"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.
"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.
"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.
>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vanya Terjebak
Kael menatap Vanya dengan pandangan yang intens, matanya menyala penuh keinginan.
"Percayalah, aku belum punya anak atau istri," ujarnya dengan suara yang lembut, mencoba meredam kepanikan yang mulai terlihat di wajah Vanya.
Vanya menatapnya dengan tatapan yang bingung dan takut. "Lalu, kontrak yang kamu sebutkan itu apa? Siapa yang aku harus susui? Kamu?" tanyanya dengan suara gemetar, merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak dia mengerti sepenuhnya.
Kael hanya terkekeh pelan, seolah menikmati ketakutan yang mulai muncul dari dalam diri Vanya. "Yes," jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya, memberikan isyarat yang jelas tentang niatannya yang sebenarnya.
"HUA, GAK MAU! DASAR PEMBOHONG GILA....!" teriak Vanya, suaranya memecah keheningan yang mulai menyesakkan.
Dia merasa sudut-sudut ruangan itu mulai mengecil, menjepitnya bersama dengan pria berbahaya yang berdiri di depannya.
"Sudah tertulis di kontrak. Come here, aku mau nen sayang...," kata Kael dengan nada yang lebih mendesak, seolah tidak memperdulikan penolakan Vanya.
Vanya berteriak keras, tangisnya pecah menggema di ruangan itu. Dia merasa dirinya seperti terperangkap dalam jaring yang telah dipintal oleh Kael dengan licik.
Emang ya, cowok di depanku ini sangat berbahaya bagiku, pikirnya dalam hati, sambil merasakan desakan panik yang semakin intens.
"Sstt, diam. Jangan teriak-teriak, nanti tenggorokan kamu sakit, sayang," ujar Kael dengan suara yang lebih halus, mencoba menenangkan Vanya yang semakin terlihat ketakutan.
Namun, nada suaranya itu justru menambah rasa ngeri yang mendera hati Vanya, membuatnya semakin sadar bahwa dia tidak hanya berurusan dengan seorang pria yang misterius, tetapi juga sangat manipulatif dan berbahaya.
"Sayang kasih aku nen ya." ujar Kael dengan raut wajah memelasnya.
Vanya menggelengkan kepalanya dengan cepat, sungguh ia tak boleh bodoh kali ini.
Vanya langsung lari ke arah pintu kamar.
Suara kekehan Kael langsung terdengar, "Come here, gak bisa sayang kuncinya aku taruh di sini." ujar Kael sambil menunjuk saku depannya.
Tentu saja Vanya takut, ia tak mungkin mengambilnya, bisa gawat dia kalau sampai punya Kael bangun.
"Aku yang ke situ atau kamu yang ke sini?" tanya Kael dengan suara seraknya.
"Gak mau, huaaa buka pintunya. Gue mau pulang gak ada kontrak kerja pokoknya gue gak mau, ini namanya pemerasan!" tolak Vanya dengan suara kerasnya.
"Kasih nen atau lebih dari itu?!" ujar Kael sekali lagi yang membuat Vanya kalang kabut.
Sungguh ia sangat takut kali ini, lelaki di depannya ini memang tampan namun otaknya perlu dibersihkan.
Kael berjalan mendekat ke arah Vanya dan langsung menggendongnya seperti karung beras.
"Huaa turunin gue, gue mau muntah huwek...huwek...uhuk....uhukk....turunin gue Kael gila....!!" teriak Vanya dengan kerasnya.
Kael langsung menidurkan Vanya ke atas ranjang empuknya. Sungguh kali ini Vanya tak bisa berkutik.
"...." bisik Kael dengan suara seraknya.
"Gue bilang gak mau ya gak mau." ujar Vanya sambil menatap tajam Kael.
"Lo pembohong besar!" ujar Vanya, namun di dalam hatinya seakan lega karena lelaki di atasnya ini belum punya anak dari wanita lain.
"Sial, lo jangan kemakan rayuannya Vanya. Lo harus jadi cewek mahal yang gak gampang di sentuh laki laki." ujarnya dalam hati.
Vanya langsung manarik menjambak rambut Kael.
"AARGHH LEPAS SAKIT SAYANG!" teriak Kael dengan kerasnya.
"Janji dulu gak akan minta nen!" sahut Vanya dengan tegasnya.
"Gak bisa, Inikan udah perjanjian nya." jawab Bara tak mau kalah.
Dengan cepat Kael langsung melanjutkan aksinya, ia menemukan pucuk squisy milik Vanya dan langsung menggigitnya.
"AAARGHHH LO NGAPAIN SAKIT KAEL LEPAS HIKSS HIKSS SAKIT BODOH....!!" teriak Vanya sambil menangis keras.
Sungguh kali ini Vanya kalah telak, gimana enggak kalah Kael sudah menggigit asetnya yang mana ia tak bisa berkutik di bawah jepitan tubuh kekar itu.
"Makanya jangan nakal, aku kan udah bilang cuma nen aja enggak yang aneh-aneh. Sekarang diam, aku mau nen. Aku gak bisa hidup tanpa asi." ujar Kael panjang lebar setelah berhasil melepas jambakan dari tangan Vanya tadi.
"Hikss hikss ini namanya peleceha....."
"Ssttt diam, aku punya penyakit langka dan aku cuma bisa hidup dengan minum asi." ucap Kael tanpa berbohong.
"Manis aku suka asi kamu." bisik Kael dengan sambil terus mencari sumber kehidupannya itu.
Tentu saja Vanya menahan rasa malunya, "Tutup mata lo!" ujar Vanya sambil menutup kedua mata Kael dengan tangan kanannnya.
"Ishh lepas sayang. Gak bisa lihat akunya." ujar Kael dengan kesal.
"Di tutup atau gak usah nen biar mati sekalian lo!" ancam Vanya dengan raut wajah marahnya.
"Panggil aku kamu. Bilang Lo gue sekali lagi! Bakalan aku bikin hamil kamu sekarang juga." ancam Kael balik.
Sungguh Vanya sudah kalah telak semuanya, ia bahkan tak bisa melakukan apapun lagi selain pasrah.
"Gue janji setelah ini, bakalan cari cara buat kabur dari sini. Sialan jangan sampai gue hamil anak nih orang beneran. Gak bisa gue sama nih orang, dia terlalu bahaya buat hidup gue." ujar Vanya di dalam hatinya.
Sungguh dalam hati ia seakan menangis, asetnya sudah di lihat sama Kael tadi sekilas. Tapi gimanapun juga kalau ia tak nurut sekarang mungkin akan lebih bahaya kedepannya.
Bara memejamkan kedua matanya, sungguh asi milik Vanya ini beda dari yang Mama nya kasih dari rumah sakit, sungguh ini rasanya lebih manis dan segar.
Yang jelas sakarang ia sangat suka, hidupnya bisa lebih lama lagi dengan Vanya di hidupnya.
Malam itu terasa begitu panjang bagi Vanya. Matanya terus terbuka lebar meski Kael, yang terbaring di sampingnya, sudah terlelap dengan nyenyak.
Tubuh Vanya bergetar pelan, rasa perih yang tak tertahankan menggelayuti setiap serat ototnya karena beban Kael yang menindihnya.
"Ouh sial, perih banget," gumamnya pelan, takut membangunkan Kael yang sejak tadi asyik meminum squisy kembarnya begitu Vanya menyebutnya tanpa henti.
Lelaki itu, dengan nafas yang berat dan rata, tampak begitu tenang, seolah tidak ada kegelisahan yang menghantui malam Vanya.
Asinya yang biasanya deras kini telah kembali normal, namun rasa sakit yang ditimbulkan masih terasa. Vanya menatap Kael dengan tatapan yang kompleks. Di satu sisi, ia kesal bukan main.
"Sumpah, ya, nih orang kayak bayi dugong beneran." keluhnya dalam hati, mengomentari berat tubuh Kael yang kini menjadi sumber penderitaannya.
Namun, di sisi lain, ada rasa yang berbeda ketika ia memandang wajah lelaki itu. Kael, dengan bibirnya yang merah dan wajah tampan, mampu membuat hati Vanya berdesir.
"Huaa, jangan sampai gue cinta sama nih orang," bisik Vanya dengan suara lirih, penuh keraguan dan ketakutan.
Ketakutan itu bukan tanpa alasan. Vanya tahu, jika perasaannya itu terbaca oleh Kael, lelaki itu pasti akan semakin besar kepala.
Dia bisa membayangkan Kael dengan senyum lebarnya, seolah menang atas perasaan Vanya yang dia sendiri belum siap untuk mengakui.
Di tengah kebingungan emosionalnya, Vanya mencoba untuk mengalihkan perhatiannya. Ia mencoba memikirkan hal-hal lain, apa pun yang bisa membuatnya lepas dari kenyataan bahwa ia mungkin mulai memiliki perasaan lebih pada Kael.
Namun, usaha itu sia-sia. Setiap kali ia menutup matanya, wajah Kael yang tampan itu muncul kembali, menghantui setiap sudut pikirannya.
Vanya merasa terjebak dalam dilema yang tak kunjung usai, di mana rasa kesal dan kagum bercampur menjadi satu, membuatnya semakin tidak bisa tidur.
Seiring malam semakin larut, Vanya hanya bisa berharap bahwa pagi akan segera tiba. Mungkin, dengan cahaya baru, ia bisa menemukan jalan keluar dari labirin emosinya, atau setidaknya, berdamai dengan perasaan yang mulai tumbuh di dalam dirinya terhadap Kael.
Lelaki yang kini tidur nyenyak di sampingnya, tanpa sadar telah menimbulkan badai di dalam hati kecil Vanya.
"Aku dengar semua ucapan kamu sayang, aku memang tampan. Udah cinta belum sekarang, hmm?" celetuk Kael dengan suara seraknya sambil tersenyum miring.
DEG!
Tentu saja jantung Vanya berdetak dengan kerasnya.
"Hah...ap...apa enggak gue gak bilang apa apa." sahut Vanya dengan nada terbata-batanya.
Beda halnya dengan Kael, Kael malah terkekeh pelan kali ini.
"Aku dengar semuanya. Sekarang jawab pertanyaan aku, udah cinta belum sekarang, hmm?" tanya Kael sekali lagi.
"Enggak cinta dan sampai kapan pun gak akan pernah ada cinta di antara kita. Setelah sebulan aku akan keluar dari mansion ini dan kita gak akan saling kenal setelahnya." ujar Vanya dengan tegasnya.
Kael langsung tersenyum miring, "Jangan buat aku marah, satu hal yang perlu kamu tau sayang, kontrak yang udah kamu tanda tangani itu berlaku seumur hidup. Jadi selamanya kamu gak akan pernah bisa kabur atau bahkan meninggalkan aku."
"KAIEL LO GILA BANGET SIH, LO BOHONGIN GUE APA LAGI SETELAH INI HAH. SANA MINGGIR JANGAN DEKET DEKET GUE, DASAR COWOK SIALAN.....!!" teriak Vanya dengan kerasnya.
CUP!
"Diam, jangan suka teriak-teriak, nanti kalau sakit tenggorokannya gimana, hmm." sahut Kael sambil mengecup bibir Vanya.
Kedua mata Vanya langsung melotot tajam. Sungguh kali ini amarahnya tak bisa dibendung lagi, rasanya ia sangat rugi kerja sama dengan Kael.
Ia marah karena seolah Kael menipunya dengan halus, entah kehidupan macam apa yang akan ia jalani ke depannya nanti. Yang jelas kali ini hidupnya hancur di tangan Kael, lelaki gak ada otak yang menipunya dengan manipulasi kontrak.
Kael bangun dengan perlahan, membuka matanya yang masih setengah mengantuk. Di sampingnya, Vanya masih belum tidur dari tadi, rambut hitam panjangnya berantakan menutupi wajah cantiknya.
Kael menatapnya beberapa saat, mengagumi kelembutan garis wajahnya yang tertata rapi.
Lalu, dengan gerakan yang hampir tidak terdengar, dia bangkit dan bersandar pada kepala ranjang, memandangi Vanya dengan tatapan yang rumit.
"Sini deketan," ujar Kael dengan suara rendah namun memerintah. Vanya, yang masih terbungkus dalam selimut hangat, menggerakkan tubuhnya tanpa membuka mata, merespons panggilan itu secara naluris.
Tubuh mungilnya berpindah mendekat ke arah Kael, dan seketika itu pula, dia mendapati dirinya berada tepat di atas tubuh kekar Kael.
"Aku cinta sama kamu. Kamu milikku, jadi apapun penolakan kamu, kamu gak boleh keluar dari mansion ini," bisik Kael dengan nada yang lembut namun keras kepala.
Napasnya yang hangat menyentuh kulit Vanya, membuatnya terpaksa membuka mata.
Mendengar kata-kata Kael, Vanya langsung terjaga penuh, matanya membelalak karena terkejut sekaligus kesal.
"Gak mau lah, gak usah gila lo Kael. Lo udah bohongin gue berapa kali hah? setelah ini apa lagi?!" balasnya, suaranya meninggi karena emosi.
Dia mencoba mendorong dada Kael agar bisa lepas dari cengkeraman, tapi Kael hanya mengencangkan pelukannya.
Kael tidak bergeming, malah mendekatkan wajahnya, dan dengan tiba-tiba mengecup bibir Vanya. Ciuman itu singkat namun penuh arti, seolah Kael ingin mengukir keberadaannya dalam diri Vanya.
"Aku kamu. Jangan lo gue lagi!" tegas Kael setelah melepaskan ciuman. Penegasan itu terdengar seperti perintah, menunjukkan betapa seriusnya Kael dalam mengungkapkan kepemilikannya terhadap Vanya.
"Kamu gila!" Vanya memprotes dengan suara serak, mendorong Kael dengan lebih keras. Namun, dalam perlawanan dan rasa tidak percaya, ada sedikit rasa takut yang mulai mengendap di hatinya.
"Yes, it's me," jawab Kael dengan senyuman miring, mengakui kegilaannya tanpa rasa penyesalan.
Matanya yang tajam menatap dalam ke dalam mata Vanya, seakan mencari celah untuk meyakinkan dia tentang kebenaran kata-katanya.
Tawaran untuk menikah besok sore yang dilontarkan Kael bukan hanya sebuah kejutan, tapi juga ultimatum. Vanya, terjebak dalam dilema antara cinta, ketakutan, dan kebebasan, merasakan jantungnya berdebar kencang, berusaha mencari jawaban atas masa depan yang tiba-tiba menjadi sangat tidak pasti.
Beda halnya dengan Kaila, Salsa, dan Tata; mereka bertiga adalah musuh Vanya di sekolah.
Malam ini mereka bertiga di club malam, ya tentu saja walaupun mereka masih SMA mereka sudah kenal yang namanya dunia malam dan mabuk-mabukan.
"Hey Kaila, gimana lo masih bersaing sama Vanya?" tanya Salsa.
"Bersaing? hey, Vanya yang selalu ingin nyaingin gue tapi gak mampu, yang jelas kalau urusan Raka gue maju paling depan. Gue akan buat Raka benci sama Vanya." jawab Kaila panjang lebar.
"Lah bukannya selalu menang Vanya ya kalau pas kita labrak itu." ujar Tata yang agak lemot dikit itu.
"Lo itu sahabat gue atau sahabatnya si Vanya sih, bikin mood gue jelek aja, dasar tolol!" maki Kaila dengan raut wajah marahnya.
"E hehe ya maaf Kai, kan aku kadang lupa. Udah jam 22.00 ayo pulang Kaila, Salsa nanti aku di cariin Mama gimana? padahal aku bilangnya mau ngerjain tugas sama kalian." ujar Tata yang mulai panik.
"Lama-lama gue jual juga lo, kalau bukan temen ogah gue ngajak lo." sahut Salsa dengan kesalnya juga.
"Tata besok hari Senin, lo harus bisa jebak Vanya. Gue mau Vanya dipandang rendah sama anak-anak lainnya terutama sama Raka, Leo, dan Galih." ujar Kaila sambil tersenyum miring.
"Hah, aku harus ngapain?" tanya Tata.
"Lompat dari jembatan, dasar bodoh gak ada otak. Sebel gue lama-lama sama lo Ta." maki Kaila sekali lagi.
Kaila langsung menyiramkan wine itu ke arah wajah Tata.
"Ih jadi basah kan Kai, Huaa ini gimana nanti kalau Mama Dya lihat pasti marah huhu..." ujar Tata sambil menangis kencang.
"Dahlah ayo kita joget di atas aja Sal, biarin nih bocah tolol di sini. Biar digilir sama om-om bandot di sini." ujar Kaila sambil menarik lengan Salsa.
Tentu saja Tata yang tak mau ditinggal langsung lari juga mengikuti Kaila dan Salsa.
"Vanya, setelah ini hidup lo akan hancur sialan. Dan Raka akan jadi milik gue selamanya!" ujar Kaila sambil tersenyum licik.
KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥