Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Pagi menjelang, Riris terbangun dari tidurnya. Ia memijit pelipisnya merasa sangat pusing. Lalu pandangannya mengedar menatap sekelilingnya. Tak lama senyuman tipis mengembang di sudut bibirnya.
Ia ingat semalam tertidur ruang tengah saat sedang menunggu suaminya pulang. Dan sekarang sudah berada di kamarnya, mungkin Alkan yang memindahkan nya.
Badannya masih panas dan kepalanya sangat pusing. Tanpa memperdulikan kondisinya, Riris beranjak dari tempat tidur. Seperti biasa ia mandi dan melaksanakan sholat subuh.
Di sebuah dapur, saat ini dirinya sedang asik membuatkan sarapan untuk suaminya. Walaupun sedang sakit, Riris harus mengerjakan kewajibannya sebagai seorang istri. Yaitu melayani suaminya dengan baik.
Setelah selesai membuatkan sarapan, ia berniat membangunkan suaminya. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat Alkan berjalan menuruni tangga.
"Mas, udah bangun?" sapanya sambil tersenyum.
Alkan hanya diam tidak memperdulikan. Ia fokus melangkahkan kakinya menuju keluar.
"Sarapan dulu, Mas."
Lelaki itu menghentikan langkahnya, ia melirik ke arah meja makan. Lalu pandangannya beralih menatap gadis itu di depannya yang sedang tersenyum padanya. Wajahnya terlihat sangat pucat, apakah dia masih sakit?
"Aku udah masak banyak, ayo kita sarapan," ucapnya lagi.
Alkan masih diam, hatinya semakin merasa tidak tega melihat ketulusannya. Padahal ia sedang sakit, tapi masih saja melayaninya.
"Ayo, Mas," ajaknya lagi.
Merasa kasihan, Alkan pun memilih menurutinya. Ia berjalan menuju meja makan dengan di ikuti istrinya.
Riris dengan telaten mengambilkan nasi untuk suaminya. Alkan sedari tanya hanya diam memperhatikan.
Hanya ada keheningan di antara mereka. Keduanya fokus pada makanannya masing-masing. Hingga tiba-tiba Riris membuka suaranya.
"Mas, selama ini kemana sih selalu pulang larut malam?" tanyanya pelan.
Sontak Alkan langsung menghentikan makan nya lalu berkata, "Gak usah ngurusin hidup gue!"
Pria itu berdiri dari duduknya lalu pergi begitu saja meninggalkan istrinya sendiri. Riris hanya menatapnya dengan sendu. Sampai kapan suaminya seperti ini terus? Ia juga ingin merasakan pernikahan yang penuh cinta.
Dari kecil ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan cinta dari orang tuanya. Ia kira setelah menikah kehidupannya menjadi lebih baik. Ternyata malah semakin menderita.
Seharian ini Riris menghabiskan waktunya dengan tiduran. Tubuhnya benar-benar sangat lemas, suhu tubuhnya yang tinggi membuat kepalanya sangat pening.
Sore hari, karena sakit di kepalanya yang tak kunjung berhenti. Dengan terpaksa Riris pergi membeli obat, ke apotik yang kebetulan tidak begitu jauh dari rumahnya.
Kini gadis itu sudah selesai membeli obat. Ia berjalan pelan berniat pulang. Namun, tiba-tiba ia hampir terjatuh karena merasakan sakit di kepalanya bertambah. Untung saja ada seorang pria yang membantunya.
"Mbak, gapapa? Ayo duduk dulu."
Pria itu menariknya ke pinggir dan duduk di sebuah kursi taman. Keduanya terdiam di sana begitu lama.
"Sudah mendingan?" tanya pria di hadapannya.
Riris hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Sudah, terimakasih."
Tanpa di sadari sedari tadi ada yang memperhatikan mereka berdua.
"Ayo aku anterin, kalau di paksain jalan takut pingsan di jalan," tawar pria itu.
Riris menolaknya, tapi dia terus memaksa. Akhirnya ia pun hanya pasrah, lagian kepalanya benar-benar sangat sakit dan tubuhnya juga sangat lemas.
Setelah sampai di rumah, ia mengerutkan keningnya melihat mobil suaminya terparkir di garasi. Bukannya Alkan tadi pergi menggunakan mobil? Ia ingat, dan motor sport nya juga terparkir di sana. Lalu, apakah suaminya sudah pulang? Tumben.
Riris berjalan masuk ke dalam dengan langkah pelan. Terlihat suaminya sedang berada di ruang tengah.
"Mas, tumben sudah pulang?" tanyanya dengan lembut.
"Maaf ya aku belum sempet masak. Kepalaku masih sakit," ucapnya merasa tidak enak suaminya pulang belum menyiapkan makanan.
"Lagi sakit kok keluyuran sama cowok lain?!" ketus Alkan yang membuat Riris mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Udah punya suami masih aja goda cowok. Murahan banget jadi cewek!"
"Maksud Mas apa?" tanya Riris bingung.
"Masih aja sok polos! Dasar l0nt3!" hinanya membuat Riris terdiam membeku.
Alkan beranjak dari duduknya lalu berjalan pergi meninggalkan istrinya yang masih menatapnya dengan bingung. Dan dengan sengaja Alkan menyenggol pundaknya hingga gadis itu terhuyung.
Riris masih terdiam, tanpa terasa air matanya menetes begitu saja. Ia masih tidak menyangka suaminya akan mengatakan kata-kata seperti itu. Apa dirinya sehina itu di matanya?
"Riris salah apa?" lirihnya sambil terisak pelan.
Sedangkan di kamar Alkan. Pria itu sedang berendam mencoba menenangkan pikirannya. Sedari tadi di tempat kerjanya, ia merasa tidak tenang karena terus kepikiran dengan istrinya yang sedang sakit. Alkan takut terjadi sesuatu dengannya. Karena itulah ia memilih pulang lebih awal.
Namun, ternyata ia malah melihat istrinya sedang berduaan dengan cowok lain. Entah kenapa hatinya merasa sakit. Apa ia cemburu? Ah itu tidak mungkin, hatinya hanya jatuh cinta pada Dara.
Malam hari, Alkan turun ke bawah karena merasa lapar. Ia celingak-celinguk mencari istrinya. Tidak peduli, ia memilih berjalan menuju meja makan.
Kosong, apakah gadis itu tidak masak? Bukannya biasanya sudah tersedia makanan untuknya. Kemana dia?
Sedangkan di kamar Riris. Usai minum obat bukannya sembuh malah semakin parah. Karena terus menangis membuat kepalanya semakin sakit. Suhu tubuhnya semakin tinggi. Perutnya merasa sangat sakit mungkin karena belum makan dari siang.
Riris beranjak dari kasur dengan tertatih berniat untuk memasak. Mau bagaimana pun juga ia harus melayani suaminya. Namun, pandangannya tiba-tiba kabur dan kepalanya terus berdenyut. Hingga tak lama tubuhnya ambruk ke lantai.
Di ruang tengah, Alkan sedang asik memakan makanannya yang tadi ia pesan dari gofood. Sesekali ia melirik pintu kamar istrinya. Mengapa gadis itu tak kunjung keluar?
Jujur sebenarnya Alkan sangat khawatir. Dan dengan menghilangkan rasa gengsinya. Ia mulai berjalan menuju kamar istrinya.
Tidak terdengar suara gadis itu. Alkan mencoba mengetuknya pelan. Dan tak ada jawaban sama sekali.
Cklek!
Pintu di buka oleh Alkan, terlihat istrinya yang tergeletak di lantai. Dengan panik ia langsung menghampirinya.
Alkan refleks langsung memangku kepalanya. Ia memegang kening istrinya yang sangat panas. Tanpa berpikir panjang langsung membawanya ke rumah sakit.
baru pub chap 6 penulisan makin bagus, aku suka>< pertahankan! cemangattttt🫶