Tujuh dunia kuno berdiri di atas fondasi Dao, dipenuhi para kultivator, dewa, iblis, dan hewan spiritual yang saling berebut supremasi. Di puncak kekacauan itu, sebuah takdir lahir—pewaris Dao Es Surgawi yang diyakini mampu menaklukkan malapetaka dan bahkan membekukan surga.
Xuanyan, pemuda yang tampak tenang, menyimpan garis darah misterius yang membuat seluruh klan agung dan sekte tertua menaruh mata padanya. Ia adalah pewaris sejati Dao Es Surgawi—sebuah kekuatan yang tidak hanya membekukan segala sesuatu, tetapi juga mampu menundukkan malapetaka surgawi yang bahkan ditakuti para dewa.
Namun, jalan menuju puncak bukan sekadar kekuatan. Tujuh dunia menyimpan rahasia, persekongkolan, dan perang tak berkesudahan. Untuk menjadi Penguasa 7 Dunia, Xuanyan harus menguasai Dao-nya, menantang para penguasa lama, dan menghadapi malapetaka yang bisa menghancurkan keberadaan seluruh dunia.
Apakah Dao Es Surgawi benar-benar anugerah… atau justru kutukan yang menuntunnya pada kehancuran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Suasana arena seakan runtuh dalam keheningan yang menyesakkan. Ucapan Ling Yanshan menggema seperti palu baja, mengikat semua orang dalam keraguan. Xuanyan berdiri sendirian di tengah tatapan ribuan pasang mata, sebagian dengan ketakutan, sebagian dengan rasa penasaran, namun sebagian besar dipenuhi kecurigaan.
Bisikan-bisikan semakin membesar. Bagaikan bara api yang dikipasi, rumor itu berubah menjadi kobaran api fitnah.
Tianyao sudah hendak melangkah maju, auranya mulai bergolak. Namun sebelum suaranya sempat menggelegar, tiga elder sekte berdiri hampir bersamaan.
Elder Fang Mo, yang wajahnya sejak tadi sudah masam, mengangkat tangannya. “Patriark, aku pun merasa ada yang janggal. Bocah itu mustahil mencapai Qi Refining tanpa teknik terlarang. Ini bisa mengancam keselamatan kita semua.”
Elder Zhao Kun menambahkan dengan suara tajam, “Sekte ini harus dijaga dari pengaruh iblis. Jika benar dia memakai metode kotor, kita tidak bisa menutup mata hanya karena belas kasihan.”
Dan Elder Sun Wei menggelengkan kepala sambil tersenyum getir. “Benar. Bahkan jika dia jenius, kecurigaan sebesar ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Demi sekte, demi masa depan… semuanya harus jelas.”
Tiga suara berat itu jatuh bersamaan. Seakan langit pun menghakimi Xuanyan.
Xuanyan tetap berdiri tegak, meskipun tatapan ribuan mata menusuk tubuhnya seperti ribuan bilah pedang.
Tiba-tiba, tawa keras meledak, memecah ketegangan.
“Hahahahaha!!”
Semua mata terarah pada Xuanyan. Tubuhnya sedikit membungkuk karena tertawa, namun sorot matanya dingin, penuh penghinaan.
“Apakah kalian semua sudah gila…? Hanya karena tidak terima hasil ini, kalian mulai menggonggong seperti anjing lapar?”
Kata-katanya menusuk tajam, membuat wajah Fang Mo, Zhao Kun, dan Sun Wei langsung memerah karena marah.
Xuanyan melangkah maju beberapa langkah, tatapannya tertuju pada Jianyu yang terbaring di pelukan Yanshan, tubuhnya sudah setengah membeku.
“Lihatlah baik-baik anak kesayanganmu itu, Yanshan. Bahkan jika aku tidak membunuhnya sekarang, ia akan mati perlahan. Es surgawi sudah melumpuhkan dantian dan saluran Qi-nya. Jika tidak mati, ia hanyalah bangkai hidup seumur hidupnya.”
“KAU!!!” Yanshan meraung, auranya bergejolak seperti badai.
Namun sebelum ia sempat maju, Xuanyan mengangkat tangannya dan berkata dengan nada dingin, “Dan satu hal lagi. Jika kau masih berani menuduhku menggunakan teknik iblis… kenapa tidak kau buktikan sendiri?”
Arena terdiam. Semua orang membeku, napas mereka tercekat.
Tianyao maju selangkah, matanya melebar. “Xuanyan! Cukup! Jangan bodoh!”
Namun Xuanyan menoleh pada pamannya itu, senyum tipis muncul di wajahnya. “Patriark, bukankah sudah cukup mereka menginjak-injak martabat keluarga kita? Hari ini… semuanya harus diselesaikan.”
Suara Xuanyan dalam, penuh ketegasan.
“Dengan inner art.”
Kata-kata itu membuat arena seolah terhantam petir.
“Inner art?!”
“Dia gila! Itu duel jiwa, lebih berbahaya dari sekadar pertarungan fisik!”
“Bagaimana mungkin Xuanyan yang baru masuk Qi Refining bisa menantang Ling Yanshan yang terkenal ahli dalam inner art?!”
Yanshan terdiam sejenak, lalu tawa dinginnya menggema. “Inner art? Hahahaha… dasar bocah tolol. Apakah kau bosan hidup? Kau benar-benar ingin mati di tanganku?”
Xuanyan menggeleng pelan. “Tidak, paman. Justru aku akan menunjukkan pada semua orang di sini… bahwa Qi-ku murni. Tidak ada iblis di dalamnya. Aku tidak butuh kata-kata, aku akan tunjukkan kebenaran langsung di dalam ranah jiwa.”
Tianyao melangkah cepat, berdiri di samping Xuanyan, wajahnya gelap. “Xuanyan, kau tahu apa yang kau minta? Inner art bukan mainan! Yanshan sudah puluhan tahun mengasah jiwa, kekuatan mentalnya jauh di atasmu. Kau hanya akan menjadikan dirimu mangsa empuk!”
Xuanyan menatap Tianyao dengan tenang. “Percayalah padaku, Patriark. Semuanya akan baik-baik saja.”
Yanshan tersenyum lebar, matanya tajam berkilat. “Bagus… kalau kau memang mau mati, aku akan mengirimmu ke neraka dengan cara yang paling kau sesali!”
Kedua pihak maju. Elder Fang Mo segera mengibaskan tangannya, membentuk formasi perlindungan di arena. Suasana mendadak mencekam. Tidak ada yang bersuara.
Duel fisik bisa menegangkan, tapi inner art… itu adalah duel jiwa. Taruhan bukan hanya tubuh, tapi kesadaran, pikiran, bahkan roh seseorang. Jika kalah… tak hanya mati, jiwa pun bisa hancur tak tersisa.
Xuanyan duduk bersila di lantai arena, napasnya teratur, wajahnya tenang.
Di seberangnya, Yanshan duduk dengan aura yang menekan, senyum sinis melebar di wajahnya.
“Bersiaplah, bocah. Aku akan membuatmu menyesal menantangku.”
Xuanyan menutup mata. “Mari kita lihat, siapa yang akan menyesal.”
BOOM!
Dunia luar menghilang. Kesadaran semua orang hanya bisa melihat dari luar tubuh mereka, sementara jiwa Xuanyan dan Yanshan sudah memasuki ranah spiritual.
Arena spiritual terbentuk. Sebuah ruang tak terbatas, penuh cahaya dan kabut putih, tempat kekuatan jiwa bertabrakan.
Yanshan muncul dengan wujud raksasa, tubuhnya diselimuti aura hitam berkilat, seperti dewa perang yang menindas.
“Hahaha! Ini ranahku, bocah. Di sini, kau hanyalah semut yang akan kugilas!”
Xuanyan muncul dengan wujud sederhana, tubuhnya ramping, wajahnya tetap tenang. Namun di belakangnya, kabut biru keperakan berputar, dingin, murni, memancar bagai cahaya bintang.
Cahaya itu membuat banyak jiwa penonton di luar bergidik, meskipun mereka tak sepenuhnya bisa melihatnya.
“Qi… murni sekali… bahkan tidak ada sedikit pun kotoran…” desis Elder Han Qing dengan mata melebar.
Yanshan mengibaskan tangannya. Seketika ribuan tombak jiwa hitam muncul, menghujani Xuanyan dari segala arah.
“MATILAH!”
BOOM! BOOM! BOOM!
Namun Xuanyan hanya mengangkat tangannya perlahan.
Kabut biru keperakan di sekitarnya berubah menjadi dinding es transparan. Setiap tombak yang mengenai dinding itu langsung membeku dan pecah jadi serpihan.
“Apa…?!” Yanshan terkejut.
Xuanyan membuka matanya di ranah spiritual, sorot matanya seperti dua bintang tajam. “Paman… apakah ini saja kekuatan yang kau banggakan?”
Dengan satu ayunan tangan, kabut biru di belakangnya berubah menjadi naga es raksasa, melesat menabrak Yanshan.
ROAAARRR!
Suara naga itu mengguncang ranah spiritual, bahkan para penonton yang hanya melihat dari luar merasakan getaran di jiwa mereka.
“Na… naga jiwa…?!” Fang Mo tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Yanshan berusaha menekan dengan gelombang demi gelombang serangan jiwa, namun Xuanyan menepis semuanya dengan kekuatan murni, seolah es surgawi melindunginya dari segala kotoran.
Setiap kali serangan Yanshan menghantam, Xuanyan membalas dengan kekuatan yang lebih tajam, lebih dingin, dan lebih murni.
Dan perlahan… penonton mulai menyadari sesuatu.
Aura Xuanyan tidak menunjukkan tanda iblis. Tidak ada kegelapan. Tidak ada kebusukan. Hanya kemurnian yang menusuk jiwa.
Tianyao menggenggam tangan erat-erat, matanya bergetar. “Xuan’er… kau…”
Yueran menutup mulutnya dengan tangan, matanya berkaca-kaca. “Dia… benar-benar menunjukkan pada semua orang…”
Xueya bahkan sudah tak bisa berkata-kata, hanya memandang dengan hati yang berdebar kencang.
Pertarungan jiwa semakin intens. Yanshan mulai tertekan. Napasnya kasar, auranya bergetar tak stabil.
Sementara Xuanyan masih duduk tenang di arena nyata, wajahnya sedikit pucat, tapi matanya tetap terpejam dengan damai.
Di ranah spiritual, naga es raksasa mengelilinginya, kabut biru murni terus berputar, seolah ia adalah pusat dari surga itu sendiri.
“Tidak… ini mustahil… BOCAH!!!” Yanshan meraung, suaranya penuh keputusasaan.
Namun Xuanyan hanya tersenyum dingin, suaranya bergema di ranah spiritual.
“Paman… inilah buktinya. Qi murni… tanpa noda iblis. Jika kau masih tidak bisa menerima… maka biar aku sendiri yang mengubur kesombonganmu di sini.”
Dan dengan satu gerakan tangan, naga es itu melesat menerjang Yanshan dengan kekuatan dahsyat.
Naga es Xuanyan mengaum, kekuatannya melesat bagai badai surgawi, siap menerkam Yanshan yang sudah terdesak. Suara raungan itu mengguncang ranah spiritual, menembus hingga ke dunia nyata, membuat banyak murid sekte menutup telinga mereka dengan wajah pucat.
Namun tepat saat naga es itu hendak menghantam—
BOOM!
Sebuah api menyala dari tubuh Yanshan. Bukan sekadar api biasa, melainkan kobaran merah keemasan yang menyembur seperti gunung berapi yang meledak. Api itu berputar membentuk pilar, lalu menjelma menjadi seekor burung api raksasa dengan sayap menyala yang membentangkan langit spiritual.
“Heavenly Crimson Fire!” raung Yanshan, suaranya menggema laksana dewa api yang turun.
BOOOMMM!!!
Burung api itu menabrak naga es Xuanyan. Api dan es bertubrukan, menimbulkan ledakan besar. Gelombang energi mengguncang ranah spiritual, membuat kabut putih pecah, bahkan beberapa penonton di dunia nyata merasa jiwa mereka bergetar tak karuan.
“Naga es… melawan api surgawi?!”
“Tidak mungkin! Bagaimana Xuanyan bisa bertahan dari itu?”
“Yanshan menggunakan akar spiritualnya, Heavenly Fire… dia benar-benar ingin membunuh keponakannya sendiri!”
Xuanyan tersentak. Tubuh spiritualnya terdorong ke belakang, bibirnya mengeluarkan darah di dunia nyata. Nafasnya terengah, wajahnya pucat. Ia tak menyangka Yanshan akan bertindak sejauh ini.
“Urghh…” Xuanyan menggertakkan giginya, menatap Yanshan dengan tatapan tajam.
Di ranah spiritual, Yanshan tertawa, api di tubuhnya semakin berkobar. “Hahaha! Kau pikir kau sudah menang, bocah? Kau cuma anak kemarin sore! Tidak peduli apa yang kau lakukan, sampah tetaplah sampah!”
Tawa Yanshan bergema, penuh ejekan.
Xuanyan terdiam sesaat. Darah menetes dari sudut mulutnya, namun di mata yang redup itu, sebuah cahaya dingin kembali menyala.
Dengan suara rendah namun mengguncang hati, Xuanyan berkata, “Sampah…? Bahkan jika sampah didaur ulang dengan benar, kualitasnya jauh lebih berharga daripada barang baru yang kau banggakan.”
Arena terdiam. Kata-kata itu menampar wajah Yanshan di depan semua orang.
Xuanyan mengepalkan tangannya, darah masih mengalir dari bibirnya. “Demi membayar semua penghinaan yang kau lemparkan padaku selama ini… demi setiap air mata yang jatuh dari mata ibuku… hari ini aku akan menghancurkanmu!”
ROAARRR!!!
Naga es Xuanyan yang semula retak dan hampir pecah tiba-tiba kembali mengaum. Retakan di tubuhnya menyatu kembali, bahkan sisik-sisik esnya memancarkan cahaya perak biru yang jauh lebih menyilaukan.
Aura naga itu membubung, menembus kabut spiritual, lalu melesat menabrak burung api Heavenly Fire.
Yanshan, yang tadinya penuh percaya diri, tertegun. “Tidak… tidak mungkin… naga itu… bangkit kembali?!”
Tubrukan kedua jauh lebih dahsyat. Api surgawi menyalak, tapi naga es menerobos dengan auman mengguncang. Suhu di ranah spiritual mendadak turun drastis. Api merah keemasan yang biasanya tak terbendung kini dipenuhi lapisan es tipis yang terus menjalar, memadamkan nyalanya sedikit demi sedikit.
“Ngaaahhh!!!” Burung api Heavenly Fire menjerit, sayapnya membeku sebelum akhirnya pecah berkeping-keping.
Naga es Xuanyan menabrak tubuh Yanshan secara langsung.
BOOOOMMMMM!!!
Ledakan es dan api mengguncang seluruh ranah spiritual, memantul hingga ke dunia nyata. Banyak murid menjerit, sebagian jatuh terduduk, wajah mereka pucat pasi karena tekanan jiwa yang terlalu besar.
Di dunia nyata, tubuh Yanshan bergetar hebat. Darah segar menyembur dari mulutnya. Wajahnya memucat, urat-urat di tubuhnya menegang, dan seketika rasa dingin menusuk dantiannya.
“Ughhh!!!” Yanshan memegang dadanya dengan erat. Rasa sakit itu bukan sekadar luka fisik—intinya terasa membeku, aliran Qi-nya terganggu parah.
“Lord Yanshan!!” Fang Mo, Zhao Kun, dan Sun Wei segera melompat mendekat, membantu menopang tubuh Yanshan yang hampir jatuh. Namun wajah ketiganya juga penuh keterkejutan.
“Bagaimana mungkin… Xuanyan bisa menembus Heavenly Fire…?”
“Ini… mustahil…”
Sementara itu, Xuanyan duduk di arena dengan napas terengah. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya, dan darah masih menetes dari sudut bibirnya. Namun matanya… tetap bersinar dingin.
Ia mengusap darah dengan punggung tangannya, lalu berdiri dengan tubuh yang sedikit goyah.
“Ini…” Xuanyan menatap Yanshan yang terengah di pelukan para elder, lalu suaranya terdengar jelas meski lemah, “…sudah berakhir.”
Kata-kata itu jatuh bagaikan palu terakhir yang menghantam keheningan.
Arena seketika hening. Tidak ada yang berani bersuara.
Semua murid, elder, dan tetua sekte hanya bisa menatap Xuanyan—yang baru saja dianggap sampah, kini berdiri dengan aura es surgawi yang menusuk jiwa.
Desas-desus sebelumnya… seakan lenyap begitu saja.
Yanshan, orang yang begitu kuat, jatuh tersungkur, batuk darah, dan inti spiritualnya terganggu. Sementara Xuanyan, meski terluka, masih berdiri dengan tegas, membuktikan kemurnian Qi-nya di hadapan semua orang.
Tianyao menatap Xuanyan dengan mata yang bergetar, dada penuhnya dipenuhi emosi. Ia menggenggam erat tinjunya, nyaris tak bisa menahan rasa bangganya.
Yueran menggigit bibirnya, air mata jatuh di pipinya tanpa sadar. Xueya memandang Xuanyan dengan wajah pucat, namun matanya tak bisa lepas—di balik kelelahannya, Xuanyan terlihat lebih agung dari siapapun di arena itu.
Xuanyan menatap lurus pada Yanshan. Suaranya dingin, namun sarat dengan emosi yang mendidih.
“Semua orang di sini sudah melihat… Qi-ku murni. Tidak ada noda iblis. Semua tuduhanmu… hanyalah fitnah murahan dari orang yang tidak bisa menerima kenyataan.”
Tatapan Xuanyan beralih pada Fang Mo, Zhao Kun, dan Sun Wei yang menunduk canggung.
“Kalian menyebutku sampah… kalian menertawakanku… kalian menuduhku. Tapi hari ini, aku buktikan dengan darah dan jiwa… bahwa aku bukanlah orang yang kalian kira.”
"Aku, Ling Xuanyan telah bangkit!"