Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Aku Menginginkanmu
❤️❤️❤️
Raya mendekat kearah tempat tidur, kemudian
berdiri mematung di sisi ranjang, memandang
lekat sosok Aaron yang terbaring lemah dalam
keadaan pucat dan beberapa bagian tubuhnya
terpasang alat bantu. Tubuh gagah perkasa itu
kini tampak terbaring tak berdaya, di dada dan
pergelangan tangannya menempel beberapa
alat medis. Ada cairan bening yang tidak terasa
menetes menuruni wajah pucat Raya. Perlahan
dia duduk di kursi yang ada di samping ranjang.
Alea datang mendekat, berdiri di sebelah Raya,
mengamati perkembangan kondisi Aaron.
"Bagaimana keadaannya..? kenapa dia tidak
dibawa ke rumah sakit.?"
Raya bertanya tanpa melihat kearah Alea yang
mulai bergerak melepas selang infus di tangan
Raya dengan hati-hati.
"Dia bukanlah orang biasa. Keberadaannya di
rumah sakit akan menimbulkan gejolak politik
yang cukup riskan dan akan mengganggu
kestabilan negara. Dia adalah Putra Mahkota."
Raya terdiam, ya.. dia baru sadar kalau pria ini
adalah seseorang Pangeran, Putra Mahkota
kerajaan yang posisinya sangat penting untuk
menstabilkan sistem ketatanegaraan di negeri
ini dan mampu meredam gejolak politik. Tangan
Raya meraih jemari tangan Aaron yang masih
setia menutup rapat matanya. Matanya tidak
lepas dari wajah tampan itu.
"Dia kehilangan banyak darah hingga kondisi
nya menurun. Tapi jangan khawatir , dia adalah
manusia yang berbeda dari kita."
"Dia terluka karena aku. Kehadiranku dari awal
adalah musibah untuk nya. Kenapa dia tidak
melepaskan ku saja."
Lirih Raya seraya menggenggam erat jemari
tangan Aaron yang terasa beku. Alea mengakhiri
kegiatannya. Kini selang infus itu sudah tidak
mengganggu pergerakan Raya lagi.
"Dia tidak mungkin melepas tanggung jawab
nya begitu saja. Dia orang yang berkomitmen."
Alea kini berdiri di samping Raya dekat kepala
ranjang, kembali mengecek kondisi sepupunya
itu. Kedua tangan Raya kini menggengam erat
tangan Aaron. Tatapannya semakin lekat di
wajah laki-laki itu. Wajah super tampan nya
kini tampak lemah dan tenang.
"Aku tidak membutuhkan tanggung jawab itu.
Aku akan menjalani semuanya sendiri."
"Tapi dia menginginkan hal lain darimu.!"
Raya melirik kearah Alea, keduanya kini saling
melihat, ada senyum kepahitan yang terulas
dari bibir Raya, dia memalingkan wajahnya.
"Ya..aku tahu, dia hanya menginginkan anak
dariku. Entah kenapa dia merasa aku pantas
untuk melahirkan keturunan berharga untuk
keluarga terhormat nya.!"
Desah Raya sambil menarik nafas berat. Dia
menundukan kepalanya, mencoba meredam
laju air mata yang dari tadi terus menetes.
Alea menatap wajah wanita yang sudah di
nikahi oleh kakak sepupu nya itu. Pikirannya
kembali melayang pada sosok lain yang telah
mampu membuat Aaron seperti orang gila.
Mau melakukan segalanya untuk orang itu
walaupun jelas wanita itu sudah menjadi
milik sahabatnya. Dia tersenyum dalam diam.
"Dia tahu pasti sesuatu yang terbaik untuk
dirinya dan tidak akan melepaskannya begitu
saja, walau cara yang di tempuh nya terkesan
memaksa dan egois."
Raya mengusap air mata yang jatuh menyusuri
wajahnya. Kembali ada senyum pahit yang
terukir di bibir nya.
"Bukankah dia bisa mendapatkan nya dari
istri yang di siapkan oleh keluarganya nanti.?"
Alea terdiam, kemudian duduk di pinggir
tempat tidur, menatap lekat wajah Raya yang
kini kembali terlihat lemah dan memucat.
Tapi wajah itu tetap cantik dan mempesona.
Dia harus mengakui wanita ini memiliki
banyak kelebihan dan keistimewaan.
"Tentu saja, itu juga akan terjadi. Semuanya
sudah di siapkan oleh istana. Pernikahan itu
adalah ketentuan yang sudah di atur oleh
negara dan istana. Tapi kakak adalah pria
yang sulit di tebak."
Raya memejamkan matanya, ada sesuatu
yang terasa mengiris lubuk hatinya, rasanya
sakit sekali tapi tidak mengerti karena apa.
Dia menarik nafas pelan mencoba membuang
ganjalan yang kini menyesakkan dadanya.
"Aku merasa hanya menjadi benalu dan
penghalang bagi dirinya. Aku ingin pergi dan
menjauh darinya, lalu melupakan semuanya."
"Kau tidak akan bisa melakukannya. Dia tidak
akan membiarkan mu bebas begitu saja.!"
Debat Alea dengan yakin. Raya kembali diam,
memusatkan perhatian nya pada kondisi Aaron.
Ke dalam ruangan muncul pelayan wanita tadi
membawakan nampan.
"Maaf Miss Raya..sebaiknya anda makan dulu
agar kondisi anda cepat pulih."
Ucap pelayan itu sambil berdiri di samping
Raya yang melirik ke arah nya.
"Dia adalah Lily, pelayan terpercaya kakak
yang akan menemani mu di rumah ini bersama
dengan Griz."
Alea memperkenalkan pelayan wanita itu. Raya
menatap pelayan itu kemudian tersenyum tipis
sambil menggelengkan kepala pelan.
"Sebenarnya aku tidak memerlukan pelayan.
Aku lebih suka melakukan semua hal sendiri."
Alea tampak terkejut, wanita ini benar-benar
aneh dan berbeda dari wanita-wanita lainnya.
"Tapi kau pasti akan memerlukan nya. Kau
tidak bisa tinggal sendiri di rumah ini. Lily
akan standby di sini.!"
Raya kembali menghela nafas panjang. Dia
melirik sekilas kearah Lily.
"Baiklah, sepertinya itu ada benarnya juga."
"Kalau begitu sekarang kau harus mengisi
perutmu dulu, ayo makan dulu. Lily sudah
membuatkan makanan enak untukmu."
Alea mencoba membujuk, Lily mendekat
kembali kearah Raya yang menatapnya datar.
"Maaf..tapi saat ini aku tidak lapar, aku hanya
ingin tinggal di sini sebentar lagi. Jadi bisakah
kalian meninggalkan ku sendiri.?"
Raya berkata dengan suara yang sangat pelan.
Dia kembali menatap lekat wajah Aaron yang
masih terdiam dengan kondisi yang sama.Alea memberi isyarat pada Lily yang mengangguk
faham kemudian membungkuk kearah Raya
setelah itu berlalu pergi ke luar kamar.
"Baiklah.. kalau begitu aku keluar dulu. Kau
harus istirahat, jangan menyiksa dirimu."
Alea menepuk halus bahu Raya setelah itu
dia berlalu pergi meninggalkan Raya yang
terdiam menatap lekat wajah Aaron.
Aaron.. bisakah kamu melepaskan ku saja.?
Aku ingin tenang menjalani hidupku tanpa
beban yang terlalu berat ini. Aku ingin hidup
normal tanpa tekanan dan ketakutan..
Lirih Raya dalam hatinya, dia mengusap pelan
air matanya yang masih tersisa. Tangannya kini
bergerak perlahan mengelus wajah tampan
rupawan itu, menatapnya semakin dalam.
"Kumohon.. lepaskan saja aku, biarkan aku
menjalani kehidupan ku sendiri. Aku akan
melupakan bahwa kita pernah bertemu."
Bisik Raya di tengah belaian tangan halusnya
di wajah Aaron. Ada perasaan aneh yang kini menggelayuti hatinya dan sangat meresahkan
jiwanya. Dia menarik tangan nya dari wajah
Aaron. Namun sesaat kemudian dia tersentak
saat tangan Aaron yang masih terpasang selang
infus menahan tangannya dan menekannya
agar tetap berada di wajahnya. Raya melebarkan matanya terkejut, aneh..mata pria itu masih
tampak terpejam kuat.
"Aku tidak pernah menjilat lidahku sendiri.
Kau tidak akan bisa bebas begitu saja.!"
DEG !
Jantung Raya langsung kacau, wajahnya kini
memucat. Aaron membawa jemari tangan Raya
ke bibirnya, dan mengecupinya perlahan-lahan
membuat Raya semakin melebarkan matanya.
Tubuh nya menegang seketika saat hawa panas
tiba-tiba menyerbu menguasai seluruh aliran
darahnya.
Dia menarik kuat tangannya dari bibir Aaron,
tapi pria itu tidak membiarkannya. Dia malah
kembali menarik tangan Raya dengan hentakan kencang hingga otomatis tubuh lemah Raya
ikut tertarik dan reflek berdiri dari duduknya.
Apa yang terjadi sebenarnya.? Bukankah pria
ini tadi masih dalam keadaan tak sadarkan diri?
Lalu ini apa.?
"A-Aaron..? Kau sudah sadar..?"
Raya berucap gelagapan, tubuh nya kini berada
di atas tubuh Aaron karena pria itu menariknya,
sedikit mengangkat namun posisinya tepat di
atas tubuh Aaron, wajah mereka kini berhadapan, begitu dekat dan intim. Aaron membuka mata,
mereka saling menatap kuat, menembus batas perasaan yang kini bergolak.
"Kau tidak perlu mencemaskan ku. Luka ini
bukanlah apa-apa untukku.! Tidak akan ada
pengaruhnya padaku.! Dan ingat jangan pernah
memberikan perhatian lebih padaku.!"
Desis Aaron sambil kembali menarik tubuh
Raya agar lebih merapat. Raya memekik kaget
membelalakkan mata saat melihat Aaron
membabat habis peralatan medis yang
menempel di tubuhnya tanpa ragu sedikitpun.
"Aaron.. hentikan.! Apa yang kau lakukan.?
Kau masih lemah, kau memerlukan semua ini.!"
"Aku tidak memerlukan semua ini, yang aku
butuhkan saat ini hanyalah dirimu.!"
"Kau sudah gila.! Ini sangat berbahaya.!"
"Apa laki-laki ******** itu tadi menyentuhmu.?
Dimana orang itu menyentuhkan tangan kotor
nya di tubuh mu hahhh.?"
Raya semakin melebarkan mata tidak percaya mendengar perkataan Aaron yang terlihat
seperti orang kehilangan akal. Tatapan Aaron
tampak menyala, tidak terlihat sama sekali
kalau dia baru saja sadar dari kondisi kritis nya.
"Tidak ! Dia tidak menyentuh ku.!"
"Tidak ada seorangpun yang berhak menyentuh
apa yang sudah menjadi milikku.! Hanya aku
yang berhak atas dirimu Maharaya..!"
Geram Aaron seraya melempar semua peralatan
itu. Tubuh Raya bergetar hebat melihat semua
kegilaan yang di pertontonkan oleh pria aneh
itu. Dia berusaha menarik dirinya dari atas tubuh
Aaron yang masih menahannya dengan satu
tangan dan tangan yang lain bergerak cepat
menarik selang infus di tangan nya dengan
paksa. Raya benar-benar tidak percaya
melihat semua itu. Pria ini sudah tidak waras, melakukan semuanya dengan cepat tanpa
terlihat sakit dan tanpa ekspresi apapun.
"Aaron..kau benar-benar sudah tidak waras.!"
Desis Raya sambil mendorong tubuh Aaron
yang kini sudah bangkit dari tidurnya. Pria itu
hanya menyeringai tipis. Begitu semua nya
terlepas Aaron bergerak cepat mengangkat
tubuh Raya naik keatas tubuh nya hingga
kini tubuh Raya jatuh seluruhnya di atas
tubuh Aaron. Kedua tangan Aaron melingkari
punggung Raya,membelit dan menguncinya
kuat.
Mata mereka saling pandang lekat dengan
debaran jantung yang tidak terkendali dan
napas yang semakin berkejaran. Kedua
tangan Raya menekan dada pria itu sambil
meringis saat melihat luka jahit di dada kiri
dan bahunya yang masih tertutup perban
dan kini mulai ada rembesan merah.
"Aaron.. lukamu mengeluarkan darah lagi.!"
"Tidak usah di pedulikan. Itu hanya luka kecil.!"
Raya mendelik tak percaya dengan ucapan
pria itu yang terkesan sangat menyepelekan.
"Kau benar-benar tidak masuk akal. Lepaskan
aku.. apa yang kau inginkan sebenarnya.?"
Raya berusaha menarik dirinya dengan sedikit
menekan dada polos Aaron yang begitu kokoh,
gagah dan sangat menggoda.
"Aku menginginkan mu, sekarang juga.!"
"Kau gila.! Keadaan mu sedang kritis tapi yang
ada dalam pikiranmu adalah hal mesum.!"
"Berikan yang aku inginkan.! Aku punya hak
untuk mendapatkan nya.! Maka tubuhku akan
pulih dengan cepat !"
"Tidak, aku tidak akan memberikan nya.!"
Wajah Raya sudah memerah seluruhnya dan
tubuhnya kini menegang akut. Tatapan Aaron
berubah jadi semakin dingin namun ada kabut
hasrat yang datang tanpa kompromi. Dia tidak
bisa mengendalikan emosinya saat mengingat
kembali Raya sempat berada dalam penguasaan
Eden Wolf, dan hal itu benar-benar mengganggu kestabilan emosi nya.
"Berikan.. atau aku akan memaksamu lagi.!"
Geram Aaron yang membuat Raya semakin
kalangkabut. Dia kini meronta hebat mencoba melepaskan diri saat Aaron semakin mendekap
erat tubuh nya dan menguasainya.
"Aaron..kau tidak boleh melakukan semua ini,
keadaan mu belum pulih. Aku juga tidak akan memberikan nya.!"
"Ohh.. begitu ya, baiklah..kau memang lebih
suka dipaksa, itu lebih baik bagiku..!"
"Aaron.. apa yang kau lakukan..aaa...!".
Raya memekik kuat saat Aaron membalikkan
posisi tubuh nya dan kini Raya sudah berada
di bawah tubuh Aaron, pria itu menindihnya,
menguasai tubuh nya seluruhnya. Mata mereka
kembali saling menatap kuat penuh dengan
pertentangan. Belum sempat Raya melepaskan
diri Aaron sudah memagut bibirnya, *******
nya lembut namun kuat dan memaksa.
Semula Raya mencoba berontak dengan
mendorong kuat dada pria itu namun dalam
gerakan cepat tak terlihat tangan kiri Aaron
sudah mengunci kedua pergelangan tangan
Raya di atas kepala. Ciuman Aaron semakin
dalam dan intens, dia mengeksplor keseluruhan
bibir bermadu itu di penuhi gairah yang semakin menggelora.
Raya sudah tidak bisa melakukan perlawanan
lagi karena kakinya juga di kunci tanpa ampun.
Namun akhirnya ciuman itu terlepas saat Raya kehabisan napas. Tapi kini bibir Aaron beralih
menjelajah ke daerah lain, dia mulai menelusuri
tengkuk leher Raya yang langsung terkesiap.
Dia mencoba menghindari aksi liar Aaron
namun semuanya sia-sia saja karena bibir
pria itu kini semakin gencar melakukan aksinya
dengan menjilat, menyesap dan menggigit kecil
bagian leher jenjang Raya meninggalkan jejak
di sana.
"Aakhh... Aaron.. hentikan.. kumohon..!!"
Desahan tertahan kini keluar dari mulut Raya
sambil menggelinjang karena rasa geli campur
rasa asing yang kini mulai menguasai aliran
darahnya. Antara rasa nikmat namun juga tidak
terima dengan semua yang di lakukan Aaron.
Tubuh Raya bergetar hebat saat bibir Aaron kini
semakin turun ke bawah, dia mencoba kembali
memberikan penolakan, dengan menggerakan
tubuh nya. Namun justru dengan gerakan itu
gairah Aaron semakin terpacu.
Tangan Aaron menarik atasan yang di pakai
Raya hingga kini terbuka setengah nya,
menampilkan tubuh bagian.atas yang terlihat
begitu indah dan menggiurkan membuat darah
Aaron semakin terbakar hebat. Dia menelan
salivanya berat saat melihat kedua bukit
kembar yang tersembunyi di balik bra putih.
"Aaron.. kumohon jangan..kau tidak boleh
melakukan pemaksaan ini untuk kedua kalinya."
Lirih Raya sambil menatap wajah Aaron lemah.
Tubuh nya tiba-tiba saja kehilangan tenaga dan
kini penglihatan nya mulai kabur. Dirinya terlalu
tegang dan di telan ketakutan. Tubuh Aaron
membeku saat menyadari Raya kehilangan
daya tahan tubuhnya.
"Aku sangat menginginkan mu sekarang..!"
Desis Aaron sambil menatap dalam wajah Raya
yang kini sudah berubah seputih kapas.
"Tapi aku tidak bisa memberikan nya padamu
sekarang. Aku mohon..mengertilah.."
Aaron menarik napas dalam-dalam, keduanya
saling pandang kuat dengan keteguhan hati
masing-masing. Dan memang terlihat nyata
kalau Raya tidak siap untuk itu. Akhirnya Aaron
melepaskan pegangan tangannya. Dia menarik
dirinya dari atas tubuh Raya yang kini semakin
mengambang, dan akhirnya terkulai lemas.
"Aleaaa...!!"
Teriakan Aaron membahana membuat semua
orang yang ada di ruang tengah terperanjat.
Dan kini Alea serta Ansel hanya bisa berdiri
bengong di depan pintu melihat pemandangan
mengejutkan di depan mata mereka.
Tubuh Aaron berada di atas tubuh Raya, masih
menindih dan menguasainya.! Wajah Ansel
langsung saja memerah dengan tatapan mata
menyala di sertai pikiran dan dugaan liar yang
kini menguasai otaknya. Apakah kakak sepupu
nya itu melakukan pemaksaan lagi..??
***
Happy Reading....
pasti lebih seru