Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan Vino
Hari ini Alana dan Erlando akan bulan madu ke Maldives. Setelah pertengkaran mereka tempo hari, kini hubungan keduanya mulai membaik lagi. Tapi sepertinya Alana masih sedikit ketus pada suaminya ini.
Tepat hari ini juga Jessica di tangkap oleh pihak berwenang. Alana mendapatkan kabar dari pengacara keluarganya. Setidaknya untuk sementara ia bisa bernafas lega. Walau pun dalam hatinya ia takut Jessica akan semakin dendam dengannya dan keluarganya.
"I love you..." Ucap Erlando lembut sambil memeluk istri kesayangannya dari belakang.
"Hmmm.." Jawab Alana singkat.
"Sayang...kok gitu? Kamu enggak senang kita bulan madu hmm?"
Alana melepaskan pelukan suaminya ia berjalan ke kasurnya dan mengecek isi kopernya. "Iya senang." Jawabnya datar.
Erlando akan berusaha lagi mendapat kepercayaan dari istrinya ini. Menaklukan Alana lebih susah ternyata dari pada menaklukan klien demi proyeknya.
"Non Alana, den Erlan, kopernya si mbok bawa ke mobil." Ucap mbok Sumi yang muncul di depan pintu. Karena memang pintu kamar Alana sudah terbuka.
"Iya mbok." Alana mengikuti mbok Sum tanpa mengajak suaminya. Erlando menghela nafasnya, ia pun ke bawah menyusul istrinya.
Alana dan Erlando temani papih dan mamihnya ke bandara. Emil dan Ray sebagai asisten mereka pun ikut menemani selama di sana. Selama di mobil baik Alana atau suaminya tak ada yang bicara. Erlando hanya menggenggam erat jemari sang istri.
Mamih Aleesya dan papih Alarich saling lirik, tanpa mereka bicara, mereka tahu jika anak dan menantunya sedang tidak baik baik saja.
Sesampainya di bandara Alana pamit pada orang tuanya, begitu pun Erlando. Ketika di sana mereka akan menyempatkan terbang ke Belanda, karena om dan tantenya Erlando sudah pulang kesana dua hari yang lalu.
-
-
-
Saat di pesawat Alana masih terdiam. "Sayang, kita tidur di kamar nanti aku bangunkan kalau sudah sampai." Ajak Erlando pada istrinya. Alana menurut ia menyambut uluran tangan suaminya dan mengikutinya.
Sampai di kamar Erlando memeluk istrinya erat. "Jangan cuekin aku terus menerus sayang. Aku kangen kamu yang manja, aku kangen kamu yang ceria."
Kepala Alana menoleh menatap suaminya. Ia juga sebenarnya rindu sekali dengan suaminya ini. Tapi ia takut jika suaminya akan menyakitinya lagi.
"Lupakan Rania kalau mas masih ingin bersama ku! Maaf aku egois! Tapi aku enggak mau dia jadi bayang bayang dalam pernikahan kita. Meskipun dia sudah meninggal, tetap saja mas masih berharap dia ada. Iya kan?" Ucap Alana dengan sorot mata yang tak terbaca.
"Kenangan dengan Rania sudah aku kubur dalam dalam. Aku hanya mencintai mu sekarang dan selamanya. Aku juga tidak berharap dia ada. Tempo hari saat aku melihat wanita itu sejenak ingatan masa lalu itu muncul, tapi aku sadar bahwa aku hanya mencintaimu." Lirih Erlan.
Alana tak menjawab, ia memalingkan wajahnya ke samping. "Kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Kamu yang utama. Bukan yang lain." Erlando terus berusaha untuk meyakinkan Alana istrinya.
"Terakhir!"
"Iya sayang.. I'm promise!" Erlando mencium bibir istrinya lembut, tangannya merapatkan pinggang Alana. Tangan Alana sudah mengalung di leher suaminya. Ia membuka kancing kemeja suaminya lalu membukanya.
Erlando mengukung Alana di bawahnya. Pasutri itu bermain di atas udara. Alana terus meracau menyebut nama sang suami. "Oh shit....sayang kamu semakin s*ksi." Celetuk Erlando yang terus memompa aset berwarna pink itu.
"Argh...!" Erlando mengeluarkan benih benih cintanya di dalam rahim istrinya. Ia membawa sang istri tidur. Namun Alana ingin mandi dulu badannya terasa lengket. Erlando pun mandi bersama istrinya.
Selesai dengan ritualnya keduanya tidur sambil menunggu pesawat tiba. Lain halnya dengan Emil dan Ray yang menikmati pemandangan awan sambil menyeruput kopi.
"Gimana dengan Jessica?" Tiba tiba Emil menanyakan itu pada Ray. "Dia sudah masuk p*njara. Semuanya aman untuk saat ini. Semoga tidak ada lagi ancaman." Jawab Ray yang diangguki Emil.
Keduanya mengobrol santai, Ray juga menceritakan soal istri dan anaknya. Mereka sudah seperti sahabat lama yang jarang bertemu.
-
-
-
Mereka sudah sampai di tempat tujuan. Emil dan Ray sudah menurunkan koper koper majikannya. Alana dan suaminya berjalan duluan menuju kamar.
"Wow indahnya...." Alana merentangkan kedua tangannya saat menatap lautan yang luas membentang dari kamarnya. Erlando memeluk perut istrinya dan mencium lehernya.
"Kita nikmati honeymoon ini... Jangan pikirkan macam macam lagi sayang. Aku hanya milikmu." Ucap Erlando dengan suara paraunya di telinga istrinya.
Bulu kuduk Alana merinding, suaminya mampu meluluhkan hasratnya. Ia berbalik dan menyambar bibir sang suami dengan penuh nafsu.
Mereka benar benar menikmati bulan madunya tanpa memikirkan masalah yang sudah terjadi. Bercinta di dalam kolam renang membuat keduanya semakin membara.
-
-
-
Hari ini tepat surat penangkapan untuk Jessica sudah di keluarkan oleh pihak berwenang. Pak Angga dan anak buahnya sudah ke rumah Jessica.
Saat penangkapan Jessica menangis histeris, begitu pun ibunya yaitu Sinta. Suaminya pun menangis melihat istrinya dibawa.
Kejadian hari itu mendapat perhatian dari para tetangga dan RT disana. Sinta sampai pingsan dan di bawa ke klinik setempat oleh tetangga di sana. Vino tak berpikir lagi ia langsung pergi menuju ke rumah orang tua Alana.
"Jessica, tunggu aku! Aku akan memperjuangkan mu." Lirih Vino di dalam mobil.
Tak lama mobil Vino sampai di kediaman Dewantara. Ia sudah dipersilahkan masuk oleh mbok Sumi. Lalu mbok Sumi memanggil orang tua Alana.
Kebetulan di sana Athala dan Zena masih ada di sana karena Zena baru melahirkan. "Anda siapa?" Tanya Athala.
"Saya Vino, saya ingin bertemu dengan pak Alarich dan bu_"
"Ada apa ke sini?" Tanya papih Alarich yang baru datang dengan istrinya.
Vino langsung menghampiri orang tua Alana dan memohon agar Jessica di bebaskan. "Tolong bu Aleesya, biar saya yang menggantikan Jessica di dalam sana. Kasihan ibunya. Tolong saya mohon." Lirih Vino dengan wajah sendunya.
Vino berlutut di hadapan keluarga Alana. Ia rela menjatuhkan harga dirinya demi Jessica. "Bangun Vino, kami bukan Tuhan. Kita tunggu Alana pulang. Semua keputusan ada di Alana. Hanya dia yang bisa mencabut tuntutannya." Ucap mamih Aleesya sambil membawa Vino berdiri.
"Saya minta maaf atas segala kesalahan Jessica dan bu Sinta, serta kesalahan saya. Tolong bu Aleesya_"
"Kamu enggak dengar mamih saya bilang apa?" Celetuk Athala ketus. "Mas jangan gitu...kasihan dia." Tutur Zena yang menenangkan suaminya.
Papih Alarich mengajak Vino bicara di ruang kerjanya. Athala ikut menemaninya. Di dalam sana Papih Alarich bilang pada Vino agar datang lagi seusai Alana pulang dari bulan madunya.
Athala meminta Vino bersabar karena bagaimana pun juga semua keputusan ada di tangan Alana. Karena adiknya yang menjadi korban. Vino mengangguk ia akam datang lagi setelah Alana dan suaminya pulang.