Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Malam Bersama
"Ini," Aliza berdiri di hadapan Dhafian yang memberi lipatan pakaian tersebut.
"Apa ini?" tanya Dhafian.
"Pakaian untuk ganti," jawabnya.
"Tidak usah," ucap Dhafian yang menolak begitu saja.
"Kenapa? Kamu mau memakai pakaian bahasa terus, kamu juga tidak membawa pakaian ganti dan apa salahnya menerima pakaian ini. Bibi pasti sudah capek mencarikan yang cocok untuk kamu," ucap Aliza.
"Tetapi aku tidak butuh dan aku bisa menyuruh Arga mencari pakaian untukku," jawab Dhafian yang tetap saja keras kepala menolak pemberian dari istrinya.
"Pak Arga tidak ikut bersama kita dan bagaimana mungkin kamu menyuruhnya. Kamu akan menyuruhnya untuk mengirim pakaian dari Jakarta ke Solo. Astagfirullah itu hanya membuang waktu saja, daripada kamu melakukan sesuatu yang tidak berguna dan alangkah baiknya langsung saja mengganti pakaian kamu dengan pakaian ini, daripada kamu masuk angin dan kamu juga bisa sakit," ucap Aliza mengingatkan suaminya.
Tetapi Dhafian tidak merespon yang tiba-tiba saja tersenyum membuat Aliza bingung dengan dahi mengkerut.
"Ada apa? Apa ada yang lucu?" tanya Aliza.
"Kamu ternyata khawatir padaku?" tanya Dhafian yang pasti memiliki kepercayaan diri yang besar.
"Memang apa yang aku katakan tadi merupakan bentuk kekhawatiran?" Aliza kembali menimpali pertanyaan itu.
"Maka dari itu aku mempertanyakannya, jadi benar sekarang kamu khawatir padaku atau kamu sengaja memberi perhatian kepadaku tanya Dhafian lagi dengan mengerutkan dahi.
"Apa salah seorang istri memberi perhatian dan hanya mengingatkan suaminya saja, kalau suaminya juga sakit nanti istrinya yang susah," jawab Aliza dengan santai.
"Istri, ya ternyata istri," ucap Dhafian yang masih senyum-senyum sendiri membuat Aliza tidak memahami apa sebenarnya yang dimaksud oleh suaminya itu.
"Sudah jangan senyum-senyum seperti itu, pakailah!" Aliza memberikan kepada suaminya secara paksa dan mau tidak mau Dhafian akhirnya mengambilnya.
Kemudian Aliza berlalu dari hadapan Dhafian, tetapi Aliza berjalan terlalu buru-buru yang membuat Aliza kesandung dan hampir saja tersungkur ke lantai, untung ada sang suami yang menahan bahu Aliza menggunakan lengan kokohnya.
Jantung Aliza berdebar begitu kencang yang hampir saja terjatuh dan membuatnya menoleh ke sebelahnya.
"Jangan grogi seperti itu Aliza, sampai kamu hampir saja terjatuh," ucap Dhafian dengan tersenyum miring yang menggoda istrinya kembali.
"Siapa juga yang grogi," ucap Aliza yang menyingkirkan tangan itu dan kemudian berlalu dari hadapan Dhafian. Dhafian menyunggingkan senyumnya yang melihat istrinya buru-buru memasuki kamar mandi.
"Dasar," ucap Dhafian yang masih senyum-senyum sendiri yang gemas melihat sang istri.
Dhafian geleng-geleng kepala yang kemudian membuka pakaiannya, bagaimanapun ternyata dia harus mengganti pakaian itu dengan pakaian yang sudah disiapkan oleh Bibi istrinya.
Setelah Aliza dan Dhafian yang sudah sama-sama mengganti pakaian mereka dan ternyata pakaian yang Dhafian akan benar-benar pas untuknya.
Aliza dan Dhafian yang sama-sama berada di atas ranjang. Dhafian yang sibuk dengan ponselnya bersandar di kepala ranjang dan sementara Aliza yang yang terlihat membaca buku yang juga bersandar di kepala ranjang.
Di dalam kamar itu begitu sangat hening yang hanya terdengar suara hujan deras. Tidak ada pembicaraan di antara pasangan suami istri itu yang memiliki kesibukan masing-masing.
Dorrr
Suara petir yang terdengar begitu kuat secara tiba-tiba.
"Aaaaa!" Aliza yang tiba-tiba saja berteriak meminjamkan mata dengan menutup kedua telinganya.
Aliza memang spontan takut, saat Dhafian melihat kearah istrinya itu yang merasa rasa takut itu bukan kaget biasa, Aliza yang masih ketakutan yang tidak berani membuka mata dengan nafas naik turun.
"Aliza!"
"Kamu baik-baik saja?" tanya Dhafian.
"Aliza?" tegur Dhafian.
Saat tangannya memegang bahu Aliza yang merasa tubuh itu bergetar secara tiba-tiba.
"Hey ada apa?" tanya Dhafian.
Dorrr
Suara petir yang kembali terdengar semakin kuat dan refleks membuat Aliza memeluk Dhafian. Dhafian yang semakin merasakan tubuh sang istri bergetar begitu hebat.
Dhafian kembali memeluk dengan erat yang mencoba untuk menenangkan. Setelah beberapa berapa menit, Dhafian melonggarkan pelukan itu yang kemudian dan melihat wajah istrinya masih tanpa ketakutan yang membuat Dhafian mengusap wajah itu yang tertutup rambut Aliza, hingga wajah takut itu masih terlihat jelas.
"Sudah merasa jauh lebih enakan?" tanya Dhafian yang membuat Aliza menganggukan kepala.
Dhafian menggenggam tangan Aliza yang terasa begitu dingin dan masih saja bergetar. Mereka berdua saling melihat satu sama lain, Aliza yang begitu gugup dengan pipinya memerah seketika.
Dhafian juga tiba-tiba saja bersikap manis seperti itu yang biasanya hanya dia lakukan jika di depan keluarga Aliza ataupun di depan orang Ardito.
"Hanya suara petir, kamu tidak perlu takut seperti itu," ucap Dhafian.
Aliza mengangguk dan menarik pelan tangannya dari genggaman Dhafian mungkin merasa semakin deg-degan, tetapi Dhafian ternyata tidak melepaskan dan menggenggam semakin erat yang membuat Aliza melihat ke arah suaminya kembali.
Dhafian tiba-tiba memegang pipi Aliza dan mengusap lembut pipi itu, kepala Dhafian yang bahkan seketika menunduk.
Aliza memberanikan diri kembali menatap suaminya.
"Ya Allah, kenapa jantung hamba berdebar seperti ini, ini belum pernah hamba rasakan sebelumnya, ada apa ini ya Allah," batin Aliza yang begitu sangat gugup.
"Apakah mungkin memang ini waktunya?"
Aliza sebagai wanita yang tidak polos dan bahkan sudah dewasa dan juga sangat mengerti agama yang pasti sudah tahu gerak-gerik suaminya menginginkan apa darinya.
Tatapan mata Dhafian di antara saja memperhatikannya begitu dalam dan dalam lamunan Aliza yang tiba-tiba saja bibirnya sudah dikecup. Sungguh hal itu membuatnya kaget, sangat berdosa jika Aliza menolak.
Memang hanya sekedar kecupan saja yang kemudian dilepas Dhafian dengan mereka berdua kembali saling menatap, Aliza semakin gugup yang sejak tadi kesulitan menelan ludah dan tatapan mata Dhafian seolah meminta hal yang lebih dari istrinya itu.
Tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka berdua yang kemudian Dhafian kembali meraup bibir sang istri yang membuat Aliza memejamkan mata, dia tetap tidak menolak dengan kedua tangannya yang berada di atas pahanya saling menggenggam erat yang menerima ciuman dari suaminya itu.
Dhafian sudah sangat candu dengan bibir istrinya yang tidak bisa diabaikan begitu saja dan terus membuatnya teringat yang ingin memiliki seluruh tubuh Aliza.
Aliza akan pasrah dan bagaimanapun itu adalah suaminya yang sudah menjadi kewajibannya melayani suaminya jika memang hari itu harus terjadi. Aliza hanya merasa tubuhnya bergetar seperti tersengat listrik.
Kedua tangan Dhafian yang memegang kedua pipi Aliza yang memajukan wajah istrinya itu agar lebih mudah untuk menggapainya, Dhafian sudah sangat bergairah yang tidak mungkin menghentikan begitu saja.
Aliza hanya bisa menikmati dan patuh dengan semua sentuhan yang diberikan Dhafian. Dhafian kan sudah sempat berhenti berciuman, tetapi dia kembali melakukannya dan ciuman itu semakin panas.
Gairah di tubuh Dhafian yang sangat panas dikalahkan hujan yang deras dan cuaca begitu dingin, sang istri bahkan sudah direbahkan di atas ranjang yang sekarang tubuhnya berada di atas tubuh Aliza yang kembali menjemput istrinya itu dengan sentuhan yang lembut.
Ditengah gairah dan nafsu yang menggebu-gebu, Dhafian berusaha membuat Aliza senyaman mungkin yang pasti tidak ingin egois dalam hubungan suami istri yang pertama kali mereka lakukan.
Bersambung....