NovelToon NovelToon
Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Mengetahui kebenaran identitasnya sebagai anak angkat, tak membuat perempuan berumur 18 tahun itu bergeming. Bahkan kematian ibu angkat dan ayah angkat yang mengusirnya dari rumah, tidak membuatnya membenci mereka. Arumi Maharani, gadis lulusan SMA yang dibesarkan di keluarga patriaki itu memilih mencari jati dirinya. “Aku tunanganmu. Maafkan aku yang tidak mengenalimu lebih awal.” Izqian Aksa. Siapa Izkian Aksa? Bagaimana Arumi menjalani kehidupan selanjutnya? Dan akankah pencariannya mendapatkan hasil? Haloo semuanya… ketemu lagi dengan author.. semoga semua pembaca suka dengan karya baru author…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siti

“Ada tamu.” Kata Aksa yg melihat mobil terparkir di depan rumah Arumi.

“Aku tidak kenal, Kak. Apa mungkin orang numpang parkir?” Arumi merasa asing dengan mobil tersebut.

“Dari plat nomornya, itu plat nomor Kota Pahlawan. Apa ada keluarga dari sana?” Arumi menggeleng.

Aksa memarkir mobilnya sedikit jauh dan turun, lalu membuka bagasi untuk mengeluarkan barang. Arumi dan Karina mengikuti Aksa, membantu membawa barang.

Bi Nuri yang hafal dengan mobil Aksa segera menyambur mereka dan membantu membawa barang.

“Arumi?” Panggil seseorang dengan ragu saat Arumi memasuki rumah.

Arumi melihat sosok di hadapannya dan mengenalinya sebagai Siti, kakak keempatnya. Ia bisa mengenalinya karena Ramlan pernah memperlihatkan gambar Siti kepadanya.

“Mbak Siti?” Siti mengangguk dan segera memeluk Arumi.

Terdengar isakan dari Siti, membuat Arumi berkaca-kaca. Hangat. Itu yang Arumi rasakan. Sama seperti saat Ramlan mengusap puncak kepalanya. “Seperti inikah rasanya mempunyai saudara?” Batin Arumi.

“Ah! Maafkan aku.” Siti melepaskan pelukannya seraya mengusap air matanya.

Arumi menggelengkan kepalanya tanda dirinya tidak keneratan. Setelah Siti melepaskan pelukan, barulah Arumi sadar kalau di ruang tamu tidak hanya ada Siti, melainkan Ramlan dan beberapa orang lainnya.

Ramlan yang melihat kebingungan adiknya, segera mengenalkan suami dan anak Siti. Arumi tersenyum dan menyalami mereka.

Aksa, Karina dan Bi Nuri yang melihatnya memilih menunggu di teras untuk memberikan Arumi waktu.

“Kenapa tidak masuk?” Tanya Ramlan.

“Nanti saja, Kang. Biarkan Arumi menikmati waktunya.” Jawab Aksa.

“Masuk saja! Kalian itu tamu, tidak baik kalau menunggu di teras. Apa itu belanjaan seserahan?”

“Iya, Kang.”

“Apa masih ada lagi? Aku bantu.”

“Ini sudah semua, Kang.”

“Ya sudah. Masuk!”

Aksa mengangguk dan membawa barang belanjaan masuk bersama Karina dan Bi Nuri. Setelah meletakkan barang, Aksa menyalami Siti dan suaminya memperkenalkan diri.

Siti dan suaminya merasa Aksa laki-laki yang bisa dipercaya sehingga mereka tidak mempersulitnya.

“Maafkan aku yang baru bisa mengunjungimu.” Kata Siti setelah semuanya duduk di ruang tamu.

“Tidak apa, Mbak. Aku yang seharusnya berterima kasih karena Mbak Siti mau menerima kehadiranku.”

“Jangan mengatakannya seperti itu! Sudah seharusnya aku menerimamu karena kamu adikku. Aku justru merasa bersalah tidak mengunjungimu lebih cepat. Suamiku tidak bisa menemani karena belum cuti.” Kata Siti seraya menggenggam tangan Arumi.

Siti masih tidak bisa mengendalikan perasaannya sehingga suaranya masih tercekat karena isakan.

“Tidak apa, Mbak.” Arumi tersenyum berharap bisa menghapus rasa bersalahnya Siti.

Lagi pula. Ia juga sedang bahagia karena tidak serta merta dirinya diabaikan keluarga kandungnya.

Banyak yang mereka bicarakan. Dari sana Arumi dan Siti saling mengenal. Sayangnya, waktu sudah malam, sehingga mereka harus menyudahinya.

Malam itu, rumah Arumi dipenuhi penghuni yang menginap. Arumi yang terbiasa sendiri menjdi susah tidur karena perasaannya sedang campur aduk.

Di kamarnya ada Karina dan Bi Nuri yang tidur di lantai. Dua kamar yang lain digunakan Siti dan keluarganya, Ramlan bersama Aksa.

Kak Aksa: Sudah tidur?

Arumi yang mendengar getaran ponselnya menegakkan tubuh dan mengambil ponselnya yang ada di meja.

Arumi: Belum.

Kak Aksa: Apa Bi Nuri mendengkur?

Arumi tersenyum. Apa hubungannya belum tidur dengan Bi Nuri yang mendengkur? Padahal Bi Nuri tidurnya tidak mendengkur.

Arumi: Tidak, hanya belum mengantuk.

Kak Aksa: Sama. Besok, kita masih harus ke toko perhiasan. Selain itu, apa ada yang kamu inginkan?

Arumi: Tidak, Kak. Itu sudah banyak sekali.

Kak Aksa: Tidak banyak. Aku ingin menuruti keinginanmu.

Arumi: Semuanya sudah lebih dari cukup, Kak. Aku tidak mau membebani Kakak.

Aksa berpikir sejenak sebelum membalas. Jika perempuan lain, mungkin akan memanfaatkan kesempatan untuk berbelanja. Tetapi Arumi justru ingin dirinya berhemat.

Sepertinya ia masih harus mengajari Arumi mengekspresikan keinginannya. “Aku akan memanjakanmu nanti!” Batin Aksa.

Kak Aksa: Baiklah. Bisakah tidak berbicara formal denganku? Coba gunakan kata “aku” dan “kamu”, jangan “saya”. Bukankah kita sebentar lagi akan menikah?

Lama Aksa menunggu balasan dari Arumi. 20 menit kemudian Arumi masih tidak membalasnya. Aksa berpikir jika Arumi sudah terlelap, sehingga ia juga meletakkan ponselnya dan memejamkan mata.

Keesokan paginya.

Saat Arumi bangun untuk sholat subuh, Siti keluar dari kamar mandi. Tak lama kemudian semua orang terbangun hingga suasana tidak lagi sepi.

Bi Nuri segera membuatkan minuman seperti kopi dan teh untuk semua orang. Arumi yang sudah selesai sholat juga membuat pisang goreng. Pisang itu ia dapat dari Puji yang memanen kebun.

Siti membantu adiknya sambil berbincang. Dari sana Arumi tahu masing-masing karakter keluarganya.

“Bagaimana wajah Bapak?”

“Jika kamu melihat Kang Lan, dia adalah versi muda Bapak dan kamu adalah versi perempuan mereka.”

“Bagaimana dengan yang lain?”

“Yang lain rata-rata mengikuti gen Emak.”

Mendengar kata Emak, Arumi kembali ingat dengan pertemuannya. Raut wajahnya sedikit berubah karenanya.

Siti yang melihat perubahan kecil itu tahu jika adiknya sedang bersedih.

“Kangan sedih. Meskipun mereka tidak menerimamu, ada aku dan Kang Lan. Kamu tidak sendiri, apalagi sebentar lagi kamu akan menikah. Aksa sepertinya sangat menyayangimu. Bagaimana kalian bisa kenal? Coba ceritakan!” Kata Siti mengalihkan pembicaraan.

Arumi menceritakan pertemuannya dengan Aksa dan kejadian masa kecil yang membuat Aksa mencarinya. Sebenarnya Arumi tidak ingat, samar-samar ia hanya ingat pernah mengenal anak laki-laki yang lebih besar darinya. Tetapi tidak ingat siapa.

Selesai bercerita, pisang goreng mereka sudah siap. Segera Siti menyajikannya untuk para laki-laki yang ada di ruang tamu. Sementara para perempuan menikmati pisang goreng di dapur.

Bi Nuri meminta Arumi dan Siti untuk tetap menikmati pisang gereng, sementara beliau memasak sarapan dengan bahan yang ada.

Arumi dan Siti kembali bercerita bersama Karina sebagai pendengar setia.

“Apa kamu keberatan jika aku memintamu menceritakan masa kecilmu?” Tanya Siti.

Ia penasaran karena Ramlan tidak bercerita banyak. Ia hanya tahu kalau keluarga angkat Arumi mengusirnya setelah ibu angkatnya meninggal.

Arumi mengangguk. Ia menceritakan masa kecilnya. Tetapi ia menutupi kenyataan jika abi dan neneknya memperlakukannya dengan dingin.

Ia hanya mengatakan jika keluarga angkatnya memperlakukannya dengan baik. Alasan dirinya diusir karena abinya membawa istri kedua masuk ke dalam rumah. Istri dan anaknya tidak nyaman dengan kehadiran Arumi, makanya mereka meminta Arumi keluar dari rumah.

“Kamu sudah mengalami banyak hal.” Siti mengusap pipi Arumi dengan mata yang berkaca-kaca.

“Aku bersyukur, Mbak. Dengan begitu, aku jadi tahu kalau aku mempunyai keluarga kandung. Meskipun tidak seperti yang aku harapkan, aku tetap bahagia.” Arumi tersenyum.

“Jangan paksakan senyummu untuk menyenangkan hati orang lain! Jika sedih, kamu bisa menangis, jika marah atau kecewa kamu bisa mengungkapkannya. Senyummu hanya akan menutupi lukamu. Jangan pendam sendiri! Kamu bisa mengatakan semuanya kepadaku atau Kang Lan. Saat menikah nanti, jika kamu tidak bisa mengatakannya kepada Aksa, kamu masih bisa mencariku untuk berbagi.”

Mendengarnya, Arumi segera memeluk Siti. Hatinya menghangat. Arumi yang terbiasa memendam semuanya sendiri, merasakan kasih sayang Siti.

“Terima kasih, Ya Allah.”

.

.

.

.

.

Hari ini hanya sempat satu bab… Selamat membaca…

1
Sunaryati
Semakin menarik, umur boleh muda, walau bau kencur ternyata pikiran dan perilakunya sudah matang, dewasa, tegas, dan punya wibawa.
indy
semoga cepat sehat kembali
Sunaryati: Semoga segera sehat Thoor, agar bisa menghibur pembaca
Meymei: Aamiin…
total 2 replies
indy
sweet...
indy
Rezeki anak solehah
Susanti
lanjut
indy
lanjut kakak...
indy
akhirnya... arumi jangan insecure lagi
Susanti
selamat dah gol /Smile/
Susanti
semoga samawa arumi
indy
semoga Arumi bahagia... lanjut kakak
indy
Abi Aji sudah menyadari sikapnya ke arumi. emak menyusul
Sunaryati
Ada ya orang tua seperti itu
Sunaryati
Semoga lancar Aksa, dan semoga kau bisa membahagiakan Arumi dan menerima apa adanya
indy
semangat arumi. makasih kakak...
Sunaryati
Terimakasih Thoor triple up, semoga pernikahan Arumi lancar dan Aksa tidak mempermasalahkan himen, Arumi
Sunaryati
Semoga awal untuk meraih kebahagiaan kamu dan penyesalan ayah angkatmu dan klgnya
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
semoga siti jadi kakak yanf baik
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Arumi bukan saingan siapa- siapa Rin, Arumi sebentar lagi menikah dan mengikuti suaminya. Kamu leluasa menggoda Dwi.
Sunaryati
Siapa juga yang iri sama Arumi, apa orang bertamu tak boleh ditemui walau hanya di terss. Aneh semoga tak terjadi apapun pada Srumi
indy
syukurlah siti mau mencari arumi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!