Karena mantan pacarnya, di mata Elizabeth semua pria itu sama saja. Bahkan setelah putus, dia tidak ingin menjalin hubungan asmara lagi. Namun, seorang pria berhasil membuatnya terpesona meski hanya satu kali bertemu.
"Aku tidak akan tertarik dengan pria tua seperti dia!"
Tapi, sepertinya dia akan menjilat ludahnya sendiri.
"Kenapa aku tidak boleh dekat-dekat dengannya? Bahkan tersenyum atau menatapnya saja tidak boleh!"
"Karena kamu adalah milik saya, Elizabeth."
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Altezza mengusap pipi mulus Elizabeth yang tertekan di pundaknya dan membuat bibir merah muda itu sedikit mengerucut.
Setelah makan malam tadi, Eliza mengajak Altezza menonton film. Dan sekarang, gadis itu malah ketiduran di pundak Altezza. Namun, bukannya risih, Altezza malah merasa senang karena Eliza bersandar di pundaknya. Apalagi saat melihat betapa menggemaskannya Eliza saat tidur seperti ini. Wajahnya yang polos membuat Altezza hampir lupa jika Eliza bukanlah perempuan lugu. Kalau tidur seperti kucing, kalau bangun seperti macan.
"Ssttt ...." Altezza mendesis saat Eliza menggeliat kecil, tangannya menepuk-nepuk pelan punggung Eliza agar gadis itu kembali tidur.
Setelah memastikan Eliza nyenyak, dengan perlahan Altezza menggendong tubuh Eliza menuju kamarnya. Dia meminta pembantu menunjukkan dimana letak kamar Eliza.
Masuk ke dalam kamar Eliza, Altezza menutup pintu menggunakan kakinya.
"Benar, dia tampan tapi menyebalkan."
Altezza menunduk menatap Eliza yang masih memejamkan mata, rupanya gadis itu sedang mengigau. Dia mendengus pelan, entah siapa yang dimaksud Eliza.
"Sedang tidur pun, kamu tetap memikirkan pria tampan," gumam Altezza seraya merebahkan tubuh Eliza ke atas kasur.
Ketika hendak beranjak, Eliza menarik tangan Altezza hingga membuat Altezza terjatuh di samping Elisabeth. Anehnya lagi, Eliza malah semakin nyenyak setelah memeluk lengan Altezza. Apakah dia tidak terganggu sedikitpun?
Altezza menghela nafas pelan. Dia mencoba menarik tangannya, tapi Eliza malas semakin mengeratkan.
"Jangan pergi, Kak, aku takut tidur sendirian," gumam Eliza kembali mengigau. Ternyata dia mengira Altezza adalah Sadipta, kakaknya.
Altezza benar-benar seperti patung, tubuhnya kaku, terlebih kaki Eliza yang menumpang di pahanya membuat Altezza semakin tak berkutik. Pria itu mengusap wajahnya, rahangnya mengeras seperti sedang menahan sesuatu.
Setelah memantapkan diri, perlahan Altezza memperbaiki posisi Elizabeth. Dia buru-buru mengusap pinggang Eliza saat si gadis merengek dengan mata terpejam. Sepertinya Eliza memang tidak bisa ditinggal, lihat saja, bahkan lengan mungilnya sudah memeluk Altezza dengan erat.
Tak ingin semakin membuat Eliza terganggu, Altezza pun membiarkan Eliza memeluknya. Dan dengan kesadaran penuh, Altezza juga membalas pelukan sang sekretaris. Tidak masalah,hanya malam ini saja, kan?
****
BRAK!
Kedua insan yang tadinya tertidur pulas, kini langsung terbangun saat mendengar dobrakan keras dari arah pintu.
"Apa yang kalian lakukan?!" Suara Sadipta menggelegar di kamar Eliza.
Elizabeth terbelalak, kakaknya seperti monster yang sedang marah saat ini.
"Apa? Kalian apa?" Eliza menggaruk kepalanya kebingungan. Maklum, masih mengumpulkan nyawa.
Altezza mengusap wajahnya, dia turun dari ranjang dan berdiri tak jauh dari Sadipta. Karena terlalu nyaman dengan pelukan Elizabeth, Altezza sampai ikut tidur, dan sekarang sudah pagi. Pantas saja Sadipta mengamuk.
"Kami tidak melakukan apapun," ujar Altezza berusaha menjelaskan.
"Dan aku bukan anak kecil, Tuan Altezza," tekan Sadipta. Terserah jika bicaranya tidak sopan, dia hanya ingin bicara secara jantan. "Sebelumnya adikku memang melakukan kesalahan fatal hingga membuatmu kecelakaan, tapi, jangan pernah berpikir, kamu bisa berbuat seenaknya seperti ini," lanjutnya, tatapan matanya begitu tajam menghunus Altezza.
Tatapan Sadipta beralih pada Elizabeth yang malah kembali tidur. Dengan langkah lebar, dia menghampiri adiknya dan menarik tangan Eliza agar bangkit. Hal itu tentu membuat kepala Eliza pusing, bahkan dia terseok-seok mengikuti langkah Sadipta.
Melihat Eliza hendak terjatuh, dengan sigap Altezza memeluknya hingga membuat tangan Eliza lepas dari genggaman sang kakak.
"Elizabeth!" tegur Sadipta saat adiknya malah membalas pelukan Altezza.
"Hm? Aku mengantuk, Kak. Biarkan seperti ini dulu, ya?" ujar Elizabeth, dia mengira orang yang ia peluk adalah Sadipta.
"Astaga, anak ini benar-benar!" desis Sadipta.
"Kita bicarakan nanti," kata Altezza pada pria di depannya.
Mendengar suara bariton itu, mata Eliza langsung terbuka lebar, dia mendongak menatap Altezza yang juga menatapnya. Sontak, Eliza langsung mendorong dada Altezza hingga membuat Altezza sedikit mundur.
"PAK AL?!" pekiknya membuat kedua pria di sana menutup telinga.
Sadipta menghela nafas, adiknya ini memang ceroboh sekali.
Elizabeth menoleh pada Sadipta, dia langsung berdiri di samping kakaknya. "Kenapa dia bisa berada di kamarku?" bisiknya bertanya.
"Pura-pura pikun, heh? Seharusnya aku yang bertanya, kenapa dia bisa ada di sini, Elizabeth. Apa yang kalian lakukan semalam?" tanya Sadipta.
Eliza menelan ludahnya susah payah, dia menatap Sadipta dan Altezza bergantian, keduanya sama-sama mengerikan, tatapan tajam dan datar, Eliza merasa dikepung oleh dua monster sekarang.
"A–a–aku ..." Dia menghembuskan nafasnya untuk memenangkan diri. "Aku lupa, kemarin kami makan malam bersama dan nonton film, lalu aku ...." Eliza bergumam panjang, mengingat apa yang terjadi setelah mereka menonton film.
"Kamu ketiduran," sela Altezza.
"NAH! BENAR! AKU KETIDURAN!"
Altezza mendengus geli mendengar seruan Eliza yang sangat cempreng.
"Jelaskan nanti pada papa dan mama," ujar Sadipta Rupanya dia tidak bercanda. Eliza pikir Sadipta hanya marah biasa, ternyata sampai bawa-bawa papa dan mama. Tidak, Eliza tidak bisa membiarkan hal ini terjadi.
"Kenapa? Yang penting Kakak sudah tau kalau aku dan Pak Altezza tidak melakukan apa-apa. Kami hanya ... tidur bersama ...?" Suara Eliza melirih di akhir. Dia juga ragu, tapi dia memang hanya ketiduran, tidak tau apa yang terjadi setelah dia tidur.
Sadipta berdecak, ia menatap Altezza yang tampak senyum-senyum sendiri dengan mata tertuju pada Elizabeth.
"Hari ini papa dan mama pulang, kamu harus menjelaskan semuanya, atau akan aku nikahkan kalian berdua," ujar Sadipta tak terbantahkan.
Mendengar kata 'menikah' Eliza langsung melotot. Dia henda protes, tapi Sadipta lebih dulu pergi dari sana. Dan Eliza baru menyadari ada Katya yang menunggu di luar kamar. Buru-buru gadis itu menghampiri kakak iparnya lalu memeluk Katya dengan erat.
"Kak, aku tidak melakukan apa-apa! Aku hanya tidur!" rengeknya mengadu.
Katya mengelus punggung adiknya. "Nanti kamu jelaskan pada mama, ya?" Matanya tertuju pada Altezza yang hanya diam.
"Aku tidak mau menikah! Pokoknya tidak mau!!" Eliza mencak-mencak tidak jelas.
Katya menghela nafas, dia melepaskan pelukannya dan menatap Eliza dengan yakin. "Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, jangan takut dan jelaskan pada mama dan papa, supaya kalian tidak dinikahkan. Oke?"
Dengan bibir cemberut, Eliza mengangguk pasrah. Dia benar-benar tidak mau menikah, apalagi menikah dengan Altezza. Bisa tambah stress dia nanti. Lagi pula, mereka berdua juga tidak melakukan sesuatu yang ekhem-ekhem.
"Nanti malam datanglah untuk menjelaskan semuanya," ujar Katya pada Altezza.
Altezza menatap Eliza yang sinis padanya, lalu segera pergi tanpa membalas ucapan Katya. Untung saja Katya sudah biasa menghadapi orang seperti Altezza.
"Kamu mandi dulu, ya, setelah itu kita sarapan bersama." Katya mengelus pundak adik iparnya.
Eliza mengangguk pelan dan langsung masuk ke kamar mandi.
Katya menutup pintu kamar Eliza sebelum pergi menuju lantai bawah. Sebenarnya bukan Sadipta yang memergoki Eliza dan Altezza lebih dulu, melainkan Katya. Awalnya Katya ingin melihat keadaan Eliza sekalian ingin mengajak sarapan bersama, tapi dia malah mendapati sebuah mobil mewah yang ada di halaman rumah mertuanya, tentu saja Katya curiga. Dia pun tanpa ragu menuju kamar Eliza dan membuka pintu yang tidak terkunci. Betapa shock nya Katya saat melihat adik iparnya berpelukan dengan seorang laki-laki, dan gong nya lagi mereka berdua tidur dengan nyenyak, seakan sudah biasa dengan hal itu.
Karena tidak berani membangunkan keduanya, Katya langsung memanggil suaminya, Sadipta. Mendengar ada pria lain di rumah orang tuanya, tentu saja Sadipta marah bukan main, apalagi Eliza sendirian di rumah. Dan ya, akhirnya dialah yang melabrak kedua insan tersebut.
Sebagai seorang kakak, tentu saja Sadipta sangat menjaga adiknya.
Bersambung...
Hai, ada yg main tik tok? jangan lupa follow aku yawww🤭🤭 kalo mau difollback dm aja ya~~