Cassia adalah seorang gadis periang & cantik, ia disayang oleh semua orang sampai-sampai tak ada rasa sedih & sepi yang pernah hinggap dihatinya..
Sampai suatu ketika matanya tidak dapat melihat, dosa apa yang Ia lakukan sampai mendapatkan cobaan terberat dihidupnya..
Akankah Ia dapat melihat lagi & dapatkah Ia menerima cobaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiaro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Aku meraba dan mencari tempat untuk bersandar, ada apa dengan mataku, kenapa sakit sekali dan menjadi buram, cepat-cepat kuambil ponselku dan orang yang paling ingin kutemui adalah Dion, maka akupun meneleponnya.
Tuttt.. Tuttt... Tuttt...
"Halo Cantik.. Sorry gua ga balas pesan loe, gua lagi sibuk!". Ucap Dion diseberang sana.
"Dion tolong aku!"
"Loe kenapa cantik?"
"Dion tiba-tiba saja mataku buram aku gak bisa lihat, aku.. aku.. gak tau kenapa"
"Loe dimana sekarang gua kesana"
"Aku ada di dekat sungai diseberang mall Z"
"Ok tunggu gua jangan kemana-mana!"
Apa yang terjadi pikirku kenapa dengan mataku..
Mama papa tolong aku, teriakku dalam hati.
Setelah aku menunggu Dion hampir satu jam lamanya akhirnya Dion datang.
"Cantik... mata loe masih buram?"
"Iya Dion aku gak tau ini kenapa" Lalu tiba-tiba air mataku mengalir tanpa henti.
"Ok sudah, loe ikut gua yah, sini pegang tangan gua."
Aku mengikuti Dion sambil melihat jalan yang tampak buram, lalu Dion membawaku sampai ke mobilnya, aku naik ke mobilnya dan aku merasa aku tak salah karena memilih Dion, saat aku membutuhkan pertolongan, Dion hadir di sisiku, jadi mungkin saja perempuan yang dimaksud Casen adalah temannya Dion, kadang teman berlainan jenis bisa dijadikan salah paham oleh orang lain.
"Uda tenang aja loe sekarang kan ada gua"
Aku hanya mengangguk sebagai tanggapan.
"Dion sekarang kamu sedang mengantarku pulang kan?"
"Bukan, sebentar aja kita mampir dulu ke apartemen gua"
Apartemen Dion, pikirku. Ternyata Dion orang yang terbuka, mestinya aku bisa lebih bersikap berani lebih awal, jadi aku bisa mengenal Dion lebih dalam.
"Baiklah jawabku".
Kami masing-masing diam di dalam mobil tidak ada yang berbicara, hanya mendengarkan suara radio dan deru jalanan.
"Ok kita sudah sampai" Ucap Dion tiba-tiba.
Lalu Dion membawaku bersamanya, aku melihat dengan samar gedung apartemennya, kamipun masuk ke dalam lift dan sampai juga di unit apartemen Dion.
Aku masuk dan mencium aroma parfum, parfum ini parfum wanita, kenapa rasanya wanginya familiar yah, setelah itu Dion menuntunku untuk duduk di sofanya.
"Apartemen mu wangi" Ucapku ingin tau apa jawaban Dion.
"Iya gua selalu menyemprotkan parfum wanita agar tidak ada wanita yang berlama-lama disini, karena gua selalu bilang kalau gua punya seorang wanita" itulah jawaban Dion, entah itu jawaban yang kuinginkan atau tidak.
"Jadi kau adalah laki-laki yang setia Dion"
"Tentu saja, gua selalu setia dengan satu perempuan"
"Malam ini loe tidur disini aja"
Deg deg deg.. Detak jantungku begitu cepat, apa aku harus menginap? Berarti aku berdua saja dengan Dion.
"Cantik, mungkin mata loe buram karena loe jarang pake tetes mata jadi mata loe iritasi, kalau engga sekarang loe pake dulu tetes matanya siapa tau setelah loe tidur, mata loe besok uda pulih" Ucap Dion meyakinkanku.
Akupun menurut dan meneteskan tetes mata itu pada mataku.
"Hmm... Dion.. "
"Ya kenapa?"
"Tapi apakah hmm... Kita nanti tidur... Hmm.. "
"Bersama maksud loe?"
"Gak lah.. Kita kan bukan suami istri jadi gak mungkin kita tidur bersama, nanti gua tidur di sofa aja, loe tidur di kasur gua!".
"Oh... "
Aduh.. Malu banget kaya yang aku ngarep gitu ngambil kesempatan di kesempitan.
"Hmm... "
"Napa loe ngomong aja gak usah ragu-ragu anggep rumah sendiri".
"Dion hmmm.. Bisakah aku meminjam bajumu untuk tidur?"
"Oh bentar gua ambilin dulu"
Cassia inget kamu itu lagi kesusahan sekarang ga usah mikir yang aneh-aneh deh...
"Hei ini bajunya, gua tutup pintunya jadi loe bisa tuker baju dan istirahat, gua tinggal yah"
Bayangan Dion keluar dari kamar dan menutup pintunya, aku dengan hati-hati sambil melihat kearah pintu aku mengganti pakaianku.
Setelah menukar pakaianku aku memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhku terutama mataku.
Aku tidak bisa tidur padahal aku sudah memejamkan mataku, rasanya gelisah sekali saat kubuka mataku kenapa masih buram, besok aku harus memeriksakan mataku ke rumah sakit.
Kenapa Nora tidak mencari ku yah, apakah Nora pikir aku sedang bersama Claudia.
Sayup-sayup kudengar sepertinya Dion sedang berbicara dengan seseorang tapi tidak begitu kedengeran, akhirnya aku memutuskan untuk mendekatkan diriku untuk menguping, padahal itu bukan kebiasaanku tapi aku benar-benar ingin tahu dengan siapa Ia sedang berbicara.
"Iya kulihat tidur.. "
Brukkk... Aku menabrak sebuah meja dan barang diatas meja jatuh semua kelantai, jadi aku membuat suara keributan yang menunjukan keberadaan ku. Aiissshhh.. Gimana sih aku, pekikku dalam hati
Kudengar suara langkah kaki Dion mendekat kepadaku.
"Dion Dion..." Aku memanggil Dion agar tidak ketahuan.
"Hey kamu bangun?"
"Dion mataku masih buram dan aku ingin ke toilet, bisakah kamu membantuku?"
"Oh baiklah"
Dion menuntunku ke arah toilet dan aku mengikutinya ke arah toilet agar Dion tidak curiga kepadaku.
"Terima kasih"
"Loe bisa sendiri?"
"Aku akan mencobanya Dion gak mungkin kan aku minta kamu nemenin aku disini."
Setelah itu Dion keluar dari toilet, jantungku masih berdebar karena takut ketahuan menguping, dengan siapa Ia berbicara dan aku hanya mendengar sedikit saja.
Setelah keluar dari toilet, Dion menuntunku kembali ke dalam kamar.
"Gimana mata loe? Masih buram kalo liat?" Tanya Dion sambil menuntunku ke ranjang
"Iya masih, besok kamu bisa anter aku ke rumah sakit? Aku mau cek ada apa dengan mataku".
"Ok ya uda istirahatlah"
Segera setelah Dion meninggalkan kamar dan merapikan barang-barang yang kujatuhkan, aku mencoba mengistirahatkan badanku dan menutup mataku agar tertidur tapi aku terlalu takut untuk tidur, apa yang terjadi dengan mataku.
Setelah tidak bisa tidur sampai larut malam, akhirnya aku kelelahan dan tertidur.
Aku bangun dan mulai ketakutan karena mataku tetap buram, aku tidak mengerti apa yang terjadi padaku, jangan-jangan aku tidak bisa melihat, tiba-tiba aku menjadi panik dan mencoba untuk keluar kamar, tapi aku malah menabrak setiap barang dan akhirnya menabrak tembok.
"Loe lagi ngapain pagi-pagi uda ngamuk?" karena mendengar suara berisik dari kamarnya Dion pun terbangun dari tidurnya dan Ia cepat-cepat masuk ke dalam kamarnya untuk melihat keadaan yang terjadi.
Pecahlah tangisku..
"Hiks hiks... Dion.... Tolong aku, aku.. Aku.. Butaaaaa.." aku bangun dari lantai karena tadi aku terjatuh setelah menabrak tembok dan segera aku mencari keberadaan Dion.
"Dion tolong-tolong hubungi Nora, kepala pelayan rumahku, tolong antar aku ke rumah sakit, aku.. Aku.... Tidak mau buta, hiks.. Hiks.." aku menangis sejadi-jadinya sambil mengguncang tubuh Dion.
"Loe tenang dulu, kalau loe nangis kaya gini, gua pusing tau!"
Akupun menenangkan diriku setelah Dion berbicara dengan nada yang tinggi, karena aku terlalu takut untuk menangis lagi
Dion segera menarikku dengan kasar ke arah parkiran mobil, sampai aku tersandung dan terjatuh, aku tidak tahu kalau lutut kakiku sampai berdarah terkena lantai parkir.
"Dion tunggu tolong pelan-pelan, aku tidak bisa cepat-cepat"
Tapi telinga Dion seakan menuli, Ia tidak mendengar aku sudah meminta tolong kepadanya.
Dion menyuruhku masuk ke mobilnya dan mendorongku dengan kasar, sampai kepalaku terbentur dengan keras.
"Dion maafkan aku, aku gak akan nangis lagi, tolong jangan marah"
Dionpun diam seribu bahasa, kudengar Ia menjalankan mobilnya tapi aku gak tahu menuju kemana, aku tidak berani bertanya, sampai akhirnya mobil Dion berhenti di suatu tempat dan menarikku turun.