Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”
“Sederhana. Pernikahan.”
Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.
“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.
Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”
Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?
CHAPTER 35 (The End)
Chapter 35
Masa Kini
POV – Islana
Untung saja Omar berhasil membuat Ibu aku balik ke dalam mobil. Aku jadi tidak perlu keluar dan buat keributan di depan semua orang.
Kai tidak membahas apapun di depanku. Dia cukup mengerti topik keluargaku adalah topik yang sangat tidak aku inginkan.
“Bakal ada dokter nanti di rumah kita.”
“Aku nggak apa-apa kok, Kai. Cuman capek aja.” Aku cuman butuh istirahat panjang.
Kai tetap kekeh dan meminta dokter itu sudah ada pada saat kita sampai nanti. Aku tau Kai cukup keras kepala soal kesehatanku. Dan benar saja saat kami sampai di rumah kami – rumah kami yang di sebelah danau – dokter wanita sudah ada di sana.
Dokter itu mengecek semuanya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelah semuanya menunjukkan aku baik-baik saja, wajah Kai dua kali lebih bahagia.
Setelah dokter pergi, Kai memintaku untuk bicara hal-hal penting. Apa ini tentang Ibu?
Tapi Kai memintaku untuk istirahat dulu sampai aku sudah mendapat cukup tidur, dia baru bercerita. Karena sudah tidak punya energy lagi akhirnya aku merebahkan badanku setelah semua tirai tertutup dan Kai memastikan suhu di ruangan membuatku nyaman.
Tidak lama kemudian aku tidur dengan cepat dan melepaskan semua masalahku untuk diselesaikan nanti.
***
“Berapa hutang Ibu kamu?”
“Kenapa?” Aku mengambil anggur di piring. Kai membawaku ke balkon di sore hari dan menyediakan dua belas buah-buahan.
Dua belas!
Dia memang laki-laki paling berlebihan yang pernah aku temui.
“Berapa, Isla?”
Aku melihat air yang tenang di bawah sana. “Satu milyar.”
Aku kira Kai akan kaget tapi dia tidak bergeming. “Aku bakal lunasin buat kamu.”
Aku menaruh anggur dengan tangan bergetar di piring. “Kai,”
“Setelah itu, aku bakal kasih tempat tinggi buat mereka berdua yang jauh dari sini.”
Kai.
Aku tidak tahu kalau dia bisa melakukan ini.
Mana ada laki-laki yang melakukan ini tanpa cinta. Dia benar-benar menunjukkan tugasnya sebagai suami.
Aku mau berkata apa lagi? Aku hanya bisa memeluknya. “Makasih, Kai. Kamu nggak perlu ngelakuin ini sebenernya. Dia nggak pantas dapetin semua ini.”
“Ini demi kamu sama keluarga kamu juga.” Kai menambahkan.
Aku memeluknya lagi. Sekarang satu hal yang perlu aku lakukan adalah menjadi istri yang baik untuk seorang Kai. Dengan pengorbanannya untuk menyelamatkan aku dari Oza dan membayar semua hutang Ibu yang bukan kewajiban dia, aku hanya bisa merasa bersyukur memiliki dia.
***
Lima tahun kemudian…
“Jangan lari-lari, Zaha!” Aku berlari berusaha menangkap anak pertamaku.
Zaha yang sudah lincah berbicara masih tidak berhenti. Sementara aku hanya bisa berhenti setiap beberapa meter untuk mengambil napas. “Zaha berhenti, nak!”
Zaha hanya tertawa dan turun ke bawah melalui tangga. Aku masih berlari untuk mengejarnya tapi ketika aku sampai di pangkal tangga dan melihat Kai sudah ada di bawah untuk menangkap Zaha.
Di mata Kai, Zaha adalah segalanya. Selain anak kami yang baru lahir satu bulan yang lalu. Anak laki-laki bernama Dima.
Kai mengambil Zaha dan menggendongnya. Mereka berdua tertawa bersama dan entah apa yang mereka sedang bicarakan. Aku lalu berjalan turun. Memeluk mereka berdua.
“Anak cantik, kenapa kamu larian terus sih? Kasian mama kamu nanti tambah kurus?”
“Apa kurus? Aku gemuk kali…sengaja ya?”
Kai menahan tawa dan mencium kening Zaha.
Aku tau kalau pertemuan kami memang tidak biasa. Tapi aku tidak akan menukar kehidupanku dengan orang lain. Aku mencintai semua kekurangan dan kelebihan di hidupku.
Aku harap semua orang bisa berbahagia meskipun di hidupnya juga dipenuhi dengan luka…
...THE END...