NovelToon NovelToon
Satu Malam Dengan Kakaknya

Satu Malam Dengan Kakaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Meldy ta

Dikhianati oleh pria yang ia cintai dan sahabat yang ia percaya, Adelia kabur ke Bali membawa luka yang tak bisa disembuhkan kata-kata.

Satu malam dalam pelukan pria asing bernama Reyhan memberi ketenangan ... dan sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga: ia mengandung anak dari pria itu.

Namun segalanya berubah ketika ia tahu Reyhan bukan sekadar lelaki asing. Ia adalah kakak kandung dari Reno, mantan kekasih yang menghancurkan hidupnya.

Saat masa lalu kembali datang bersamaan dengan janji cinta yang baru, Adelia terjebak di antara dua hati—dan satu nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.

Bisakah cinta tumbuh dari luka? Atau seharusnya ia pergi … sebelum luka lama kembali merobeknya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meldy ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebenaran Menyakitkan

Awan hitam bergelayut seolah ikut menyerap amarah yang membakar di dada Reno. Ia berdiri di tepi gedung parkir sebuah hotel mewah yang sepi, menunggu dengan gelisah. Angin sore berhembus kencang, menyibakkan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

Suara langkah berat menggema dari arah pintu. Reyhan muncul dengan jas hitam yang masih terpasang rapi di tubuhnya. Wajahnya dingin seperti biasa, tapi ada gurat kelelahan di matanya.

"Untuk apa kamu memanggilku ke sini, Reno?" tanya Reyhan tanpa basa-basi, suaranya datar tapi menusuk.

Reno berbalik, menatap kakaknya dengan sorot mata yang menyala. "Aku nggak tahan lagi melihatmu mempermainkan Adelia seperti ini, Rey."

Reyhan mengangkat alisnya sedikit. "Jaga ucapanmu. Kamu bahkan nggak sadar juga mempermainkan perasaannya."

"Jaga ucapanmu?!" Reno setengah berteriak. Ia melangkah mendekat, jarak mereka kini hanya beberapa langkah.

"Kamu sudah menikahi Emma, dan sekarang kamu biarkan Adelia terpuruk dalam kebohongan yang kamu ciptakan. Apa kamu pikir aku akan diam saja melihatnya hancur?! Setidaknya aku melukai hatinya tanpa menikahi, apalagi sampai menghamilinya."

Reyhan memejamkan mata sesaat, mencoba menahan amarah yang mulai mendesak keluar. "Ini bukan urusanmu, Reno."

"Bukan urusanku?!" Reno mencengkeram kerah jas Reyhan dengan geram. "Kau lupa? Adelia pernah menjadi duniaku! Aku memang kalah darimu. Tapi, kesalahanku pada Adelia tidak sebesar dirimu. Setiap kesalahan ini akan aku perbaiki, bukan dibuat jauh lebih buruk sepertimu."

Reyhan menepis tangan adiknya dengan kasar. Sorot matanya berubah tajam bagai pisau. "Jangan pernah sentuh aku lagi, Ren. Kamu pikir kamu siapa berani ikut campur dalam rumah tanggaku?!"

"Aku ini adikmu, Rey! Dan aku nggak peduli kalau kita saudara sekalipun. Aku nggak akan tinggal diam melihat Adelia terluka lagi." Reno mengepalkan tangannya, nadanya gemetar antara marah dan sedih.

Reyhan mendekat, suaranya rendah namun penuh ancaman. "Kalau kamu berani buka mulut tentang pernikahan ini pada Adelia, kalau kamu berani menghancurkan hidupnya dengan kebenaran yang belum siap dia dengar."

Reyhan mendekatkan wajahnya ke Reno. "Maka aku tidak akan segan melupakan bahwa kita terlahir dari darah yang sama."

Reno terdiam, matanya membulat. Kata-kata Reyhan bagai palu yang menghantam dadanya.

"Rey, kamu begitu tega?" ucap Reno pelan.

"Aku melakukan semua ini untuk melindungi banyak hal. Termasuk Adelia," Reyhan membalas dengan suara dingin. "Jangan paksa aku untuk menjadikanmu musuh, Reno."

Reno mundur selangkah, sorot matanya masih penuh api. "Kalau kamu benar-benar ingin melindungi Adelia, buktikan! Jangan biarkan dia terus disakiti oleh keputusan bodohmu."

"Seakan-akan kamu sudah lebih dulu menjaganya, Ren. Sadar! Semuanya terjadi karena dirimu. Adelia jadi milikku, bukan hakmu mengatur kami."

Reyhan memutar tubuh dan berjalan menjauh, meninggalkan Reno yang masih berdiri dengan napas memburu di tepi gedung parkir.

Hati Reno mendidih. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-bukunya memutih.

"Kalau Reyhan terus seperti ini. Aku sendiri yang akan merenggut Adelia darinya. Milikku yang dulu, akan aku ambil kembali."

Reyhan masuk ke mobilnya dengan wajah yang semakin keras. "Maafkan aku, Reno, tapi kamu tidak tahu betapa sulitnya semua ini bagiku. Aku harus menjaga semuanya tetap utuh, meski harus melukai diriku sendiri."

---

Adelia berjalan sendirian di trotoar malam itu. Langkahnya pelan, hatinya resah. Sejak beberapa hari terakhir, Reyhan sering pulang larut malam dan selalu memberi alasan sibuk dengan proyek besar perusahaan.

Tapi nalurinya sebagai istri berkata lain. Ada sesuatu yang Reyhan sembunyikan darinya. Ketika ia melihat sedan hitam milik Reyhan melintas di seberang jalan dan berhenti di sebuah restoran mewah.

Jantung Adelia terasa mencelos. Tanpa pikir panjang, ia mengikuti langkah suaminya dari kejauhan.

Dari luar kaca restoran, Adelia tertegun. Matanya tak berkedip saat melihat Reyhan duduk di meja sudut bersama Emma, wanita yang pernah disebut Reyhan hanya sebagai masa lalu.

Tapi yang membuat dada Adelia seperti diremas adalah saat ia melihat tangan Emma menggenggam erat jemari Reyhan di atas meja. Reyhan terlihat kaku, seolah ingin menarik tangannya, namun tak juga melakukannya.

"Apa mungkin mereka kembali bersama?"

Adelia menelan ludah, mencoba menahan gejolak di dadanya. Dengan langkah gemetar, ia masuk ke dalam restoran. Suara hak sepatunya yang menghentak lantai marble membuat beberapa tamu menoleh.

"Reyhan," suara Adelia pecah ketika ia akhirnya berdiri di samping meja mereka. "Apa maksud semua ini?"

Reyhan terperanjat, matanya membesar melihat istrinya berdiri di sana. "A-adelia!" Reyhan berdiri, berusaha menjauh dari Emma. Tapi genggaman Emma semakin erat pada tangannya.

Emma menoleh dengan senyum miring yang menusuk. "Oh ... jadi ini wanita yang sangat ingin kamu lindungi dari segalanya, Rey?"

"Emma, lepaskan," desis Reyhan pelan, mencoba menarik tangannya. Tapi Emma justru memperlihatkan cincin berlian yang melingkar manis di jari manisnya.

"Delia," ucap Emma dengan nada sinis. "Kamu sudah tahu belum, kalau Reyhan kini juga suamiku?"

Adelia memandang cincin itu dengan mata membelalak, napasnya tercekat. "A-apa maksudmu, Emma? Reyhan, katakan sesuatu…" suaranya bergetar.

Reyhan tak sanggup menatap mata istrinya. Bibirnya terbuka, tapi tak ada kata yang keluar.

Emma berdiri, menatap Adelia dengan tatapan superior. "Dan bukan cuma itu … kami juga sedang menanti calon bayi pertama. Bukan sepertimu, yang gagal jadi seorang ibu."

"Tidak," bisik Adelia, langkahnya mundur beberapa inci. Dadanya terasa seperti dihantam palu berkali-kali. "Reyhan, katakan kalau ini tidak benar. Kamu belum menikahinya, kan?"

"Delia…" Reyhan akhirnya bersuara, suaranya serak. "Maafkan aku…"

Emma menyeringai puas, merangkul lengan Reyhan. "Jangan salahkan Reyhan. Dia hanya berusaha melakukan hal yang benar—bertanggung jawab pada wanita yang mengandung anaknya."

Adelia menutup mulutnya, menahan tangis yang hampir meledak. Air matanya akhirnya jatuh juga, membasahi pipi yang pucat. "Reyhan, kenapa kamu lakukan ini padaku?"

Reyhan melangkah maju, ingin menyentuh bahu istrinya. "Delia … dengar dulu—"

"Jangan sentuh aku!" teriak Adelia, suaranya menggema di restoran, membuat beberapa tamu menoleh penasaran.

"Kamu bilang akan memperbaiki segalanya denganku. Bahkan di depanku, kamu menentang ibumu atas pernikahan itu. Lalu sekarang apa yang sedang terjadi? Apa semua ucapan manismu, hanya tipuan semata untukku?"

"Delia…" Reyhan mengepalkan tangannya, wajahnya menegang. Ia ingin menjelaskan semuanya, tapi Emma lebih dulu bersuara.

"Delia, sudahi drama ini. Kau harusnya bersyukur Reyhan mau bertanggung jawab padamu selama ini. Tapi sekarang, waktunya kamu mundur. Anak ini butuh ayahnya, bukan wanita seperti kamu yang tak bisa menjaga kehamilanmu sendiri."

Plak!

Adelia menampar Emma dengan keras. Tangisnya pecah saat ia menatap Reyhan untuk terakhir kalinya.

"Aku tidak akan memohon padamu, Reyhan. Jika memang wanita ini yang kamu pilih, aku akan pergi." Suaranya serak penuh luka.

Adelia berlari keluar restoran, meninggalkan Reyhan yang berdiri terpaku.

Reyhan menatap pintu restoran yang tertutup, wajahnya dipenuhi penyesalan. "Delia! Aku...."

Emma mendekap lengan Reyhan, sementara pria itu masih menatap kosong ke arah pintu keluar restoran. Hatinya berperang hebat. Cinta, rasa bersalah, dan tanggung jawab membuatnya terperangkap dalam keputusan yang membunuh hatinya sendiri.

Adelia kembali ke rumah, menangis sejadi-jadinya di kamar mandi hingga jatuh pingsan.

Reyhan pulang larut malam, menemukan Adelia tergeletak lemah di lantai kamar mandi.

Ada momen Reyhan dilanda rasa bersalah yang semakin dalam, namun ia tetap terjebak dalam pernikahan dengan Emma.

1
Wiwin Winarsih
pergi adel menurut gue mending hidup sendiri
Wiwin Winarsih
ikh laki laki gampangan ini jatohnya
Kis Wati
Adelia bodoh banget jadi istri udah disakiti malah balik lagi, Reyhan juga plin plan
Mursidah Rizki Amk
ceritanya bikin mumet terlalu ektrim berulang2
Cindy
lanjut
Adinda
lebih baik cerai del ,rayhan yang masih terus menyakitimu lebih baik kamu sama Vincent
Cindy
lanjut
Adinda
kamu sama vincent aja del
Adinda
lebih baik adel sama Vincent
范妮
hai
ak mampir ya ..
Ig nr.lynaaa20
hai kak yuk mampir juga di karya baru aku, balas dendam si pecundang
Adinda
lebih baik adel sama vincent daripada sama rayhan dan reno
Adinda
bodoh si adel ini lakinya selingkuh sampai menghamili wanita lain bukannya marah
Adinda
lanjut thor
Adinda
sudah del lebih baik cerai saja
NurAzizah504
seromantis ini dibilang datar?! /Sob/
NurAzizah504
mantapppp
NurAzizah504
dan kamu termasuk salah satunya
NurAzizah504
kali aja reyhan memiliki firasat kalo adel hamil
NurAzizah504
hai, Thor. aku mampir nih. jgn lupa mampir di lapakku juga, ya. 'Istri Kontrak Sang Duda Kaya'. terima kasih ^^
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!