Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.
Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.
Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?
Update setiap hari,jangan lupa like dan komen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 16 PERSIDANGAN
"Jadi menurut lo anak kayak laksmi ada 2 gitu?"tanya Gavin penasaran.
"Mungkin"
"Apa jangan jangan laksmi itu punya kembaran?"Gavin melongo.
"Gatau gue soal itu,mungkin ada sebuah rahasia tentang Laksmi yang belum kita ketahui"
"Kita lihat besok apakah pemilik Li Meditech hadir atau tidak"Gavin lalu merebahkan dirinya dikarpet di sofa lalu terlelap.
Darren masi menatap ke arah sudut ruangan disana sudah ada anak kecil yang sedang berdiri menatapnya dengan datar sambil memeluk boneka beruang lusuhnya.
"Kenapa sih lo ngasi informasi setengah setengah ga langsung aja"batin Darren kesal.
Lalu ia ikut merebahkan dirinya dan terlelap.
Keesokan harinya Selina sudah memakai kemeja dan loose pants segera membangunkan Darren dan Gavin yang masi nyenyak.
"Woyy bangun keburu telat kepersidangan"Selina bangun sambil mengetuk ngetuk tutup panci.
Jena sudah cantik dengan seragam dokternya yang mau bersiap mengotopsi seorang mayat yang baru ditemukan di dalam panti itu.
"Oke guyss gue mau berangkat kerja dulu"kata Jena lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
Darren dan Gavin yang masi mengumpulkan nyawa hanya mengangguk angguk melihat Jena yang berjalan ke arah luar. Sedangkan Selina mulai mengetuk ngetuk tutup panci.
"Buruannn"teriak Selina.
"Ihh sabarr lah lin"kata Darren malas.
"satu...dua...ti—"
Darren dan Gavin segera berlari untuk bersiap. Setelah semua sudah siap,Gavin mengajak anak kecil itu masuk ke mobil,Darren dan Selina juga sudah masuk ke dalam mobil. Mobil itu melaju dengan kencang ke persidangan.
Mereka akhirnya tiba lalu melangkahkan kakinya masuk.Ruang sidang dipenuhi bisik-bisik ketika Darren, Gavin, Selina, dan anak kecil itu akhirnya masuk ke ruang persidangan. Mereka melangkah dengan langkah berat, menatap suasana serius yang menyelimuti ruangan. Di kursi terdakwa, Bu Lina duduk dengan wajah pucat, menunduk dalam-dalam seakan ingin menghindari tatapan semua orang.
Hakim sudah membuka berkas perkara tentang bisnis ilegal yang menyeret nama Bu Lina sebagai pengelola yayasan panti kasih. Wartawan dan pengunjung yang hadir tampak tak sabar menunggu jalannya persidangan.
Darren berbisik pelan kepada Gavin,
"Ini jauh lebih besar daripada yang kita kira"
Gavin mengangguk, matanya tajam meneliti sekeliling. Selina meraih tangan anak kecil itu, berusaha menenangkannya agar tidak takut melihat suasana tegang di ruang sidang.
Tiba-tiba....
Pintu ruang persidangan terbuka keras.
Semua kepala sontak menoleh.
Seorang wanita masuk dengan langkah goyah, wajahnya kusut, rambut sedikit berantakan, dan tangannya penuh memar. Itu adalah Liora, pemilik Li Meditech. Bisikan makin keras terdengar dari bangku pengunjung.
"Liora? Kenapa dia di sini?"
"Lihat tangannya dia dipukul?"
"Jangan-jangan dia dalang utamanya lihat baju warna oranye dipakai"
Liora tidak sendirian. Di sampingnya, seorang pengacara tampak mendampinginya, wajah serius, membawa map tebal penuh dokumen.
Hakim mengetuk palu.
"Tenang. Semua silahkan duduk"
Langkah Liora menggema di lantai marmer ruang sidang. Darren menatapnya lekat-lekat. Ada sesuatu di balik kehadiran Liora seolah ia membawa kunci penting untuk membuka kebusukan yang selama ini tersembunyi.
Selina tanpa sadar berbisik,
"Kenapa wajahnya begitu apa dia dipaksa bungkam sebelumnya?"
Gavin menyipitkan mata, tatapannya penuh curiga.
"Kalau Liora muncul di persidangan ini berarti ada hal besar yang akan terungkap"
"Tapi dia katanya diluar negeri,kok bisa datang dengan wajah kusut seperti itu"gumam Selina.
Anak kecil di samping Selina justru menatap Liora dengan mata lebar, seakan mengenali sesuatu yang orang dewasa belum sadari.
Hakim meminta Liora untuk duduk di kursi terdakwa bareng dengan bu Lina,persidangan pun dimulai. Hakim mengenakan jubah hitamnya duduk dikursi tinggi,dengan wajah dingin dan tegasnya. Jaksa penuntut umum menyiapkan berkas tebal, penuh bukti transaksi, foto, hingga laporan medis para korban. Di sisi lain, pengacara Liora terlihat gelisah, membolak-balikkan dokumen, seolah mencari celah untuk membela kliennya.
Liora, dengan seragam tahanan berwarna oranye, duduk di kursi terdakwa. Tangannya bergetar halus di atas meja, wajahnya pucat, tetapi matanya tetap berusaha terlihat tenang. Sedangkan Bu Lina sudah pasrah menghadapi hukuman yang akan ia terima. Ada bisikan-bisikan lirih dari bangku penonton nama Liora dan Bu Lina disebut sebut dengan nada kebencian sekaligus penasaran.
"Sidang perkara kasus penjualan anak di bawah umur dan perdagangan organ secara ilegal dengan terdakwa Liora sebagai otak pelaku dengan Lina sebagai orang yang membantu pelaku dinyatakan dibuka," suara hakim menggema keras,palu diketukkan.
Tokk tokkk
Jaksa penuntut maju memberikan penjelasan,suaranya tajam menusuk ruang sidang.
"Yang Mulia, terdakwa bukan hanya bagian kecil dari jaringan gelap ini. Ia adalah sosok yang mengatur, yang menerima keuntungan, bahkan menyembunyikan identitas pelaku lain. Bukti transfer uang, catatan nama anak-anak korban, serta laporan medis organ yang dijual ke luar negeri sudah kami lampirkan di berkas ini"
Para penonton terdiam, beberapa menutup mulut, tidak kuat membayangkan detail yang dijabarkan oleh jaksa penuntut.
Pengacara dari pihak tersangka berdiri, mencoba menahan gempuran tuduhan.
"Yang Mulia, klien saya memang terlibat, tapi tidak pada kapasitas sebagai otak utama. Ada pihak lain yang jauh lebih berkuasa. Klien saya hanya dijadikan kambing hitam"
"Baik apakah anda mau berkomentar pak jaksa penuntut"kata Hakim.
"Mana mungkin dia bukan sebagai otak utama semua bukti sudah termuat disana,kalau ada pihak lain siapa?"kata jaksa penuntut.
"Baik,kepada pengacara tersangka silahkan memberikan penjelasan"
"Disini ada daftar para donatur tetap,ada otak tersangka yang lebih kejam disini terutama nama donatur di urutan pertama" pengacara itu memberikan dokumen kepada hakim.
Hakim menerima dokumen itu, lalu menatapnya lama. Ruang sidang hening, hanya terdengar suara kertas yang dibalik perlahan. Beberapa orang dari media yang hadir langsung menajamkan pandangan, siap mengabadikan setiap reaksi.
"Nama ini?" Hakim mengangkat alis, menatap ke arah pengacara tersangka.
"Anda yakin dokumen ini valid?"
Pengacara mengangguk mantap.
"Benar, Yang Mulia. Dokumen ini kami dapatkan dari catatan keuangan asli dari yayasan Li meditech yang menjadi wadah pencucian dana. Nama yang tertulis di urutan pertama adalah penyandang dana terbesar sekaligus pengendali jaringan. Klien saya hanya dimanfaatkan sebagai perantara"
Jaksa penuntut berdiri cepat, wajahnya berubah serius.
"Yang Mulia, keberadaan dokumen itu harus diverifikasi terlebih dahulu. Jangan sampai kita terjebak manipulasi. Bisa saja ini hanya akal-akalan untuk mengalihkan tuduhan"
Hakim mengetukkan palunya sekali.
"Keberatan dicatat,pengadilan akan memberikan waktu untuk otoritas terkait memeriksa keaslian dokumen ini. Namun, fakta bahwa ada nama besar yang muncul tentu tidak bisa diabaikan"
Suasana sidang makin tegang. Liora yang sebelumnya hanya menunduk, kali ini mendongakkan kepala. Senyum samar muncul di wajahnya, seolah ingin berkata bahwa ia bukanlah satu-satunya pemain dalam permainan besar ini.
"Baik," ujar hakim,
"untuk sementara, sidang akan ditunda selama tiga puluh menit agar majelis hakim dapat memeriksa lebih lanjut isi dokumen ini"