Kematian Winarsih sungguh sangat tragis, siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wanita itu?
Gas baca!
Jangan lupa follow Mak Othor, biar tak ketinggalan updatenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKW Bab 35
Walaupun Winarsih meninggal karena ulah bi Tuti, tetapi kini Bagas sudah mengikhlaskannya. Mungkin memang usia Winarsih tidak lama, hanya saja jalan kematiannya dirasa begitu mengenaskan karena ulah bi Tuti.
Namun, Bagas tetap menguburkan wanita itu dengan layak. Dia membiayai pemakaman bi Tuti sampai acara tahlilan wanita itu selesai, dia tak mau mengubur hidupnya dengan dendam.
Dia ingin hidup dengan baik tanpa adanya dendam, dia akan berusaha menjalani kehidupannya dengan baik bersama putrinya. Setelah acara tahlilan selesai, Bagas pulang ke rumahnya.
Pria itu merebahkan tubuhnya sambil menatap foto pernikahannya bersama dengan istrinya, dia elus wajah Winarsih dengan penuh kasih sayang.
"Bi Tuti sekarang sudah meninggal, Sayang. Apakah kamu sekarang sudah bisa tenang? Apakah kamu sekarang sudah bisa pulang?"
Air matanya selalu saja mengalir jika berurusan dengan mendiang istrinya itu, tetapi dengan cepat dia tersenyum sambil mengusap air matanya.
"Seperti yang kamu bilang, Mas adalah pria yang kuat. Mas adalah Ayah yang kuat, Mas nggak akan nangis. Mas akan menjalani kehidupan ini dengan baik, tapi kalau untuk menikah nggak tau."
Bagas seperti biasanya memeluk foto pernikahannya bersama dengan istrinya, setelah itu dia memejamkan matanya.
Senang sekali Bagas malam ini, karena dia kembali memimpikan istrinya. Kerajaan setan itu runtuh, gerbang yang terkunci rapat itu terbuka. Winarsih bisa keluar dari dalam kerajaan setan itu, dia pergi ke sebuah tempat yang begitu indah.
Winarsih melangkahkan kakinya dengan senyum penuh keceriaan, Bagas merasa senang melihatnya. Karena itu artinya istrinya sudah terbebas dari jerat setan, istrinya sudah bisa pulang ke Rahmatullah.
"Kamu baik-baik hidup di dunia ini dengan Cantik, karena aku sudah tidak bisa lagi menemui kamu. Aku tak bisa lagi berada di samping kamu," ujar Winarsih sebelum wanita itu benar-benar menghilang.
Ada kebahagiaan karena istrinya sudah terbebas, tetapi ada juga kesedihan yang mendalam. Ditinggal meninggal oleh istri dengan tidak wajar tentunya membuat dia sangat sakit hati, dia bingung harus berbuat apa.
Namun, dia sudah berjanji kepada Winarsih akan menjalani kehidupannya dengan baik. Walaupun wanita itu sudah tidak ada lagi di dunia ini, tetapi dia sudah berjanji akan hidup baik demi buah hati mereka.
**
"Bagas! Bangun, kenapa nangis?"
Pagi sudah menjelang, Winda yang sudah bangun hendak salat subuh di mushola yang ada di rumah itu. Namun, dia mendengar suara isak tangis dari dalam kamar Bagas.
Winda yang takut putranya kenapa-kenapa akhirnya masuk ke dalam kamar putranya itu, dia melihat Bagas yang sedang menangis dengan matanya yang tertutup rapat.
"Bangun, Nak. Jangan buat Bunda takut," ujar Winda sambil menggoyang-goyangkan pundak putranya itu.
Bagas akhirnya membuka matanya, lalu dia memeluk ibunya. Bukannya berhenti menangis, pria itu malah semakin menangis dengan kencang.
"Bagas, kamu itu nggak malu nangis kayak gini? Padahal anak kamu aja gak pernah nangis loh," ujar Winda sambil menepuk-nepuk punggung putranya.
Di satu sisi Bagas tentu saja merasa sedih karena istrinya sudah pulang ke Rahmatullah, walaupun memang di satu sisi dia merasa senang karena istrinya tidak lagi tersiksa di kerajaan setan.
Mungkin kalau misalkan istrinya meninggal secara wajar, Bagas tidak akan merasa sekecewa ini terhadap dirinya karena tidak bisa menjaga istrinya. Mungkin Bagas tidak akan merasa marah terhadap dirinya yang malah meninggalkan istrinya cukup lama, sampai dia tak lagi bisa melihat senyum istrinya.
Namun, tetap saja ada rasa yang tidak biasa yang begitu sulit untuk diungkapkan oleh Bagas. Hidupnya saat ini dirasa begitu rumit sekali.
"Winar, Bun. Winar sudah pulang, kerajaan setan itu sudah musnah sepenuhnya."
Winda paham dengan perasaan Bagas, karena pria itu adalah putranya. Pria yang dia lahirkan dari rahimnya, kehilangan wanita yang dicintainya pasti sangat sakit sekali.
"Alhamdulillah, sekarang buruan mandi dan salat. Doakan yang terbaik untuk istri kamu," ujar Winda.
"Ya, Bun."
Bagas dengan cepat mengurai pelukannya, lalu dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Dia ingin mengirimkan doa untuk istrinya, dia ingin mendoakan agar istrinya bisa bahagia di alam sana.
**
"Bagas, bagaimana kalau kita pindah saja ke kota?"
Bagas memang lahir dan juga besar di kota, tetapi entah kenapa setelah menginjak kampung halaman Winarsih, dia merasa enggan untuk kembali ke kota.
"Tapi, Bun. Bagaimana dengan usaha aku di sini?"
"Ada orang yang bisa mengelolanya, orang kepercayaan kamu."
"Iya sih, Bun. Tapi, kalau aku merindukan istriku, aku akan kesulitan untuk bertemu dengannya.''
Bagi Bagas jika dia merindukan istrinya, dia akan lebih mudah datang ke makam istrinya. Karena walaupun Winarsih sudah tidak ada, tetapi dia bisa mengobrol di depan pusara terakhir istrinya itu.
Dengan seperti itu saja dia sudah seperti itu saja sudah membuat dia merasa berbicara secara langsung dengan istrinya, jika dia tinggal di kota, pasti akan kesulitan untuk berbicara dengan istrinya itu.
"Itu sih terserah kamu aja, kalau misalkan nggak mau pindah ke kota ya nggak apa-apa. Bunda sama Winda mau pulang ke kota, mau urus usaha Bunda yang ada di sana."
"Boleh, Bun. Pulang aja, aku walaupun hidup sederhana di sini tapi tidak kekurangan kok. Penghasilan dari warung sembako lumayan besar," ujar Bagas.
"Ya, tapi... Bunda ada satu permintaan untuk kamu."
Jika permintaan dari ibunya itu masuk akal, pasti Bagas akan berusaha untuk menuruti keinginan dari ibunya tersebut.
"Apa?" tanya Bagas.
"Kalau Bunda dan juga Wanda pulang ke kota, itu artinya kamu di rumah ini hanya bertiga dengan Wati. Wati adalah orang lain, Gas. Takutnya nanti ada setan yang lewat, kamu khilaf dan menodai Wati."
Winda mengutarakan keluh kesah di dalam hatinya, jangan sampai nanti putranya kenapa-kenapa ketika dia tinggal pulang.
"Nggak akan, Bunda. Aku bukan orang yang seperti itu, aku masih bisa menahan diri."
Bagas bukanlah orang yang bejat, dia masih tahu batasan di mana menempatkan diri sebagai seorang majikan dari pengasuh putrinya itu. Tak mungkin dia memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan terhadap Wati.
"Bunda percaya sama kamu, tapi kalau misalkan orang lain, Bunda nggak percaya."
"Maksudnya?"
"Bisa saja orang-orang di sini menyebarkan fitnah tentang kamu dan juga Wati, karena walau bagaimanapun juga kalian tidak ada hubungan sah. Takutnya nanti kamu akan kemakan fitnah, Sayang."
"Terus, aku harus bagaimana? Ganti pengasuhnya Cantik dengan cowok gitu?"
Winda menggelengkan kepalanya karena putranya ternyata tidak paham dengan ke mana arah pembicaraannya, lalu wanita itu menekuk pundak Bagas dan berkata.
"Cantik sangat lengket dengan Wati, bagaimana kalau kamu menikahi dia saja?"
"Hah? Menikah? Aku mau menikahi Wati gitu?" tanya Bagas kaget.
2.Winarsih,Wati,bi tuti,bu tarni,wanda,winda,
3.bi tuti dgn suami gaibnya
4.alasannya pingin menjadikan Wati nyonya Bagas
5.ceritanya seru,,dan bikin penasaran,horor..masih batas wajar,,penulisan dan gaya bahasanya terkesan santai dan ceritanya tdk memaksa ato terburu2...makasih othonya
2.winarsih,wati ,wanda ,winda bi tuti ,bu tarni
3.bi tuti yg mmbunuh
4.krn bi tuti ingin mnjodohkan wati dan bagas supaya wati hidup makmur jdi org kaya tdak susah lg
1.bagas
2 wati
3.bu tuti
Winarsih,Wanda,Winda,Wati,tuti
si tuti
1. Sebutkan nama pemeran pria!
2. Sebutkan nama pemeran wanita!
3. Siapa yang membunuh Winarsih?
4. Sebutkan motif dibalik pembunuhan Winarsih!
5. Bagaimana komen kalian dengan cerita yang Mak Othor buat?