Aliya harus menelan pil pahit saat tunangannya ingin membatalkan pernikahan lalu menikahi Lisa yang tak lain adalah adik kandung Aliya sendiri. Demi mengobati rasa sedih dan kecewa, Aliya memutuskan merantau ke Kota, namun siapa sangka dirinya malah terjerat dengan pernikahan kontrak dengan suami majikannya sendiri. “Lahirkan anak untuk suamiku, setelahnya kamu bebas.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30-Bertemu
Rumah utama keluarga Albiru berdiri megah, tembok tinggi menjulang dengan gerbang besi yang dijaga ketat oleh belasan security. Malam itu, suasana rumah begitu hidup, berbeda dari biasanya. Ada kebahagiaan yang samar-samar berhembus, seakan rumah tua itu sedang menanti keajaiban.
Di ruang utama, Granny Nadlyn duduk anggun di sofa berlapis kain beludru hijau zamrud, ditemani oleh Grandpa Ocean yang selalu setia di sisinya. Mereka sudah diberi kabar oleh Daddy Samudra sebelumnya—tentang kembalinya Aliya, cucu menantu mereka yang selama ini hilang.
“Aku lega sekali, Honey,” ucap Granny Nadlyn sambil menghela napas. “Syukurlah gadis itu ternyata baik-baik saja. Aku benar-benar takut terjadi sesuatu padanya.”
Grandpa Ocean menepuk punggung istrinya lembut. “Tenanglah, Sayang. Putra kita Samudra sudah mengurusnya dengan baik. Semua ini untuk kebaikan Aliya juga anak yang dikandungnya.”
Tidak lama kemudian, pintu besar terbuka. Mommy Zivana melangkah masuk dengan penuh wibawa, menggandeng Aliya yang berjalan perlahan dengan langkah kecil. Perutnya yang sudah membuncit lima bulan terlihat jelas di balik dress hamil berwarna biru muda yang membalut tubuh mungilnya.
“Oh, cucu menantuku…” suara Granny Nadlyn tercekat. Ia bangkit berdiri dengan semangat, wajahnya berbinar penuh kasih.
Aliya langsung menunduk, canggung sekaligus gugup. Ia tidak pernah membayangkan akan masuk ke rumah sebesar ini, rumah yang memancarkan aura kekuasaan keluarga konglomerat yang begitu dihormati. Namun sambutan Granny Nadlyn membuat hatinya hangat, seolah ia diterima sepenuhnya.
“Ayo masuk, Aliya,” ajak Granny Nadlyn sambil meraih tangannya. Tanpa ragu, Granny mengajaknya duduk di sofa. Begitu Aliya duduk, tangan Granny langsung bergerak mengusap lembut perutnya. “Bolehkah Granny?” tanyanya sopan, meski matanya sudah berkaca-kaca.
Aliya mengangguk pelan. “Tentu saja, Granny.”
Air mata Granny Nadlyn menetes begitu merasakan gerakan kecil dari dalam perut Aliya. “Ada cucu kecil Granny di sini… Ya Tuhan, aku tidak percaya akhirnya aku bisa menyentuhnya,” ucapnya penuh haru.
Mommy Zivana ikut duduk di samping, tersenyum melihat momen indah itu. Sementara Grandpa Ocean hanya mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca menyaksikan kebahagiaan istrinya.
“Kalian tidak memberitahu Angkasa?” tanya Grandpa Ocean, suaranya dalam. Ia menoleh pada Samudra yang baru saja bergabung bersama mereka. “Padahal Angkasa kita itu sekarang pasti sedang bekerja keras di kantor.”
“Biar saja dulu, Dad,” jawab Daddy Samudra tenang. “Kalau waktunya pulang, dia akan pulang sendiri. Aku ingin Aliya beristirahat dulu di kamar Kasa. Lebih baik Angkasa tahu secara alami. Itu akan jadi kejutan paling indah untuknya.”
Grandpa Ocean tersenyum bijak, mengangguk menyetujui. “Ya, kejutan yang akan menyembuhkan hatinya.”
Mommy Zivana lalu mengantar Aliya menuju kamar Angkasa. Tangannya tak pernah lepas dari lengan Aliya, seakan takut gadis itu kembali menghilang. Pintu kamar besar itu terbuka, dan Aliya terperangah melihat betapa luasnya ruangan itu. Tempat tidur king size dengan sprei putih bersih, lampu temaram yang hangat, hingga aroma maskulin khas Angkasa yang masih melekat di udara.
“Beristirahatlah, Sayang,” ucap Mommy Zivana lembut. “Jika ingin membersihkan diri, di walk-in closet sudah ada baju-baju untukmu. Untuk sementara ini Mommy siapkan baju hamil dulu. Nanti setelah kamu melahirkan, Mommy akan menemanimu berbelanja.”
Aliya tertegun. Perhatian itu terasa begitu tulus, membuat hatinya luluh. “Terima kasih, Mommy,” lirihnya dengan mata berkaca-kaca.
Mommy Zivana tersenyum, mengusap pipinya sebentar, lalu meninggalkan kamar agar Aliya bisa beristirahat.
Aliya segera masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dari lelah perjalanan. Setelahnya, ia mengenakan dress hamil berwarna pastel yang sudah disiapkan. Pelayan membawakan makan malam ke kamar, dan Aliya makan dengan lahap. Perutnya kenyang, tubuhnya lelah, akhirnya ia pun terlelap di ranjang empuk milik Angkasa.
Malam semakin larut. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas ketika suara mobil terdengar memasuki halaman rumah. Angkasa baru pulang dari kantor, wajahnya lelah, matanya sayu. Sejak kepergian Aliya empat bulan lalu, ia terbiasa menenggelamkan diri dalam pekerjaan, pulang larut hampir setiap malam.
Di ruang keluarga, Daddy Samudra masih duduk menonton televisi. Angkasa masuk dengan langkah gontai.
“Malam, Dad,” sapanya singkat, tanpa semangat.
“Hai, Son. Baru pulang?” tanya Daddy Samudra santai.
“Ya, seperti yang Daddy lihat,” jawab Angkasa datar. Ia menghela napas panjang. “Aku naik dulu, Dad. Lelah.”
“Harusnya hari ini kamu pulang lebih cepat. Daddy dan Mommy punya kejutan untukmu,” kata Daddy Samudra sambil menahan senyum.
Angkasa berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi getir. “Aku tidak peduli dengan semua kejutan, Dad. Kecuali jika Aliya ditemukan… hanya itu kejutan yang bisa membuatku bahagia.”
Ucapan itu membuat dada Daddy Samudra hangat. Ia tersenyum samar, membiarkan putranya pergi. “Semoga kau suka kejutanmu, Sa,” gumamnya setengah berteriak ketika Angkasa sudah menaiki tangga.
Angkasa tidak menjawab, hanya terus berjalan.
Sesampainya di lantai atas, langkah Angkasa melambat. Lampu kamar utamanya menyala temaram. Ia mengernyit. Seingatnya, ia selalu mematikan lampu sebelum pergi. Dengan hati-hati, ia membuka pintu.
Matanya langsung tertuju pada sosok di atas ranjang. Ada seseorang yang terlelap, berselimut rapi. Angkasa menyipitkan mata, jantungnya berdegup kencang. Dengan cepat ia menyalakan lampu besar.
Dan saat itu juga, napasnya tercekat.
Tubuhnya kaku, nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rambut panjang yang tergerai, wajah lembut yang separuh tertutup, namun begitu familiar.
“Aliya…” bisiknya, suaranya pecah.
Tangannya gemetar. Ia mengucek kedua matanya, takut semua ini hanya halusinasi karena terlalu merindukan. Namun tidak. Wanita itu tetap ada di sana. Wanita yang selama empat bulan menghantui mimpi dan setiap detiknya.
Angkasa melangkah mendekat dengan hati-hati. Ia berlutut di samping ranjang, wajahnya sejajar dengan Aliya. Dengan penuh keraguan, ia mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi lembut itu.
Hembusan napasnya membuat Aliya terusik. Perlahan, kelopak mata gadis itu terbuka. Aliya menatapnya dengan mata yang masih sayu karena kantuk, lalu tersenyum samar.
“Mas…” panggilnya dengan suara parau.
Angkasa membeku. Air matanya langsung jatuh tanpa bisa ditahan. “Ini… ini benar kamu, Aliya?” tanyanya, suaranya bergetar hebat.
Aliya mengangguk pelan. “Aku pulang, Mas.”
Tak ada lagi kata. Angkasa langsung meraih wajah istrinya dan menempelkan bibirnya dalam ciuman yang penuh kerinduan. Ciuman itu dalam, panas, sekaligus getir. Semua rasa sakit, rindu, dan cinta mereka tumpah dalam satu momen.
Aliya merespons dengan air mata yang jatuh di pipinya. Ia merindukan pria ini. Merindukan setiap sentuhan, setiap pelukan, setiap napasnya.
Mereka larut dalam ciuman panjang hingga akhirnya tubuh mereka bersatu kembali dalam pelukan cinta yang begitu hangat. Malam itu, tanpa banyak kata, mereka kembali bercinta. Aliya memberikan dirinya seutuhnya, sementara Angkasa memeluknya seolah takut kehilangan lagi.
Tak ada kalimat yang perlu diucapkan. Hanya ada keintiman yang terjalin, penebusan rindu yang selama ini tertahan.
Dan malam itu, untuk pertama kalinya setelah empat bulan penuh luka, hati Angkasa kembali utuh.
jangan lengah,ntar kejadian lagi Aliya hilang
gak jauh jauh dari semesta kan kk Thor 😆...
udah 4 bulan ya dad 🤣🤣🤣
makasih kk Thor 🙏💓