NovelToon NovelToon
Obsesi Om Duda

Obsesi Om Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Ihsan Ghazi Rasyid, 40 tahun seorang duda beranak dua sekaligus pengusaha furnitur sukses yang dikenal karismatik, dingin dan tegas.

Kehidupannya terlihat sempurna harta berlimpah, jaringan luas, dan citra pria idaman. Namun di balik semua itu, ada kehampaan yang tak pernah ia akui pada siapa pun.

Kehampaan itu mulai berubah ketika ia bertemu Naina, gadis SMA kelas 12 berusia 18 tahun. Lugu, polos, dan penuh semangat hidup sosok yang tak pernah Ihsan temui di lingkaran sosialnya.

Naina yang sederhana tapi tangguh justru menjeratnya, membuatnya terobsesi hingga rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya.

Perbedaan usia yang jauh, pandangan sinis dari orang sekitar, dan benturan prinsip membuat perjalanan Ihsan mendekati Naina bukan sekadar romansa biasa. Di mata dunia, ia pria matang yang “memikat anak sekolah”, tapi di hatinya, ia merasa menemukan alasan baru untuk hidup.

Satu fakta mengejutkan kalau Naina adalah teman satu kelas putri kesayangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 21

Naina menunduk, dadanya terasa sesak. Suara benturan pintu masih bergema di telinganya. Jemarinya bergetar saat mengusap air mata yang sudah terlanjur jatuh.

“Om…” ucapnya pelan, suara bergetar.

“Aku takut… Rubi beneran bakal bikin aku susah di sekolah.”

Ihsan menoleh, wajahnya tetap tegas. Ia menarik napas panjang, lalu duduk di tepi ranjang. Tangannya menepuk sisi ranjang sambil menatap tajam ke arah istrinya.

“Sini, duduk deket Om,” ujarnya mantap.

Naina ragu, tapi akhirnya melangkah pelan lalu duduk di sampingnya. Ia masih menunduk, bahunya naik turun menahan isak.

“Kamu jangan kebanyakan mikir yang aneh-aneh,” katanya dingin. “Om yang urus Rubi. Kamu cukup fokus sama sekolah dan jadi istri yang baik.”

“Tapi… Rubi itu kan anak Om sendiri. Gimana kalau dia makin benci aku?” lirihnya, matanya berkaca-kaca.

Ihsan menoleh cepat, sorot matanya tajam. “Na, dengar baik-baik,” imbuhnya tegas. “Cinta itu nggak bisa dipaksa. Sama kayak restu Rubi. Kalau dia belum bisa terima, biarin waktu yang jawab. Tapi satu hal yang harus kamu ingat kamu sah jadi istri Om. Jadi nggak ada alasan buat kamu merasa rendah.”

Naina menatapnya sebentar, lalu buru-buru mengalihkan pandangan. Hatinya masih kacau.

“Om kelihatan tenang banget,” ucapnya dengan suara kecil. “Padahal aku udah gemetaran mikirin omongan Rubi tadi.”

Ihsan tersenyum tipis, lalu meraih dagu kecil itu. “Karena Om udah terbiasa menghadapi masalah lebih besar dari ini. Dunia bisnis jauh lebih kejam, Na. Jadi buat Om, satu anak perempuan ngambek itu bukan halangan.”

Naina terdiam, bibirnya gemetar. “Tapi… itu anak Om sendiri, Om.”

“Apa salahnya kalau Papa punya keputusan?” bentaknya tiba-tiba, nada suaranya naik. “Kamu pikir gampang jadi Ihsan Ghazi? Semua orang berebut ngerusak hidup Om. Sekarang kamu malah ragu sama Om sendiri?”

Naina terperanjat, matanya membesar. Ia buru-buru menggeleng. “Bukan gitu maksudku aku cuma takut, Om. Aku nggak mau jadi alasan hubungan Om sama Rubi rusak.”

Ihsan menarik napas keras, lalu mengusap wajahnya. Nada bicaranya melembut. “Na, kalau Om pilih kamu, berarti Om siap tanggung semua risikonya. Kamu jangan kebanyakan nyalahin diri sendiri.”

Air mata Naina jatuh lagi. Ia menunduk sambil berbisik lirih, “Aku pengen kuat, Om… tapi hati aku rapuh kalau harus dimusuhi Rubi terus.”

Ihsan meraih bahunya, lalu menepuk pelan. “Kalau kamu lemah, siapa yang jagain hati Om?” ujarnya lembut.

Naina tersentak, menoleh ke arahnya. Hatinya bergetar mendengar ucapan itu.

“Om…” suaranya bergetar. “Aku bakal coba kuat. Asal Om jangan pernah ninggalin aku sendirian.”

Ihsan tersenyum samar, sorot matanya dingin tapi dalam. “Tenang, Na. Kamu bukan cuma istri. Kamu juga bagian dari hidup Om sekarang. Jadi jangan pernah takut, biar dunia sekalipun melawan kita.”

Naina menelan ludah, matanya berkaca-kaca lagi. Dalam hati ia hanya bisa berdoa agar kata-kata itu bukan sekadar janji manis.

Naina menatap wajah suaminya yang masih dipenuhi rasa curiga. Ia menarik napas pelan, mencoba mencari celah agar suasana tak semakin panas.

“Kalau gitu… Om pakai baju layaknya anak muda dua puluhan, terus naik motor matic biasa aja biar orang-orang nggak curiga hubungan kita,” ujarnya sambil menunduk. “Kalau ada yang nanya, paling aku bilang Om itu kakak sepupu aku.”

Seketika bibir Ihsan melengkung. Senyum tipis yang jarang ia tunjukkan muncul begitu saja. Ada binar puas di matanya, seolah kalimat itu adalah bukti kalau Naina sedang berusaha keras menjaga hubungan mereka.

“Pintar juga kamu,” katanya lembut. “Tahu cara lindungin diri sendiri sekaligus jaga nama Om.”

Naina menghela napas lega, meski hatinya masih berdebar. “Aku cuma nggak mau ada masalah baru, Om. Aku udah cukup capek harus perang sama Rubi tiap hari,” ucapnya jujur.

Ihsan mengulurkan tangan, meraih jemari istrinya. Sentuhannya hangat, tapi genggamannya tetap terasa menguasai. “Na, justru karena kamu berani ngelawan semua itu, Om makin yakin pilihan Om nggak salah,” imbuhnya dengan nada penuh kepastian.

Pipi Naina merona. Ia tak tahu harus menunduk atau menatap balik. Senyum Ihsan yang biasanya angkuh kini tampak berbeda, ada bahagia yang terselip di balik tatapan dingin itu.

“Om beneran seneng?” tanyanya lirih, nyaris berbisik.

Ihsan mendekat, suaranya dalam dan menekan. “Seneng? Om lebih dari itu, Na. Om ngerasa punya sesuatu yang nggak pernah bisa dibeli siapa pun. Kamu.”

Hati Naina bergetar, tubuhnya sempat kaku. Ia tahu betul kalau Ihsan lihai memilih kata, tapi entah kenapa kalimat barusan terasa jujur.

“Kalau begitu jangan bikin aku takut lagi, Om,” ujarnya pelan, matanya berkaca.

Ihsan hanya tersenyum samar, lalu menepuk dagu mungil itu. “Takut sama Om artinya kamu sayang. Jadi biarin aja rasa itu ada. Karena dengan begitu, kamu nggak bakal pernah pergi.”

Naina tercekat. Ia tak bisa membantah, hanya bisa terdiam dalam dekap sorot mata Ihsan yang tajam sekaligus menenangkan.

Naina berdiri di depan cermin, seragam putih abu-abunya sudah rapi. Jemarinya sibuk merapikan kerah sambil sesekali menghela napas. Baru saja ia hendak mengambil tas, suara berat Ihsan memecah keheningan kamar.

“Om antar kamu ke sekolah,” ucapnya mantap, nada yang tak bisa ditawar.

Naina sontak menoleh, matanya membesar. “Jangan Om,” katanya cepat.

“Bukannya kita sudah sepakat kalau nanti setelah lulus ujian SMA barulah kita perlihatkan hubungan kita di publik.”

Kening Ihsan langsung berkerut, sorotnya tajam. Ia melangkah mendekat, sikapnya dingin. “Kenapa? Apa jangan-jangan karena kamu ada cowok di sekolah sehingga nggak ingin Om yang antar?” cecarnya penuh curiga.

Wajah Naina memucat, jantungnya berdetak cepat. Ia buru-buru menggeleng, suaranya parau.

“Astaga, Om bukan gitu maksudku. Aku cuma takut gosip makin liar kalau ada yang lihat.” ucapnya Naina.

Ihsan menatapnya dalam, rahangnya mengeras. “Na, kamu pikir Om ini bisa sabar lihat istrinya jalan sendiri sementara orang lain bebas mandangin kamu?” hardiknya ketus. “Om bukan cowok sekolah yang bisa kamu atur semaunya.”

Bahunya langsung menegang, tapi ia berusaha menenangkan suasana. Perlahan Naina mendekat, jemarinya menyentuh lengan Ihsan.

“Om… jangan suudzon. Aku nggak ada siapa-siapa di sekolah. Sumpah, satu-satunya yang aku punya cuma Om,” ujarnya lirih.

Mata Ihsan berkilat, namun perlahan napasnya mereda. Ia menunduk sedikit, memandang wajah Naina yang basah oleh keringat dingin.

“Kalau gitu kenapa harus sembunyi? Kamu malu punya suami kayak Om?” dengusnya sinis.

Naina menggeleng cepat, suaranya bergetar. “Bukan malu, Om. Aku cuma takut semua orang makin benci aku. Rubi aja udah terang-terangan bilang bakal bikin aku susah di sekolah. Kalau ada gosip baru, aku bisa hancur.”

Sorot mata Ihsan melembut sejenak, meski keangkuhan tetap melekat. Ia mengusap pipi istrinya pelan. “Na, kamu jangan remehkan Om. Sekali Om buka suara, nggak ada yang berani sentuh kamu,” imbuhnya dingin tapi penuh keyakinan.

Air mata hampir jatuh lagi, namun Naina paksa tersenyum kecil. “Aku ngerti, Om. Tapi tolong biarin aku bertahan dulu dengan cara aku. Kalau waktunya tepat, aku sendiri yang bakal berdiri di samping Om di depan semua orang,” ujarnya mantap.

Ihsan terdiam beberapa detik, wajahnya tak terbaca. Lalu ia menarik napas panjang, menunduk mendekati telinga Naina. “Kamu pintar ngomong, ya. Tapi ingat, jangan pernah bikin Om ragu. Karena sekali Om merasa dikhianati, nggak ada maaf untuk siapapun,” bisiknya dingin.

Tubuh Naina merinding mendengarnya. Ia tahu ucapan itu bukan sekadar ancaman, melainkan janji seorang pria yang terbiasa memenangkan segalanya.

Namun ia memberanikan diri, menatap Ihsan dengan mata berkaca. “Aku janji, Om. Aku nggak bakal bikin Om kecewa,” ucapnya mantap.

Seulas senyum tipis muncul di wajah Ihsan. Ia menepuk pelan pipi istrinya, lalu berjalan menuju pintu.

“Baiklah. Hari ini Om biarkan kamu pergi sendiri. Tapi jangan anggap Om bisa selalu sebaik ini,” serunya datar sebelum keluar kamar.

Naina menutup mata sejenak, dadanya berdebar keras. Dalam hati ia hanya bisa berdoa agar hari ini berjalan tanpa badai baru.

Keduanya melangkah turun melewati lobi hotel bintang lima itu. Aroma kopi hangat bercampur wangi parfum tamu lain memenuhi udara. Naina menunduk sedikit, jaket hoodie abu-abu menutupi sebagian wajahnya. Celana training membuatnya terlihat seperti siswi yang hendak berangkat olahraga pagi.

Ihsan berjalan di sampingnya, gagah dengan kemeja kasual yang sengaja digulung lengannya agar tampak lebih muda. Ia sempat melirik Naina, lalu berniat meraih tangan mungil itu. Namun sebelum sempat menyentuh, sebuah tarikan keras menghentikan langkahnya.

Tangan Ihsan ditarik begitu kuat hingga tubuhnya sedikit tersentak.

Wajahnya seketika berubah. Rahangnya mengeras, sorot matanya tajam menusuk. Dingin sekaligus penuh amarah terpendam.

Senyum tipis yang tadi sempat menghiasi wajahnya lenyap, berganti tatapan licik seperti predator yang terganggu buruannya.

Naina ikut terkejut. Matanya membesar, bibirnya terbuka tanpa suara. Ia menatap tangan Ihsan yang digenggam orang asing itu, dadanya berdebar tak karuan. Alisnya berkerut, rasa penasaran langsung menyeruak.

“Siapa… orang ini?” batinnya bergemuruh.

Ia melirik ke wajah Ihsan yang jelas-jelas tampak tegang, lalu kembali ke tangan suaminya yang masih tergenggam kuat.

“Om…” lirih Naina sambil menatap cemas.

Ihsan hanya mendengus keras, sorot matanya membakar. Pandangannya tajam ke arah sosok nekat itu, seakan siap meledak kapan saja.

Sementara Naina, jantungnya semakin tak tenang. “Kenapa dia berani-beraninya megang Om dengan cara begitu?” tanyanya dalam hati.

1
sunshine wings
😍😍😍😍😍♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak 🥰😘
total 1 replies
sunshine wings
Kan Nai.. Penuh dengan rasa cinta.. ♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
sunshine wings
Support paling ampuh.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak kakak soalnya suamiku lebih muda aku 😂🤭
total 3 replies
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 2 replies
sunshine wings
Yaaa.. Kirain apa Nai.. Sudah pasti Ihsan akan ngelakuin.semua itu dengan senang hati karna itu maunya kan.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂 betul banget tuh kak nantangin lagi 🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
bertemanlah Ruby dengan naina,tertawalah bersama
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: setuju tapi yah keegoisan Rubi menutupi sisi baiknya
total 1 replies
Fadila Bakri
teman saingan jadi calon anak tiri
Eva Karmita
sesakit dan sebenci apapun naina tetap anakmu dan darah daging mu Bu ..😤😏
ayah sabung naina berhati mulia mau Nerima naina seperti putri kandungnya beda sama emaknya naina yg berhati siluman 😠👊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
sunshine wings
😏😏😏😏😏
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir Baca novel aku ini kakak judulnya Pawang Dokter Impoten ceritanya seru sudah banyak babnya
total 1 replies
sunshine wings
Dan menjauh dari mamanya.. 😬😬😬😬😬
sunshine wings
Ya Allah.. 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
sunshine wings
pikiran licik.. 🤭🤭🤭🤭🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂
total 1 replies
sunshine wings
Sepatutnya jangan di bedain kerana anak itu rezeki yg tidak ternilai oleh apapun.. Kasian banget hidupmu Naina.. 🥹🥹🥹🥹🥹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sedih yah
total 1 replies
Maulida greg Ma
kejamnya
sunshine wings
Ditukar judulnya author ya.. 👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: aku ganti kak mumpung ada cover nganggur 🤭😂🙏🏻
total 1 replies
sunshine wings
😲😲😲😲😲
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Sialan emangnya..
Apa mereke adek beradek tiri author???
Kenapa beda kasih sayangnya???
🤔🤔🤔🤔🤔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: akan terjawab nanti Kak ☺️
total 1 replies
sunshine wings
Ayo pak semangat 💪💪💪💪💪
keluarkan Naina dari rumah itu.. 🥺🥺🥺🥺🥺
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: yah yah
total 1 replies
sunshine wings
🙄🙄🙄🙄🙄😏😏😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!