Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Lampu Merah Selanjutnya
Pagi hari menyusul dengan keheningan yang janggal.
Matahari memancar hangat ke sela-sela tirai kamar, tapi tak ada kehangatan yang Vexana rasakan di dadanya.
Ia terbangun lebih dulu, rambutnya berantakan, gaun tidur satinnya sudah kusut. Di sebelahnya Arga masih tertidur dengan dada naik turun secara perlahan.
Vexana menatap wajah pria itu, terlihat sangat tampan. Memang sangat cocok untuk dijadikan suami.
Tapi ada sesuatu yang berbeda dari semalam, bukan karena sentuhannya tapi karena tatapannya. Arga mencium bukan karena ingin, melainkan karena rasa curiga dan kepemilikan.
Dan yang lebih gila lagi Vexana tetap menikmatinya.
'Bodoh,' batin Vexana lirih, setelah puas memandangi Arga ia bangkit pelan-pelan dari ranjang.
Meraih ponselnya yang sudah jatuh ke lantai dan kembali membaca pesan dari Monica.
'An, aku sudah menemukan Anne. Tapi kamu harus cepat. Kita hanya punya waktu sebelum MRI dilakukan. Hubungi aku secepatnya.'
Vexana melirik Arga lagi, memastikan bahwa pria itu masih tertidur dengan pulas. 'Waktuku hanya tinggal 2 hari, mana bisa ditunda,' batinya.
Hari ini juga dia harus bertemu dengan Anne, kembali bertukar peran yang sesungguhnya. Mau tak mau Anne yang asli harus berada di di sini, sebab ini adalah takdirnya.
Sementara Vexana akan hidup seperti yang ia rencanakan sebelumnya. Hidup yang hanya untuk bersenang-senang.
Vexana kemudian menuju kamar mandi, membasuh wajah dengan air dingin. Saat menatap bayangannya di cermin, Vexana seperti melihat dua wanita sekaligus, dirinya yang dulu dingin tak tersentuh dan dirinya yang sekarang wanita yang membiarkan lelaki menikmatinya tanpa rencana jelas.
"Aku harus bertemu Anne," ucapnya pelan, hampir seperti doa.
Setelah beberapa menit Vexana akhirnya keluar dari kamar mandi, ia mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil.
Aroma sabun masih melekat di tubuhnya, dan sisa-sisa kenangan semalam masih terbayang jelas diingatan. Namun langkahnya terhenti saat mendapati Arga sudah bangun, duduk di ujung ranjang dan menatapnya lekat.
"Mas," panggil Vexana.
Arga hanya diam, apa yang terjadi semalam benar-benar diluar kendalinya. Seolah takut Anne kabur hanyalah pembelaan semata, sementara yang sesungguhnya dia rasakan bukan itu.
Arga bukan hanya cemas Anne kabur, tapi Arga merasa tak terima jika Anne kabur bersama pria lain.
Gejala cemburu yang dia yakini dengan jelas, namun pagi ini Arga menepis pemikiran tersebut.
"Mas sudah menyentuhku semalam, hari ini apa boleh aku pergi?" pinta Vexana setelah berdiri tepat di hadapan Arga, dia hanya menggunakan handuk kimono untuk menutupi tubuh.
"Kemana?" balas Arga yang suaranya terdengar dingin, kehangatan semalam seolah tak mempengaruhinya. Padahal jelas-jelas dia pun menikmati semuanya. Bukan hanya sekedar untuk membuat anak, tapi juga kenikmatan yang tak mampu dia utarakan.
"Aku hanya ingin jalan-jalan saja," balas Vexana bohong, sebab tujuannya jelas bertemu dengan Monica.
Arga tak langsung menjawab, apa yang terjadi semalam sudah berupa rantai bagi Anne. Wanita ini tak akan pergi disaat dia telah menyentuhnya.
Pada akhirnya Arga mengangguk dan Vexana tersenyum lebar tanpa sadar.
Selesai sarapan bersama, Vexana benar-benar pergi sesuai keinginannya tadi. Tapi dia tidak pergi sendirian, supir diminta untuk menemani.
Begitu mobilnya keluar dari halaman rumah, Arga berdiri di balik jendela, entah kenapa rasanya berat sekali melepas Anne pergi. Rasa ingin tahunya terlalu besar untuk dipendam.
Benarkah Anne hanya ingin jalan-jalan saja?
Atau justru menemui seseorang?
Dua pertanyaan itu sangat menganggu. Tanpa mengulur waktu Arga akhirnya megambil kunci mobil. Dia memutuskan kembali membuntuti Anne seperti beberapa waktu lalu.
'Jika kamu menyembunyikan sesuatu, maka aku akan tahu, Anne,' batin Arga.
Di tengah-tengah jalan raya, Vexana sudah siaga akan Arga yang akan mengikutinya. Dia belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. Dan benar saja, saat Vexana melihat ke belakang dia melihat mobil milik sang suami diantara mobil-mobil yang lain.
Vexana tersenyum miring, 'Astaga, suamiku itu gigih sekali,' batin Vexana, dia tidak takut sedikitpun. Justru merasa tertantang.
"Pak, di lampu merah selanjutnya kita tukar posisi. Biar aku yang mengemudi," titah Vexana.
hahaha
klo km blm pintar memainkany....ketimpuk sakitkan....
😀😀😀❤❤❤❤