Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.
Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.
Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terdamparnya Ling Xi Di Wilayah Utara
Fajar menyingsing, dan pagi yang dinanti-nantikan Jian Li pun tiba. Ling Xi berjalan dengan pandangannya lurus ke depan menuju aula utama untuk menghadap Kaisar yang tak lain adalah ayah dari Jian Li, untuk mengutarakan sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan keadilan dari ayahnya sendiri.
Jian Li yang sudah rapi dan menawan berdiri di sana bersama kedua adiknya, sang pangeran kedua dan pangeran ketiga. Ketiganya tampan nan gagah, namun Ling Xi tidak sedikit pun menoleh ke mereka.
Ling Xi tiba di hadapan Kaisar, memberikan salam hormat.
"Jadi ini putri Tuan Ling Yuan, yang bernama Ling Xi?" tanya Kaisar, suaranya penuh kebijaksanaan.
"Benar, saya Ling Xi, putri dari Tuan Ling Yuan, Yang Mulia."
"Saya datang ke sini karena ada hal yang harus disampaikan langsung kepada Yang Mulia. Saya memohon agar Yang Mulia membatalkan rencana kunjungan ke Kediaman Ling. Ini adalah langkah terbaik untuk menghindari kegaduhan di masyarakat luas, karena saya...tidak bersedia untuk menikah dengan Tuan Muda Putra Mahkota."
Kaisar terdiam sejenak, menatap Ling Xi dengan mata penuh penilaian. Namun alih-alih murka, seulas senyum terukir di wajahnya.
"Aku mengerti alasanmu datang ke sini, Ling Xi. Sebelumnya aku ingin berterima kasih atas buah tangan yang kau berikan tempo hari. Ada buah persik dewa dari kebun utara, teh bunga seribu tahun dari Gunung Langit, acar plum, serta yang paling aku suka lukisan bunga teratai. Apakah lukisan itu kau yang membuatnya?"
"Benar, Yang Mulia."
"Bagus sekali. Aku menyukainya."
"Senang mendengarnya disaat lukisan terasa tidak ada apa-apanya dimata sebagian orang, namun ternyata ada juga mengerti keindahan yang sedang berusaha saya sampaikan."
Kaisar terkekeh ringan, "Itu artinya sebagian yang melihat lukisanmu tidak ada apa-apanya, mereka tidak tahu seni."
Jian Li, Pangeran Kedua, dan Pangeran Ketiga tidak bisa menyembunyikan kekaguman mereka saat Ling Xi berbicara dengan sang ayah.
Setelah pujian tentang lukisan, Kaisar menghela napas panjang. Ia sedang mempertimbangkan sesuatu yang sangat rumit.
"Ling Xi, kamu sungguh gadis yang berani dan unik. Sebenarnya aku sudah tahu bahwa kamu akan datang hari ini. Jujur saja, hal itu tidak mengejutkanku sama sekali, karena aku meyakini kau tidak setuju menikah dengan Jian Li setelah apa yang dia lakukan terhadapmu."
"Sebenarnya," lanjut Kaisar, "Sejak kau memberiku buah tangan, aku sudah menyukaimu sebagai calon menantu. Tapi sayangnya putraku malah memilih putri lain dari Tuan Ling Yuan untuk dijadikan istri. Kau tahu Ling Xi, saat itu aku berharap putraku salah berucap dan suatu saat nanti pilihannya akan berubah kepadamu. Benar saja. Jian Li salah mengenali gadis pujaannya." Kemudian Kaisar terkekeh menertawakan kebodohan Jian Li.
Entah kenapa Ling Xi merasakan perasaan yang tidak enak, perasaan bahwa keberhasilan tidak berpihak padanya.
"Aku memujimu karena keberanianmu datang langsung ke sini. Jarang sekali ada gadis yang berani menantang takdir, apalagi menentang kehendak Putra Mahkota."
"Namun," lanjut Kaisar, nadanya berubah lebih serius, "pernikahan ini bukan hanya kehendak Jian Li saja, ini juga kehendak diriku. Ini adalah kehendak kerajaan. Kamu adalah putri dari menteri istana Nanshu, Tuan Ling Yuan, yang sangat kuhormati. Pernikahan ini akan menyatukan dua kekuatan besar antara Donghai dan juga Nanshu. Ini akan membawa stabilitas dan kesejahteraan bagi rakyat. Ini adalah takdirmu, Ling Xi."
Ling Xi hanya diam, menundukkan kepalanya. Dibalik kebaikan Kaisar, ia bisa merasakan ada tembok tidak terlihat yang menjebaknya. Ditambah suara hati Kaisar tidak di dengar oleh Ling Xi. Wanita itu penasaran, apakah ini memang kemauan Kaisar sendiri atau sudah campur gangan Jian Li.
Apa Kaisar tidak pernah berbicara dalam hati?
"Saya mohon, Yang Mulia, apakah tidak ada cara lain? Saya tidak bisa menikah dengan Putra Mahkota. Ada banyak putri lain yang lebih pantas dari saya."
Kaisar tersenyum tipis. "Putri-putri lain memang pantas, Ling Xi. Tapi hanya kamu yang kuinginkan. Tidak hanya Jian Li, aku pun juga menginginkanmu sebagai menantuku. Bagiku, kamu adalah permata yang paling indah di seluruh kekaisaran."
Apa tidak ada yang berfikir bagaimana dengan luka di hatiku? Apa Kaisar ini berfikir dengan tahta, harta, dan kekuasaan bisa membayar apa yang Jian Li lakukan? Aku tidak tahan lagi, aku ingin mengutarakannya saja lalu setelah ini aku akan kabur.
"Maaf sebelumnya, Yang Mulia. Dari penuturan Anda barusan, bukan tidak mungkin apa yang Jian Li lakukan terhadap saya sudah Anda ketahui. Jika saya dipaksa untuk menerimanya, bukankah itu tidak adil untuk saya? Lalu, apa konsekuensi yang akan diberikan padanya?"
Semua orang terperangah. Tak ada yang menyangka Ling Xi seberani itu bahkan sampai menyebut nama Jian Li tanpa embel-embel putra mahkota.
"Jian Li akan kuminumkan ramuan pelemah tubuh. Jika ia meminumnya, seluruh kekuatan tenaga dalamnya akan lenyap. Sebagai putra mahkota dan penerusku, untuk mendapatkannya kembali ia harus berlatih keras dari awal, mungkin bertahun-tahun lamanya. Itulah konsekuensi yang harus ia tanggung karena telah menyakitimu, Ling Xi. Sedangkan untuk keadilanmu, kau akan mendapat kelimpahan apapun."
Apa ini? Benar-benar tidak waras! Batin Ling Xi.
Tanpa menunggu balasan, Kaisar segera memerintahkan kasim membawa wadah berisi ramuan tersebut. Jian Li melangkah maju dan meraih wadah itu. Ling Xi mendengar suara hati orang-orang sekitar, semua meyakini itu adalah air kutukan yang benar-benar bisa menyedot tenaga dalam seseorang. Bahkan permaisuri, dalam hati menggumam lirih bahwa ia tidak tega melihat putranya dibuat lemah.
Saat bibir Jian Li hampir menyentuh tepi wadah, Ling Xi menghadangnya hingga cairan itu tumpah semuanya. Ia menatap tajam, tidak ingin Jian Li melakukan itu karena ia tidak mau berhutang apapun padanya.
"Yang Mulia, saya tetap pada pendirian. Saya tidak akan menikah dengan Jian Li. Saya rasa, perbincangan ini cukup sampai di sini. Saya mohon pamit."
Ling Xi berbalik hendak lari, namun langkahnya langsung dihadang para prajurit. Ia dengan cepat menabur bubuk gatal dari ruang Fengyun ke arah mereka. Seketika para prajurit sibuk menggaruk tubuh, memberi celah bagi Ling Xi untuk lolos.
Ia terus berlari. Di luar, A Mei sudah menabur bubuk ngantuk membuat para pengawal tertidur di tempat, hingga membuat Kaisar dan para bangsawan terperanjat melihat prajurit mereka tumbang serentak.
Ling Xi berlari ke kiri, dihadang Pangeran Kedua. Berlari ke kanan, Pangeran Ketiga sudah menunggu. Ia mencoba maju ke depan namun Jian Li menghadang jalan. Saat ia berusaha menghindar, Jian Li melayang cepat, menangkap tubuhnya.
Kali ini Ling Xi sudah menyiapkan segalanya. Ia menyemprotkan air cabai ke mata Jian Li. Pemuda itu meringis perih, dan dalam kesempatan itu Ling Xi memegang bandul kalungnya seraya memejamkan mata.
Dalam sekejap, tubuhnya lenyap masuk ke dalam ruang Fengyun.
Ia berhasil lolos. Tapi ingatan tentang A Mei membuat ia kepikiran. Pasti pelayan setianya itu sudah tertangkap. Saat Ling Xi masih diam di ruang Fengyun, menetralkan nafasnya yang cepat, tubuhnya mendadak terhempas keluar kembali seolah-olah ruang itu sedang menolaknya. Padahal itu adalah efek samping dari penawar air kejujuran tempo hari yang rupanya sudah mulai bekerja.
Ketika tersadar, ia sudah terdampar di tengah keramaian pasar rakyat di Kerajaan Dong, jauh dari kejaran istana Donghai.
Seperti di wilayah utara. Gumam Ling Xi sambil melirik ke sekitar.
Di sana sebuah kerumunan besar menarik perhatiannya. Seseorang tengah berdiri di atas panggung sederhana, berorasi lantang di hadapan rakyat.
"Ada apa itu?"
.
.
Bersambung.
keselamatan rakyat dan pengawal
juga penting
pilihan bijak
/Determined//Determined//Determined/
Luka api
pasti panas dan sakit