Setelah Aku Tahu Suamiku Selingkuh

Selama satu minggu lebih juga, Rosa dan Violet sudah memulai kehidupannya di luar negeri. Di tempat yang sangat jauh dari kota dimana Andre berada saat ini. Butuh 18 jam penerbangan untuk ke kota itu.

Dan selama itu, Violet bahkan tidak pernah mengeluh atau meminta pulang kembali ke rumah ayahnya. Steven memperlakukannya sangat istimewa, menjadikannya seorang putri dan menemaninya siang dan malam.

Menyuapinya setiap kali makan, bermain bersama dengannya, bahkan menemani Violet sampai tertidur dengan membacakan banyak sekali buku cerita.

Hingga pagi harinya, Steven mendapatkan telepon penting dari luar negeri. Dimana perusahaan utamanya berada. Terjadi sesuatu disana, dan dia harus mengurusnya.

Steven yang akan mengantarkan Violet ke sekolah, dan akan mengantarkan Rosa ke perusahaan bicara tentang hal itu pada keduanya saat di perjalanan.

"Violet, nanti saat pulang sekolah. Uncle... tidak bisa menjemput Violet"

Pria itu bahkan mengatakannya dengan nada suara yang enggan juga. Seolah dia memang sangat ingin menjemput Violet, tapi memang tidak bisa juga.

"Uncle sibuk ya? tidak apa-apa. Aku akan pulang bersama bibi Cici" kata Violet yang memang selalu di temani baby sitternya saat berada di sekolah.

Rosa hanya melihat ke arah Violet dan Steven bergantian. Dia pikir juga begitu, perusahaan akhir-akhir ini banyak sekali mengambil proyek. Pastinya Steven akan sangat sibuk karena hal itu.

Tapi tatapan Steven ke Rosa berbeda.

"Uncle, harus kembali ke kota U. Perusahaan disana sedikit bermasalah. Paman harus kesana" kata Andre sambil menatap ke arah Rosa, tapi dia berbicara pada Violet.

Rosa memalingkan pandangannya, dan menepuk lengan putrinya perlahan.

"Tidak apa-apa ya sayang" kata Rosa.

Violet mengangguk dengan cepat.

"Em, tidak apa-apa. Kan nanti malam uncle pulang kan? kita bisa makan malam bersama" kata Violet lagi.

Gadis kecil itu mengira, uncle Stev nya itu hanya pergi ke tempat yang dekat. Dan akan kembali di malam hari.

Steven merasa semakin tidak enak. Dia benar-benar sudah merasa punya keluarga kecil yang bahagia, saat Rosa dan Violet tinggal bersamanya.

"Mungkin satu minggu"

Rosa segera menoleh ke arah Steven. Membuat tatapan keduanya bertemu dan saling mengunci.

Steven sungguh enggan meninggalkan Rosa. Dan entah kenapa, Rosa juga cukup terkejut saat Steven mengatakan akan pergi satu minggu. Mereka biasa bertemu di pagi hari, mengantar sekolah Violet bersama, lalu di perusahaan juga sering bertemu. Sampai waktunya makan malam tiba. Tiba-tiba saja Steven mengatakan akan pergi dalam waktu yang cukup lama. Entah kenapa Rosa juga merasa terkejut dan ada perasaan enggan.

Violet juga terkejut. Wajah gadis kecil itu yang tadinya tersenyum mendadak muram.

Steven yang merasa pasti akan sangat merindukan Rosa menyentuh pelan wajah Rosa. Menyadari hal itu, Rosa menghindar.

Tangannya membeli mengusap lengan Violet. Dia menyadari, kalau memang tidak mungkin Steven bisa selamanya bersama mereka. Steven bersama dengannya beberapa waktu ini karena memang ingin membantu keduanya saja. Steven juga punya dunianya sendiri. Dia harus kembali ke dunianya itu cepat atau lambat.

"Violet, tidak apa-apa. Nanti ibu yang akan temani Violet. Katakan selamat tinggal dan hati-hati pada uncle" ucap Rosa dengan sangat lembut pada putrinya.

Violet bukan anak yang sulit diberi pengertian. Gadis kecil berkuncir dua dengan pita berwarna merah muda itu pun segera mengangguk patuh.

"Kalau begitu selamat jalan Uncle, cepat kembali!" katanya yang seketika memeluk Steven begitu erat.

Rosa yang melihat putrinya begitu dekat dengan Steven hanya bisa menghela nafas sangat pelan. Anak-anak seusia Violet itu memang begitu polos. Dia akan mencintai orang yang mencintainya.

Setelah mengantarkan Violet ke sekolah, seperti biasanya. Rosa akan di antarkan sampai basemen perusahaan, tempat khusus Steven berhenti di depan lift khusus juga, yang hanya dia yang akan bisa menggunakan akses lift memakai kartu akses khusus itu.

"Kamu hati-hati di perjalananmu, sampai bertemu lagi Steven" kata Rosa saat dia akan segera turun dari dalam mobil.

Namun Steven meraih tangan Rosa. Membuat wanita itu sontak saja menoleh ke arah Steven.

"Aku akan pergi satu minggu" ucap pria di depan Rosa itu dengan raut wajah sedih.

"Iya, itu untuk pekerjaanmu kan? aku harap semua akan baik-baik saja saat kamu tiba di sana nanti. Kamu pasti bisa mengatasi semua masalah yang ada disana. Kamu pria yang baik, kamu juga sangat hebat berbisnis. Kamu..."

"Aku akan sangat merindukanmu"

Deg

Ucapan Rosa terjeda. Ketika Steven menyelanya dan mengatakan kata-kata itu. Dalam pikiran Steven, dia enggan sekali pergi karena memang takut akan rindu sekali pada Rosa.

"Stev..."

cup

Mata Rosa membulat, ketika Steven dengan sangat cepat mengecup pipinya. Rosa mematung di tempatnya, dengan kedua tangan saling bertaut.

Setelah pria itu menarik dirinya, Rosa menatap ke arah Steven tapi memundurkan tubuhnya, menjauh sedikit dari Steven.

"Rosa, jika masa menunggumu sudah berakhir. Aku harap, aku bisa mendengar balasan darimu, saat aku mengatakan aku mencintaimu"

Ujar pria itu yang semakin membuat Rosa menjadi gelisah. Hatinya masih patah, itu masalahnya. Bagaimana bisa dia mencintai orang lain, sedangkan dia sendiri baru saja hancur karena cinta itu sendiri.

"Aku, aku akan turun" kata Rosa yang malah memberikan jawaban ambigu pada Steven.

Bahkan setelah turun dari dalam mobil, Rosa sama sekali tidak menoleh lagi ke belakang. Padahal, di dalam mobil itu Steven terus melihat ke arah Rosa. Berharap wanita itu menoleh ke arahnya, meskipun hanya satu kali.

"Tuan, kita sudah bisa berangkat ke bandara sekarang?" tanya supir Steven.

Steven yang merasa kalau Rosa mungkin tidak akan menoleh ke arahnya lagi. Menghela nafas panjang.

"Ya, berangkat sekarang!" ujarnya yang langsung melihat ke arah depan.

Mobil itu pun melaju kembali, meninggalkan tempat itu. Dan Rosa yang mendengar suara mobil menjauh, menghentikan langkahnya.

Rosa berbalik perlahan.

'Maafkan aku Steven. Aku hanya takut mengecewakanmu. Kamu pria yang baik, kamu berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dariku' batin Rosa melihat ke arah perginya mobil Steven itu.

***

Bersambung...