lanjutan novel Tuan Tiada Tanding
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan atau permainan dari Arjuna?
Ajudan suherman langsung mendekati beberapa warga yang masih berbisik-bisik itu.
"Apa yang kalian lakukan? Mengapa kalian tidak kunjung memberikan sanjungan kepada pahlawan kalian?" Tanya Ajudan suherman.
"Mana pahlawannya?" Tanya Salah satu warga yang memberanikan diri untuk bertanya.
"Apakah kalian tidak melihatnya? Ini! Perkenalkan ini adalah Nona Mawar. Sosok yang telah menangkap pembunuh berantai itu!"
Semua orang langsung menyapa ke arah wanita cantik yang berdiri di sana. Semua orang menghirup udara dalam-dalam memandangi Mawar si wanita cantik itu.
Ekspresi kaget dan tidak percaya terlihat jelas di wajah setiap orang. Mereka sama sekali tidak menyangka, wanita yang seperti model ini adalah sosok yang menangkap pembunuh berantai yang meresahkan itu.
"Sepertinya kalian masih tidak percaya..." Ucap Mawar.
Tentu saja semua orang masih ada perasaan ragu, wanita secantik ini apa iya bisa bertarung?
"Akan aku tunjukan bagaimana aku membunuh pembunuh berantai itu!" Ucap Mawar.
Yang kaget paling awal adalah Suherman, buru-buru dia mendekati mawar dan berucap, " Nona, mohon pertimbangkan. Orang-orang di sini hanyalah manusia biasa, kalau anda memamerkan kesaktian anda bisa jadi mereka ada yang pingsan!" Bisik suherman.
Mawar tersenyum tipis kemudian dia berucap, "tenang saja pak Suherman, aku hanya akan menunjukan sedikit kebolehanku, tanpa menggunakan kesaktian. Tolong siapkan ajudannya aku akan beradu pedang tanpa menggunakan prana, hanya murni teknik..."
Suherman menganggukan kepalanya, kemudian dia memanggil salah satu ajudannya yang kebetulan membawa parang. Sementara itu terlihat mawar yang menghabiskan pedangnya secara tiba-tiba.
Sring!
Membuat semua warga yang ada di balai desa itu mundur beberapa langkah kebelakang, mereka takut terkena sabetan pedang dari mawar ini.
Begitu juga dengan Arjuna.
Tidak lama kemudian seorang ajudan muncul dengan sebuah parang di tangannya.
"Lihatlah ini, ini adalah caraku menangkap pembunuh berantai yang meresahkan desa kalian!" Ucap Mawar.
Dentang!
Dentang!
Dentang!
Dengan cepat pertarungan berlangsung dengan sangat intens, meskipun ajudan suherman memiliki tubuh yang sangat atletis namun di hadapan teknik berperang mawar terlihat pria itu sangat kesulitan dalam menahan serangan mawar. Semua orang yang ada di sini langsung berdecak kagum memandangi pemandangan ini.
"Luar biasa!"
"Sangat hebat!"
"Astaga aku sama sekali tidak menyangka wanita cantik itu bisa menggunakan pedang dengan sangat baik!"
Beberapa menit kemudian pertarungan itu selesai begitu saja.
"Ampun aku sudah tidak kuat lagi!" Ucap ajudannya suherman yang langsung terduduk karena tidak kuat lagi.
"Apakah kalian melihat hal itu?" Tanya Suherman, "Nona Mawar adalah orang yang telah menangkap penjahat itu!"
"Hidup nona mawar!" Salah satu ajudan yang bersembunyi di kerumunan warga bersorak.
Para warga kaget kemudian ikut bersorak.
"Hidup nona mawar!"
"Hidup nona mawar!"
Dengan cepat acara penyambutan dan ucapan terimakasih segera di lanjutkan.
****
Waktu berjalan dengan sangat cepat Siapa sangka waktu menunjukan sore hari. Pada saat ini mawar berdiri dari tempat duduknya kemudian dia berjalan sambil mengangkat sedikit dagunya.
Dia dan seluruh rombongannya akan pergi meninggalkan tempat ini.
Siapa sangka Arjuna berjalan menuju ke mobil milik Nona Mawar ini.
"Eh jun! Jun! Apa yang mau kamu lakukan?" Tanya Pak Man yang kaget melihat Arjuna tiba-tiba berjalan menuju mobilnya nona mawar.
Arjuna menghiraukan pak man, akhirnya Arjuna tiba di mobilnya nona mawar.
"Nona Mawar, bolehkah saya belajar keterampilan pedang itu dari anda?" Tanya Arjuna dengan antusias.
Arjuna sendiri sangat kagum dengan keterampilan berperang yang di tampilkan oleh nona mawar. orang wanita muda namun memiliki keterampilan berpedang yang sangat tinggi.
Arjuna ingin belajar, dia tidak mau kalah dengan nona mawar ini. Arjuna berharap bisa lebih menjaga tokonya dengan keterampilan berpedangnya ini.
Ketika Arjuna mengucapkan hal ini seketika itu juga Suherman dan para ajudannya tersentak kaget.
"Hah?!!" Mulut mereka langsung terbuka lebar. Ingin belajar dari nona mawar? Bukankah itu Artinya ingin menjadi murid nona mawar?
Ini adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan di benak suherman. Menjadi murid dari nona mawar artinya menjadi cucu murid dari Begawan Ontogeni. Siapapun orang yang berhasil menjadi murid Begawan Ontogeni orang itu akan di hormati mati matian.
Mawar memandangi Arjuna dari atas sampai bawah kemudian mawar mengangkat sedikit dagunya, "nak, apakah kamu tahu artinya belajar sesuatu dari seseorang? Itu Artinya menjadi murid dan mewarisi ilmu!" Ucap Mawar.
Nak?
Arjuna sedikit terkejut ketika mendengar panggilan dari nona mawar ini. Bagaimana pun juga Mawar masih muda dan masih seusia dirinya. Namun Arjuna tidak masalah, bagaimana pun juga dia ingin belajar, dia tidak masalah di panggil nak layaknya guru memanggil murid.
"Benar, saya ingin mewarisi teknik berperang anda!" Ucap Arjuna dengan ekspresi semangat.
Mawar hanya menghela nafas dan tersenyum tipis, dia mencoba memaklumi pola pikir orang biasa.
Mawar tahu pria ini ingin belajar layaknya belajar kepada instruktur les. Orang ini tidak mengetahui bahwa kekuatan mawar merupakan kekuatan yang mengandung prana dan harus di jalani dengan latihan yang sangat berat.
"Siapa namamu?" Tanya Mawar kepada Arjuna yang berada di sana.
"Tu-- tunggu!" Yang paling kaget tidak lain tidak bukan adalah Suherman, "Nona, jangan bilang anda benar-benar ingin menerima orang ini menjadi murid anda, atau menjadi cucu murid sang begawan Ontogeni." Ucap Suherman yang sedikit mulai goyah.
"Sstt!!" Desis mawar langsung memberikan kode kepada Suherman untuk diam.
Arjuna kemudian melanjutkan, "ah ya saya hampir lupa, nama saya adalah Damar Arjuna Wibisono, atau lebih sering di panggil Arjuna." Ucap Arjuna yang memperkenalkan diri.
"Memangnya kamu punya apa untuk melamar menjadi muridku?" Tanya mawar kepada Arjuna.
Arjuna terdiam, dia mulai berfikir dia memiliki apa?
"Jujur saya tidak memiliki banyak uang.." Ucap Arjuna sambil menggaruk kepalanya.
"Aku tidak butuh uang..." Ucap Mawar.
Arjuna kemudian berfikir lagi, tiba-tiba dia teringat dengan sebuah pedang cantik yang berada di dalam tokonya, sebuah pedang yang memiliki keindahan tertentu.
Arjuna tersenyum, "Saya memiliki pedang bagus, mungkin bisa menjadi bayaran agar saya bisa belajar dari anda.." Ucap Arjuna.
Mawar kemudian berucap, " kalau begitu lusa cari aku di Gunung Wilis." Ucap Mawar sambil menutup kaca mobilnya dan mobil itu langsung berjalan pergi.
apa yang tidak di ketahui Mawar, Suherman, dan para ajudannya Arjuna saat ini tersenyum sinis memandangi mobil mawar yang menjauh, "orang sombong harus di kasih paham..." batinnya.
Sementara itu di dalam mobil yang sudah berjalan suherman buru-buru bertanya kepada mawar, "Nona Mawar, apakah anda benar benar ingin menerima pemuda desa itu untuk menjadi murid anda?" Tanyanya.
Mawar menyeringai, "aku hanya menipu pemuda bodoh itu! Mana mungkin aku mau menjadi guru untuk pemuda bodoh itu. Lagi pula aku masih belum layak menyandang gelar guru, yang berhak menerima murid adalah guruku Begawan Ontogeni, namun apakah kamu fikir Begawan Ontogeni akan menerima pemuda bodoh itu menjadi muridnya?"
sesuai dgn imajinasi sendiri....
ayolah thorrr crazy up...