Lanjutan kisah Cinta Simon Dan Maria di Kisah Klasik Remaja. mau baca dulu silahkan biar ga bingung hehe..
kisah kehebatan Simon sang CEO dan Hacker Cantik Jenius bernama Maria.
mereka adalah pasangan suami istri yang masih muda.
Menikah di usia muda tentu saja menjadi tantangan tersendiri, apakah pernikahan mereka selalu berjalan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyusup?
****
“Belum pada ngantuk kan?” ucap Maria membawa beberapa cemilan pedas untuk mereka.
“Kalian kerjain dulu ya nanti ku analisis lagi hasilnya.. Kalau ada yang ga ngerti ke pelatihnya masing masing.. Aku ada yang harus di kerjain dulu. Dan jangan di ganggu.. Clarr tolong ya!” ucap Maria lalu membuka laptop berwarna merahnya. Laptop dari Rony untuk menciptakan aplikasi yang akan mereka legalisasi.
Ia merogoh sakunya dan menghubungi Aldo
“Mas, ini aku coba disini kedetek ga?”
“Ya ada, coba gue bobol ya..”
“Yes please..”
“Bisa!” ucap Aldo tertawa
Maria mengerucutkan bibirnya
“Aku coba lagi bikin proteksi ya Mas”
“Ini server singapur? Tumben..”
“Ya ini pake laptop dari papa Ron..”
“Ouh.. kalau udah kabarin”
“Udah tuh.. Coba lagi”
“Shiitt kok cepet?” Gerutu Aldo
“Iya ini simple soalnya, kan ga boleh yang ribet ribet!”
“Sama gue gagal, coba sama Salsa!”
“Oke aku telpon salsa”
“Ga usah dia lagi sama gue kok”
“Ah oke coba!”
“Gagal juga.. “
“Oke thanks..”
Maria menutup telponnya dan menghubungi Fiko
“Udah beres mas, coba mas buka email, aku udah kirim dan tinggal di install di laptop mas”
“Ya ampun Malem malem gini Mar, “ Fiko menggerutu karena dia sedang bermain games
“Hehe pagi aku ke sekolah kak..”
“Oke nanti aku cek sehabis shalat subuh ya..”
“Oke”
Klik sambungan terputus.
Maria memasukan kembali handphonenya ke saku abaya yang dia gunakan.
“Clarr, si biru dong tolong”
Clara memberikan laptop biru kepada Maria.
Maria mengernyit ketika melihat sinyal berwarna oren yang berarti perhatian.
Dia lalu membuka notifikasi itu dan buru buru ke lantai atas.
Sesampainya di lantai atas dia membuka dan mendapati sebuah komputer di sahid Grup sedang berusaha di retas. Lokasi dan nomer komputernya bahkan terlihat.
Maria buru buru menghampiri suaminya dan Raffi yang sedang membuat proposal bisnis kepada Investor.
“Kak?”
“Hmm?” jawab Simon tanpa mengalihkan pandangannya.
“Di Kantor Sahid grup udah ada cctv bayangan kan?” tanya Maria, dia yakin jika CCTV utama pasti bermasalah Simon menghentikan ketikannya dan menghampiri Maria.
“Udah, baru instalasi selasa kemarin. Kenapa?” dia menatao sang istri
“Coba buka lantai 6 ruangan 5” ucap Maria, dia masih memperhatikan usaha si peretas.
“Raff!” ucap Simon lalu Raffi mengambil Ipadnya
“Ada penyusup?””
“Peretas lebih tepatnya.”
“Itu ruangan apa?”
“Keuangan” sahut Raffi
“Dia berhasil?” tanya Raffi
“Belum. Dan ga akan berhasil. Aku udah pasang proteksi tambahan ke komputer itu..”
“Emang bisa?” Raffi heran
“Apa sih yang ga bisa si biru lakuin?” ucap Maria sombong.
“Tapi kan biasanya ya kalau udah ya udah aja Mar, kok ini bisa gitu? Bahkan dalam jarak jauh dan secepat itu?" tanya Raffi masih tak mengerti.
“Semuanya bisa sebenernya, tinggal si pembuat sistemnya mau nambahin gak? Kalau enggak ya dia bilang ga bisa alias yang di beli itu mati. Dan kita harus bayar lagi kalau mau proteksi di tingkatkan. Disanalah letak bisnisnya..” jelas Maria.
“Sejak kapan kamu ngerti bisnis?” ledek Raffi
“Sejak punya suami pebisnis “ sahut Maria
Simon hanya tertawa kecil.
“Ini kakak kenal gak?”
“Ucap Maria menunjukkan sebuah sketsa wajah di layar si biru.
“Maaf aku ngeretas CCTV kalian hihi”
“Besok aku cari tahu.. Coba cek security”
“Aman kok mereka berjaga” ujar Raffi
“Panggil Sandy, dia bisa kan nganalisis yang kayak gini?”
“Ah iya, telpon aja deh”
“Gue yang manggil.. Mana tahu dia ruangan ini” ujar Raffi meninggalkan ruangan.
Tak berselang lama, Sandy datang dengan wajah heran.
“Kenapa?”
“Raff kasih kerjaan..”
“Tolong analisis orang ini..”
“Penyusup?”
“Hm..”
“Tolong ya San, nanti gue transfer dehh” ucap Simon
“Apa sih kak, kayak kesiapa aja..” elak Sandy lalu mulai mengamati CCTV.
“Haha baguslah, yaudah disini aja ya Sand, tolong jangan sampe bocor. Geu kebawah dulu” Maria tertawa.
Sandy mengangguk.
"minta kertas sama pulpen kak!"
Sementara di bawah Maria memeriksa hasil dari anak anak OSN.
dia menghela nafas, sebagaimana Maria berusaha ternyata kapasitas otak dari anak anaknya memang hanya segitu.
Dia langsung memutar otak, bagaimana caranya agar kemampuan anak didik nya meningkat?
apa perlu dia membuat permainan yang bisa mengasah otak anak anak itu?
ah sepertinya itu ide yang bagus.
Maria menatap satu persatu.
"gimana kak?"
"gimana Mar?"
dia lalu tersenyum,
"ga gimana gimana. Untuk dapet mendali emas provinsi emang agak sulit dengan nilai ini. Tapi gapapa, jangan putus harapan. Kita bisa sedikit sedikit kok " jelasnya.
Yang lainnya mendesah kecewa. Padahal mereka sudah belajar mati matian. tapi kok Maria malah bilang bakal sulit?
"kalian coba sekali lagi dengan soal yang sama ya.." ucapnya kemudian.
"aku mau bikin aplikasi buat ngelatih otak kalian biar semakin baik.." ucap Maria lalu meraih laptop birunya.
Mereka mengangguk.
"emang seburuk itu ya Mar hasilnya?" tanya Tiara
"yang sedikit berpotensi cuma math dan Kimia" jelas Maria lalu menyalakan laptop nya.
dia mulai masuk mode coding dan mengambil ipadnya lalu sibuk berselancar.
Sampai 15 menit kemudian, Maria meminta para pelatih untuk berkumpul dengan membawa laptop mereka masing masing.
"setelah install tolong suruh mereka mengerjakan maen games ini. Ini bisa sedikit membantu menambah skor iq mereka.." ucap Maria
"ckk.. Sampe segini nya lo!" ujar Clara
Maria hanya mengangkat bahunya acuh.
Dia lalu menutup sesi hari itu karena waktu sudah menunjukkan jam 10 malam.
***
"kamu udah beres sayang?" tanya sang suami ketika Maria menghampiri nya.
Maria mengangguk
"sudah jam 10.." jelasnya pendek.
"aku masih belum beres, kalau kamu masih ngantuk kamu boleh tidur duluan" ucap Simon maria hanya mengangguk.
"bangunin pas tahajud ya" ucapnya lalu mengecup pipi sang suami.
Simon mengangguk, Maria berlalu dari ruangan itu.
"gimana Sand?" tanya Simon
Sandy memberikan hasil analisisnya.
"Sand, lo bisa bantu sampai ini selesai kan?" tanya Simon lalu melemparkan hasil itu pelan.
Sandi mengangguk.
"bisa aja," jawabnya singkat.
"baiklah gue serahin semuanya sama lo. Kabari. Kalau udah ketemu .."
Sandy mengangguk lagi. baginya ini bukan pekerjaan sulit. Hanya butuh analisis dan ketelitian tinggi saja.