tidak peduli. Nerios hanya berharap tidak ada wanita nekat yang datang menghampirinya dan meminta nomor kontaknya, karena itu membuatnya sangat risih.

Tak lama Camelia keluar dari ruang ganti, tubuhnya begitu cantik memakai dress itu, beberapa bagian tubuhnya pun terekspos hingga membuat Nerios sangat menyesal menyuruh wanita itu mencobanya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Camelia saat dirinya sudah ada di depan Nerios.

Nerios terdiam sebentar, haruskah ia berbohong agar Camelia tidak jadi membeli baju itu. "Bagus. Baju itu membuatmu semakin cantik." Tapi Nerios akhirnya memilih jujur, ia suka senyum senang yang ditampilkan oleh Camelia.

"Sungguh?" Lihatlah, mata Camelia langsung berbinar.

Pria itu mengangguk. "Cepat kau ganti lagi, kita cari yang lain."

Camelia kemudian kembali masuk ke dalam ruang ganti, mengganti pakaiannya. Setelah itu mereka berdua berkeliling lagi untuk mencari barang yang diinginkan oleh Camelia.

Ternyata barang dengan harga 15 juta adalah sebuah heels dari brand cukup terkenal. Sepatu hak tinggi itu terlihat begitu cocok dengan dress yang pertama dipilih Camelia. Sepertinya wanita itu sudah mempertimbangkan semuanya agar nampak serasi.

Butuh waktu beberapa jam hingga akhirnya mereka sudah selesai berbelanja, di tangan kanan Nerios terdapat seluruh belanjaan Camelia dan miliknya hanya satu paperbag saja.

"Kau yakin tidak ada yang mau kau beli lagi?" tanya Nerios saat keluar dari toko yang menjual heels itu.

Camelia berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng kecil. "Sepertinya sudah cukup."

"Kau tidak mau membeli daleman?" Nerios bertanya dengan wajah datar, suaranya terdengar santai.

Tapi Camelia tidak. Wajah wanita itu memerah karena malu, matanya memicing. "Aku bisa membeli itu sendiri!" ketusnya sambil berjalan terlebih dahulu.

Nerios mengikuti langkah Camelia di belakang, ia tersenyum miring. "Kenapa? Kau takut aku mengetahui ukuranmu?"

"Yak!" pekik Camelia, matanya melotot tajam. Tubuhnya berbalik dengan cepat. "Lebih baik kau diam dari pada aku melempar kepalamu dengan heels-ku!"

Ancaman itu tidak membuat Nerios takut, tapi justru membuatnya terkekeh geli. Ia kemudian merangkul bahu Camelia dengan tangan kirinya, memaksa wanitanya kembali berjalan.

"Kau ini galak sekali sih!" ujar Nerios gemas.

Camelia mengalihkan pandangannya ke depan dengan tidak peduli. Ia hanya membiarkan Nerios terus merangkul bahunya hingga keluar dari dalam Mall.

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!