Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tidak Menyalahkan Siapa-siapa
Mendengar kalau ada Jackson yang datang ke rumahnya, Keisya pun langsung merasa senang. Dia segera berganti pakaian yang bagus, setelahnya dia pun segera keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ke ruang tamu dengan sangat bersemangat.
"Jackson? Aku dengar kamu datang ke rumah!" seru Keisya dengan bersemangat.
"Nah biang keroknya sudah datang!" celetuk Evelin, dia langsung berjalan ke arahnya Keisya.
"Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Keisya yang terkejut melihat keberadaannya Evelin juga di rumahnya, seketika ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi datar.
Tidak merespon apa pun ucapannya Keisya, Evelin langsung menampar pipinya perempuan jahat itu.
PLAK...
Mendapat tamparan itu, jelas Keisya sangat terkejut. Ayahnya juga sangat terkejut, namun dia tidak berani bergerak sebab tengah ditatap dengan sangat dingin oleh Jackson dan Richardo.
Setelah menampar wajah perempuan itu, Evelin pun menjambak rambutnya Keisya dan menariknya ke belakang dengan sangat kuat hingga perempuan itu sangat kesakitan.
"Bagaimana? Sakit? Kenapa baru seperti ini sudah merasa kesakitan? Berani menyuruh orang lain untuk menyakiti Cassie, kau benar-benar manusia yang sangat jahat" ujar Evelin dengan emosi.
"Apa yang kau bicarakan?" seru Keisya.
"Heh, mau berdalih yah? Kami memiliki buktinya perempuan jahat, kenapa? Kau berpikir sudah menyingkirkan buktinya? Kau pikir kami sebodoh itu?" ujar Evelin, dia kembali menarik rambutnya Keisya dan kali ini lebih keras hingga perempuan itu semakin kesakitan.
"Perempuan itu memang layak mendapatkannya! Siapa suruh dia mendekati Jackson, dia pelacur! Perampas pria orang lain, perempuan licik sepertinya memang layak mendapatkannya. Dia pantas menderita, dia tidak pantas bahagia!" seru Keisya.
GRAB...
Jackson menarik Keisya dan mencengkeram lehernya dengan sangat keras, perempuan itu pun terlihat kesulitan bernapas.
Melihat hal itu ayahnya Keisya langsung mendekat dan bersujud ke hadapannya Jackson.
"Jackson tolong lepaskan dia, paman mohon. Lepaskan dia untuk mengingat hubungan pertemanan ku dengan ayah mu!" ucap ayahnya Keisya.
"Kalau tidak mengingat hubungan mu dengan ayah ku, begini aku sudah melenyapkan kalian dari dunia ini" ucap Jackson sembari mendorong Keisya dengan sangat keras.
Uhuk... Uhuk... Uhuk...
Keisya terbatuk karena cukup lama Jackson mencekik lehernya.
"Sebaiknya kau menjaga ucapan mu, jangan berbicara sembarangan tentang Cassie. Kau tidak berhak menilainya, dia jauh lebih baik berkali-kali lipat dari mu" ujar Jackson sembari mencengkeram wajahnya Keisya dengan sangat keras hingga rahangnya terasa sangat sakit.
"Sebaiknya kalian memilih, apa kalian akan menyerahkan diri kalian sendiri ke kantor polisi atau biarkan polisi yang meringkus kalian?" ucap Richardo.
"Apa? Aku tidak mau masuk penjara, pa?" seru Keisya.
"Jackson, tidak bisakah kau membiarkan kami kali ini? Demi hubungan kita yang terjalin baik selama ini, bisakah kamu tidak membawa hal ini ke jalur hukum?" ujar ayahnya Keisya yang kembali bersujud pada Jackson.
"Dengan aku tidak membunuh kalian saja sudah menunjukan bagaimana aku mengingat hubungan baik kita selama ini" ujar Jackson dengan dingin.
"Pergilah kalian ke penjara, sebaiknya kalian berdoa kalau Cassie akan baik-baik saja. Karena kalau tidak, kalian akan berada di sana dan membusuk di sana" ujar Evelin dengan dingin.
"Aku tunggu sampai besok, jika kalian tidak pergi maka akan ku biarkan polisi yang menjemput kalian. Namun jika kalian memilih untuk melarikan diri, saat itu juga aku akan menemui kalian dan membunuh kalian. Jangan berpikir bisa melarikan diri, dengan segala koneksi ku akan sangat mudah untuk menemukan kalian" ucap Jackson dengan dingin.
Setelahnya mereka segera pergi dari situ, Jackson pun melajukan mobilnya menuju ke kantor polisi dan membuat laporan sembari menyerahkan segala bukti kejahatan yang ada.
Lalu setelah menyelesaikan segala urusan itu pun mereka segala kembali ke rumah sakit.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setibanya di rumah sakit mereka segera pergi ke ruang rawatnya Cassie, begitu masuk mereka sangat berharap kalau ada kabar baik namun keadaannya masih sama saja sebab Cassie masih menutup matanya dengan sangat rapat.
"Bagaimana?" tanya Franky begitu melihat kedatangan mereka.
"Kami sudah membuat laporan ke kantor polisi paman, mereka akan dipenjara karena buktinya sangat kuat" ucap Jackson.
"Baiklah kalau begitu" ucap Franky.
Evelin mendekat pada ibunya yang sangat setia berjaga di samping Cassie.
"Ma, sebaiknya kamu pulang saja dulu dan beristirahat. Biarkan aku yang berjaga di sini, lagian besok aku tidak ada kelas" ucap Evelin.
"Baiklah kalau begitu" sahut Donita.
"Kau juga pulang saja, biarkan aku berjaga. Kalian sudah berapa hari ini tidak beristirahat dengan baik, jika ada apa-apa aku pasti akan segera memberi kabar" ucap Jackson.
"Hah, baiklah! Aku juga merasa sedikit sakit kepala, perempuan sialan itu benar-benar membuat ku sangat emosi" ucap Evelin.
Akhirnya Evelin bersama orang tuanya pun sudah pulang, Richardo juga sudah disuruh pulang. Hanya Jackson yang berjaga di situ, dia pun memegang tangannya Cassie dan menatap wajah perempuan yang dicintainya itu.
"Mau sampai kapan kamu akan menutup mata mu seperti ini? Sudah boleh bangun dari mimpi indah mu itu, kami di sini juga akan membahagiakan mu dan membuat mu terus senang. Jadi aku mohon bangunlah Sie, aku merindukan mu!" gumam Jackson dengan sendu.
Karena terlalu capek, tanpa sadar Jackson pun ketiduran hingga pagi hari.
...****************...
Kicauan suara burung yang bernyanyi dengan merdu terdengar sangat jelas karena posisi ruang rawatnya Cassie ada sebuah pohon di luarnya.
Secara perlahan Cassie mulai membuka matanya, dia melihat ke sekelilingnya yang bernuansa serba putih. Dia pun menyadari kalau saat ini dia sedang berada di rumah sakit, menyadari tangan sebelah kanannya terasa sedikit berat pun membuatnya menoleh dan mendapati keberadaannya.
"Jackson?" gumam Cassie.
Merasakan ada pergerakan, Jackson pun langsung terbangun dan melihat Cassie yang sudah sadar.
Melihat hal itu pun membuat Jackson sangat terkejut sekaligus merasa sangat bahagia, dengan refleks pun dia langsung memeluk Cassie.
"Kamu sudah sadar?" ucap Jackson, dia merasa sangat senang.
"Kamu memeluk ku terlalu erat" ucap Cassie.
"Ah benar juga, aku harus memanggil dokter" ucap Jackson yang langsung melepaskan pelukannya.
Jackson segera memencet tombol merah yang ada di samping ranjangnya Cassie, beberapa saat kemudian dokter pun segera datang dan memeriksa keadaannya Cassie.
"Dia sudah baik-baik saja, jahitan luka operasinya belum kering jadi jangan melakukan banyak gerakan yah" ucap dokter itu.
"Iya" sahut Cassie.
Dokter itu pun segera keluar, Jackson segera mengirim kabar gembira itu pada keluarganya Cassie dan juga pada keluarganya.
......~ ~ ~......
Cassie pun memberi tahu apa yang terjadi padanya di hari itu pada Jackson, lalu dia juga sudah diberitahu soal apa yang sebenarnya terjadi.
"Maafkan aku Sie, kamu jadi seperti ini karena aku" ucap Jackson.
"Jangan seperti itu, memangnya kamu yang menginginkan hal ini terjadi?" ujar Cassie.
"Hanya saja, dia bertindak begitu karena aku" ucap Jackson.
"Sudah lah, aku juga tidak menyalahkan siapa-siapa" ucap Cassie.