Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab8
Sampai kantor Abizar masih memikirkan apa yang tadi diucapkan putri tercintanya tersebut. Ia bingung untuk mengambil keputusan yang tepat. Abizar memang telah memiliki sedikit perasaan terhadap Avica, tapi ia tidak menyadari jika itu adalah perasaan cinta.
"Aku harus mengambil kepusan apa? Jika aku mengajak Avica menikah apakah ia mau menerimanya?" Gumamnya. Ia bingung, pikirannya buntu. Ia tidak mau anaknya merasa sedih terus menerus.
"Apa aku minta solusi pada mama sama papa aja ya?" Akhirnya ia mengambil handphone nya yang ada pada saku jas nya.
Tuuutt..tuuutt..tuuutt..
(Halo, assalamu'alaikum, ma.) Ucap Abizar setelah sambungan terhubung.
(Waalaikumsalam, nak.) Jawab bu Sarah di seberang sana.
(Ma, ada yang ingin Abi bicarakan.)
(Ada apa, Bi? Katakan!)
(Ini tentan Alula, ma.)
(Ada apa dengan Alula, nak?)
(Alula mengatakan jika dia ingin memiliki mama. Abi bingung ma harus bagaimana.)
(Itu bagus, Bi. Kenapa kamu bingung?)
(Masalahnya, Alula menginginkan Avica yang menjadi mamanya.) disusul dengan helaan nafas sedikit kasar.
(Apa ada yang salah jika Avica yang jadi ibu sambung untuk Alula? Mama rasa Avica itu gadis yang baik, dia memiliki jiwa keibuan yang cukup besar, coba kamu pikirkan baik-baik. Tidak ada salahnya jika kamu menuruti keinginan putrimu. Ini demi kebahagiaan putrimu. Masalah cinta itu akan tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Mama sama papa pasti akan merestui kalian. Coba kamu bicarakan dengan Avica langsung.) ucap bu Sarah dari sambungan telepon dengan panjang lebar. Ia memberikan saran kepada putranya itu. Bu Sarah tidak masalah jika Avica yang akan menjadi ibu sambung untuk cucu satu-satunya itu. Yang terpenting ketulusannya bukan kedudukannya.
(Baiklah, ma. Biar Abi pikirkan dulu. Nanti kalau sudah ada waktu yang tepat Abi akan ngomong dengan Avica. Kalau begitu udah dulu, ma. Assalamu'alaikum.) ucap Abizar lalu menyudahi percakapannya melalui telepon.
(Iya nak. Waalaikumsalam.) jawab sang mama diseberang sana.
Sedangkan diluar negeri tepatnya di Amerika Serikat kedua orang tua paruh baya itu sebenarnya ingin mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena waktu telah menunjukkan malam hari. Tiba-tiba handphone nya berdering dan ternyata putra satu-satunya lah yang menghubunginya .
"Ada apa, ma?" Tanya pak Adi papa Abizar.
"Abi bilang kalau Alula ingin memiliki mama, pa." Kata bu Sarah lalu ikut berbaring di samping pak Adi suaminya.
"Lalu apa masalah nya?" Tantanya lagi. Pak Adi juga ingin melihat cucunya bbahagia
"Kata Abi, Alula menginginkan Avica yang menjadi ibu sambungnya. Sehingga Abi merasa bingung akan mengambil keputusan bagaimana. Jika menurut mama tidak masalah jika Avica menjadi ibu sambung Alula, karena gadis itu baik dan sangat menyayangi Alula seperti menyayangi anaknya sendiri." Jelas bu Sarah pada pak Adi.
"Papa juga akan mendukungnya jika Abi menikahi gadis itu. Yang terpenting dia benar-benar menyayangi cucu kita dengan tulus." Ujar pak Adi. Beliau tidak mempermasalahkan status Avica yang hanya sebagai baby sitter cucunya jika gadis itu menjadi ibu sambung bagi Alula. Sebab pak Adi sudah sedikit banyak mengetahui tentang Avica melalui bu Sarah yang sering menceritakan tentang Avica.
"Tapi masalahnya jika Abi menuruti keinginan Alula, Apakah Avica mau menikah dengan putra kita?" Tutur bu Sarah. Karena pernikahan bukanlah sebuah permainan. Itu adalah hal yang sakral. Jadi harus dipikirkan secara matang-matang sebelum menjalaninya.
"Kita do'akan saja yang terbaik, ma. Biar Abi yang berusaha sisanya biar Allah yang menentukan yang terbaik." Ujar pak Adi. Bu Sarah pun menggaukan kepalanya.
"Baiklah. Kalau bagitu mari kita istirahat. Besok papa harus bekerja agar cepat menyelesaikan pekerjaan papa disini." Ajak bu Sarah kepada sang suami.