Menjadi Ibu Susu Bayi Bayi Gaib

“Iya Tan, maksud saya juga mau terus belok kanan. Tapi kok tiba tiba mobil terasa berat.” Ucap Rizki malah membuka pintu mobilnya.

“Mas Liski tidak apa apa loh.. ayo macuk lagi aja cepat jalan.. Aku cudah tidak cabal.” Suara imut Lintang nan nyaring sambil menoleh ke arah Rizki yang keluar dari mobil.

Rizki melihat lihat mobil nya. Melihat di atas mobil, menunduk mengecek semua ban. Bahkan dia melangkah ke belakang melihat kondisi belakang mobil dan membuka bagasi mobil segala.

“Semua okey, tapi kok tadi macam ketambahan beban berat saja.” Gumam Rizki di dalam hati sambil geleng geleng kepala.

Dua bocil dan Widowati terus menoleh, pandangan mata mereka mengikuti sosok Rizki.

“Kenapa Riz?” tanya Widowati saat Rizki sudah kembali lagi masuk ke dalam mobil.

“Tidak ada apa apa tuh Tan, tapi tadi kok tiba tiba berat banget. Apa mesin nya ya.” Ucap Rizki sambil mencoba menjalankan mobil pelan pelan.

“Tapi ini kok sudah normal lagi.” Ucap Rizki selanjutnya dan menambah kecepatan mobilnya.

“Tidak apa apa Mas Liski.. Papa hanya ikut saja di beyakang..” ucap Langit selanjutnya sambil menoleh ke arah jok paling belakang.

Rizki yang mendengar kembali kaget, dan langsung mengerem mobilnya. Karena tiba tiba bulu kuduknya begidik ngeri dan tidak berani menatap ke belakang atau pun melihat kaca spion.

Widowati yang selama ini tidak pernah melihat sosok Papanya dua bocil pun juga tampak kaget dan panik.

“Kenapa dia ikut nanti menakut nakuti orang. Mas Rizki saja sampai kaget tidak bisa menjalankan mobil.” Ucap Widowati sambil menatap dua bocil yang duduk dan masih menoleh ke arah belakang.

“Papa tidak menakutkan kok Ma, Mas Liski.. dia diam caja kok, Mama dan Mas Liski tidak meliyat na kok.. “ suara imut Langit dengan nada serius sambil menatap Sang Mama dan Rizki yang masih diam.

“Iya ayo jalan lagi Mas Liski... tenang aja.. “ suara imut Lintang sambil mendongak menatap Rizki..

Rizki kembali menjalankan mobil nya dengan pelan pelan. Menyusuri jalan kon blok di pinggir sungai. Meskipun Rizki dan Widowati tidak takut pada Papanya Langit dan Lintang, namun mereka belum siap jika harus melihat sosoknya yang menurut cerita warga dusun Argo Pura, sangat menakutkan.

Setelah mobil menyusuri jalan kon blok di pinggir sungai kira kira seratus meter, mobil belok kanan dan jalan mulai menanjak..

“Medan di sini benar benar medan uji nyali...selain topografi yang naik turun, ditambah banyak bocil yang kadang bermain main di jalan. Masih ditambah lagi yang horor horor..” gumam Rizki di dalam hati sambil terus melajukan mobil dengan sangat hati hati.

Widowati yang duduk di belakang ikut menahan nafas. Karena jalan terus menanjak apalagi kadang ada bocil bocil juga kucing kucing yang lewat dan berlarian di jalan itu. Belum lagi jika bersimpangan dengan kendaraan lainnya.

Sedangkan Langit dan Lintang malah terus melambai lambaikan tangan tangan mungil mereka, da dah da dah pada orang orang yang dia lihat di luar mobil.

“Da dah... da dah... da dah Pak el te...” teriak Langit dengan sangat kencang saat dia melihat sosok Pak Er Te sedang di teras rumahnya.

“Da dah da dah...da dah Mas cayul..” teriak Lintang dengan ceria, saat mobil berpapasan dengan Mas Sayur. Padahal Rizki sangat ketar ketir. Karena jalan masih menanjak dan motor Mas Sayur membawa kotak tempat dagangan yang lumayan besar dan lebar.

Akhirnya mobil pun sudah melaju di jalan yang rata.. Dan sudah mendekati pintu gerbang komplek perumahan.

Tangan kiri Rizki lepas pegangan setir dan menghapus keringat yang muncul di keningnya..

“Sudah lega ya Riz.” Ucap Widowati yang kini juga sudah bisa bernafas dengan lega.

“Beyum Ma, kan beyum campai.” Saut Lintang sambil menoleh ke arah Mamanya.

Rizki dan Widowati hanya tersenyum, dan mobil terus melaju ke luar dari komplek perumahan masuk ke jalan aspal yang membelah lokasi dusun Argo Pura.

Tidak lama kemudian tampak sosok Pak Sigit dan Retno berdiri di depan pintu gerbang mereka. Kedua nya menatap mobil yang dikemudikan oleh Rizki.

Dan akhirnya mobil pun berhenti di kiri jalan. Rizki turun dari mobil dan diganti Pak Sigit yang duduk di jok kemudi.

“Hah deg deg an aku menunggu. Tadi Pak De Sigit yang aku suruh menjemput kalian. Eee Rizki katanya mau belajar masuk ke komplek kamu itu.” Ucap Retno sambil masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Widowati.

Mobil pun terus melaju meninggalkan lokasi rumah Pak Sigit.

“Pak De Cigit kalau nyetil mobil cepat wes.. wes...” suara imut Lintang memuji Pak De Sigit yang sudah melajukan mobilnya dengan cepat.

Pak Sigit tidak merasakan mobil lebih berat. Seperti saat Rizki akan mulai menjalankan mobil di depan rumah Widowati. Mungkin Om Wowo sudah dalam mode ringan serIngan kapas satu gram.

“Mas Liski kan balu belajal nyetil Lin.. “ ucap Langit tanpa menoleh ke arah saudara perempuan nya. Dia terus melihat ke arah luar mobil.

“Ha... ha... ha... iya iya.. kalian itu juga nyetil, keren.. ha... ha...ha...” ucap Pak De Sigit sambil tertawa dan sekilas menoleh ke arah dua bocil yang menggemaskan. Dia sungguh tidak menyangka anak Om Wowo bisa sekeren itu. Nyetil , setil adalah istilah orang orang jaman dulu, yang artinya keren atau bergaya. Diambil dari kata style bahasa inggris.

🌸🌸🌸

Sementara itu di sebuah ball room, hotel bintang lima. Di panggung pelaminan telah berdiri mempelai pria dan wanita di apit oleh orang tua mereka.

Ibu Mintarsih yang seorang janda didampingi oleh saudara laki laki nya.

“Ayo duduk dulu Er, mumpung tamu belum datang lagi.” Ucap Mintarsih saat sudah tidak ada tamu yang melangkah ke arah panggung untuk memberi ucapan selamat.

Para tamu yang sudah memberi selamat sedang menuju ke tempat hidangan makanan.

“Iya Ma, Nyi Ratu bisa datang tidak ya Ma, aku juga mau minta restu agar pernikahanku langgeng dan cepat dapat momongan.” Ucap lirih Erina sambil pelan pelan melangkah ke kursi pelaminan sambil menggandeng tangan Aditya.

“Pasti datang, aku sudah menyiapkan jamuan buat dia.” Ucap Mintarsih sambil tersenyum.

Aditya tidak paham dengan Nyi Ratu. Yang dia tahu Nyi Ratu guru spiritual Mintarsih dan Erina.

“Yang sudah pasti tidak datang adalah Kakak perempuan kamu itu. Mana berani dia datang ke sini. Masuk ke pintu gerbang hotel ini saja pasti sudah gemetaran.” Ucap Mintarsih sambil tersenyum miring mengejek Widowati.

Akan tetapi tiba tiba, pundak Mintarsih ditepuk tepuk oleh saudara laki lakinya yang mendampingi..

“Min, lihat itu!” ucap saudara laki laki Mintarsih sambil menoleh ke arah pintu ball room.

Mintarsih pun langsung menoleh ke arah pintu ball room. Kedua matanya melotot, karena sangat kaget. Dia yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sampai mengucek ucek kedua matanya.

Mintarsih lebih kaget lagi karena dia mendapatkan peringatan dari MUA yang terus berada di dekat mempelai...